jpnn.com, SURABAYA - Penuruna daya beli masyarakat terhadap kebutuhan bahan pokok di Surabaya, Jawa Timur pada bulan Ramadan dan menjelang Lebaan yang biasanya mengalami kenaikan diduga karena mereka sekarang cenderung mengatur pengeluarannya untuk kebutuhan lain.
Pengamat ekonomi yang juga direktur Enciety Business Consult, Kresnayana Yahya mengatakan bahwa indeks konsumsi masyarakat di Surabaya selama ini tidak pernah turun.
BACA JUGA: Sidak Komisi VI DPR di Pasar, Harga Sembako Tetap Stabil
Karena itu, penurunan omzet pedagang di beberapa pasar tradisional di Surabaya saat bulan puasa ini, bukan karena tingkat konsumsi atau daya beli masyarakat yang turun.
Atau, dampak dari perekonomian global yang belum stagnan. Namun, lebih karena masyakarat sekarang sudah pandai mengontrol konsumsi pangannya.
BACA JUGA: Alquran Kuno dari Daun Lontar Dibersihkan, Begini Penampakannya
”Kalau saya melihatnya konsumsi masyarakat masih wajar. Puasa kan makannya hanya diganti dari siang ke sore dan sahur saja, tidak ada perubahan pola makan,” kata Kresnayana seperti yang dilansir Radar Surabaya (Jawa Pos Group).
Dosen ITS itu menilai bahwa konsumsi atau pembelanjaan masyarakat saat ini makin rasional.
BACA JUGA: Hukum Muntah Karena Maag Saat Puasa
Di kelas menengah ke bawah lebih cenderung mengutamakan pemenuhan kebutuhan lainnya seperti mudik, kebutuhan sekolah, dan sebagainya.
Sedangkan kelas menengah ke atas cenderung memanfaatkan pendapatannya pada hari Lebaran untuk kegiatan berlibur bersama keluarga.
”Kita bisa lihat penjualan tiket kereta api, bahkan pertengahan puasa sudah meningkat 25 persen. Indikator utamanya masyarakat sudah punya planning sehingga mereka lebih mengontrol konsumsi pangannya,” kata Kresnayana.
Ia pun mempredikasi daya beli masyarakat akan kembali meningkat pada pertengahan Juni ini.
Terutama pada sektor sandang seperti baju, kue lebaran, dan sebagainya. Sebab pada pertengahan Juni, pemerintah akan mencairkan THR dan gaji ke-14 bagi para PNS dan TNI/Polri.
Sehingga, daya beli masyarakat akan kembali naik. Hal yang sama disampaikan oleh Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Surabaya Jamhadi.
Ia menilai konsumsi warga di Surabaya tidak turun dan bahkan cenderung naik menjelang Lebaran.
Jamhadi mengatakan, masyarakat sekarang sudah lebih pandai mengontrol dan memanajemen pengeluaran. Sehingga, mereka akan mendahulukan kebutuhan yang lebih penting daripada untuk pangan yang berlebihan.
”Kalau tahun-tahun sebelumnya memang cenderung royal. Kalau sekarang, makan nasi dan ikan sudah. Minum juga cukup es teh. Enggak berlebihan seperti dulu. Jadi, konsumsi tidak turun, hanya masyarakat cenderung mengontrol,” jelasnya. (han/jay)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pak Djarot: Kalau Bisa Tiap Bulan Puasa
Redaktur : Tim Redaksi