Masyarakat Korsel Kucilkan Ibu Tunggal Tanpa Suami

Jumat, 02 Maret 2018 – 06:34 WIB
Hamil. Foto IST

jpnn.com, SEOUL - Dikucilkan dan dianggap tidak ada. Seperti itulah nasib para ibu yang tidak menikah di Korea Selatan (Korsel). Mereka dianggap aib dan tidak diperbolehkan ikut dalam berbagai acara keluarga.

Termasuk perayaan Seollal yang jatuh pada 16 Februari. Itu semacam perayaan Imlek ala Korea dan menjadi hari libur nasional.

BACA JUGA: Mantan Presiden Dituntut 30 Tahun, Pengacara Banjir Air Mata

’’Keluarga yang berkumpul saat libur kerap tidak ingin ibu yang punya anak di luar nikah hadir. Sebab, itu mengingatkan mereka akan aib dalam keluarga,’’ terang profesor bidang kesejahteraan sosial di Soongsil University Noh Hye-ryeon seperti dilansir Al Jazeera, Kamis (1/3).

Ada stigma yang melekat, jika ada perempuan punya anak tanpa menikah, keluarganya dianggap tidak bisa mendidik putrinya dengan benar. Kesalahan selalu dibebankan pada pihak perempuan.

BACA JUGA: Pertemuan Bersejarah Adik Kim Jong un dan Presiden Korsel

Karena itulah, keberadaan para ibu tunggal tanpa suami tersebut kerap ditutup-tutupi. Tak jarang, keluarga bakal mengarang cerita bahwa mereka sudah menikah, tapi suaminya berada di luar negeri.

Atau, pilihan lain, menekan agar anak yang dilahirkan diserahkan ke panti asuhan saja. Berdasar data statistik yang dirilis pemerintah, ada 25 ribu perempuan yang punya anak tanpa menikah di seluruh Korsel.

BACA JUGA: Korsel Jadi Rumah Kedua Bintang Black Panther

Korean Unwed Mothers’ Families Association (KUMFA) menyebut data itu terlalu kecil. Sebab, banyak perempuan yang merasa begitu malu untuk mengakui status mereka.

KUMFA membantu agar stigma yang melekat pada perempuan yang menjadi ibu tanpa menikah bisa terhapus.

Organisasi yang didirikan pada Maret 2009 itu awalnya hanyalah ajang curhat secara online antar sesama perempuan yang punya anak tanpa menikah.

Setelah menjadi organisasi, mereka kerap bertemu sebulan sekali untuk sekadar berbincang, menggelar pelatihan, dan berbagai hal lain.

Tahun ini mereka menggelar pertemuan di Namsan untuk merayakan Seollal. Mereka juga memperjuangkan agar ibu yang punya anak tanpa menikah bisa mendapat insentif dari pemerintah tanpa syarat yang berat.

’’Kami layak menjadi bagian dari masyarakat,’’ tegas Jeong Soo-jin, salah seorang anggota KUMFA.

Menurut dia, KUMFA sangat membantu orang-orang seperti dirinya untuk keluar dari persembunyian dan bersosialisasi. Bagi mereka, KUMFA adalah keluarga.

Jeong menceritakan, dirinya hamil saat berusia 29 tahun. Kekasihnya tidak mau bertanggung jawab dan meninggalkannya. Perempuan yang kini berusia 37 tahun itu memilih untuk menutup rapat-rapat kehamilannya.

Pada perayaan Seollal 2011, dia tengah hamil 8 bulan dan memilih mengurung diri. Padahal, seluruh anggota keluarganya tengah berkumpul. Dia akhirnya melahirkan sendirian tanpa kehadiran keluarga.

Sebulan setelah melahirkan, Jeong menyerah. Dia memberikan putrinya, Ah-jeong, untuk diadopsi. Namun, dia berubah pikiran dan mengambil putrinya kembali.

Bukan hanya sang ibu yang tertolong oleh KUMFA, tapi juga putra-putri mereka. Anak yang dilahirkan di luar nikah kerap dirundung di sekolah mereka.

Sama seperti ibunya, mereka ikut dikucilkan di keluarga. Mereka akhirnya lebih nyaman bermain dan menghabiskan liburan bersama anak-anak lain di KUMFA. (sha/c5/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Komedian Bercerai Setelah 12 tahun Menikah


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler