Mata Langsung Terasa Segar Begitu Menatapnya, Wouw Banget!

Minggu, 25 September 2016 – 00:08 WIB
BELUM TERGARAP: Objek wisata Danau Biru di kawasan Parambahan, Kecamatan Talawi, Sawahlunto masih membutuhkan pembehanan. Foto: Junaldi/Padang Ekspres/JPNN.com

jpnn.com - OBYEK wisata Danau Biru di kawasan Parambahan, Kecamatan Talawi, Sawahlunto, Sumbar,  jadi booming setelah penampakannya menyebar di media sosial (medsos),. Kini, objek wisata tersembunyi ini menjadi incaran wisatawan lokal maupun luar daerah. Bagaimana kondisinya? 

Julnadi - Sawahlunto

BACA JUGA: Mbak Eni asal Kediri Pidato di PBB, Tepuk Tangan Bergema

BUTUH perjuangan keras menuju lokasi danau bekas galian tambang batu bara satu ini. 

Kendati hanya berjarak sekitar 11 km dari ibu kota Sawahlunto, waktu tempuh menuju objek wisata yang dikenal dengan Danau Bacan atau Tomosu itu cukup lama.

BACA JUGA: Oh...Ibu Guru Sukini, Hatimu Mulia Sekali

Pengunjung harus meniti jalan terjal berbukit dan berliku. Wisatawan disarankan menggunakan sepeda motor trabas atau mobil dobel garden, terutama saat musim hujan. 

Jalan menuju objek wisata yang berjarak sekitar 6 km dari objek wisata Taman Satwa Kandi, masih tanah bebatuan. Lalu lalang truk pembawa batu bara membuat ruas jalan lanyah.  

BACA JUGA: Batu Akik Memang Redup tapi Masih Laku Ratusan Juta

Sebelum memasuki objek wisata ini, pengunjung perlu menyiapkan uang receh untuk tiket masuk. Rp 5 ribu per kepala. 

Ada juga sumbangan yang dipungut pemuda setempat, plus parkir roda empat Rp 10 ribu dan roda dua Rp 5 ribu. 

Sesampai di lokasi, perjuangan menuju objek wisata ini bakal terbayarkan. Terutama, puncak bukit timbunan penambangan batu bara yang masuk wilayah kuasa penambangan PT AIC Jaya itu. Pengunjung bisa melihat danau berwarna biru. 

Untuk sampai ke bibir Danau Biru itu, harus menuruni anak tangga yang dipagar dengan kayu seadanya untuk bergantungan. 

Setelah itu, pengunjung bisa menikmati keindahan Danau Biru yang tak kalah dengan objek wisata sejenis seperti di Korea Selatan. 

Asrul, 45, pengunjung asal Solok yang ditemui Padang Ekspres (Jawa Pos Group) di lokasi, sengaja datang dari Solok melihat objek wisata Danau Biru yang banyak diperbincangkan orang di sosial media. 

“Saya penasaran dengan Danau Biru ini. Anak-anak juga ingin melihat langsung Danau Biru ini, setelah tahu lewat medsos. Makanya kita datang rame-rame bersama istri dan anak-anak,” katanya. 

Asrul menilai objek wisata satu ini menakjubkan. Terasa berwisata ke luar negeri. 

“Seperti background serial drama Korea. Anak-anak puas dan takjub sampai di sini,” ucap Asrul.

Biarpun menjanjikan, objek wisata Danau Biru masih perlu polesan. Terutama keberadaan fasilitas kamar kecil, tata kelola objek wisata, termasuk tiket masuk dan parkir. 

“Akses jalan menuju ke sini juga tidak mendukung, karena berkabut. Kemudian, parkir tidak ada karcis. Begitu juga pengaman di bibir danau yang curam. Bisa-bisa mengancam keselamatan,” akunya. 

Deswi, 23, pengunjung asal Dharmasraya berpendapat senada. “Saya penasaran dengan Danau Biru, karena banyak diperbincangkan orang di media sosial,” katanya yang datang bersama tiga temannya.

Keindahan danau plus hembusan angin sepoi-sepoi, membuat objek wisata ini cocok untuk berselfie ria. 

“Cuma, harus berpikir dua kali ke sini lagi. Jalannya jauh dan terjal, serta berliku-liku. Banyak pungutan pula,” ungkapnya.

Booming Danau Biru juga dirasakan padagang setempat. Tika, 23, warga Desa Tumpuk Tangah, Dusun Bukik Obang, sejak objek wisata ini mulai dikenal luas sembilan bulan lalu, penjualannya berlipat-lipat.

Danau Biru berawal dari penambangan batu bara tahun 1984. Tahun 1998, penambangan dihentikan setelah keluar mata air. 

“Dulu, danau galian tambang ini sangat luas, namun kemudian sebagian ditimbun untuk membangun jalan,” ungkap Tika kepada Padang Ekspres, Sabtu (17/9). 

Biasanya, tambah dia, jumlah kunjungan ramai saat liburan dan akhir pekan. “Kalau Lebaran bisa jual beli per hari mencapai Rp 900 ribu, kalau hari biasa Sabtu-Minggu berkisar Rp 500 ribu per hari. Sebetulnya mama berjualan di sini, saya cuma membantu,” ungkapnya.

Soal aturan berjualan di sana, menurut Tika, tak ada larangan dari pengelola tambang. Namun, ada batas-batas tertentu yang tidak dibolehkan oleh pihak pengelola tambang. 

“Juga, tak ada pungutan biaya dari pengelola tambang. Karena, lokasi ini tanah ulayat masyarakat,” katanya.

Zulkifli, Kepala Desa Tumpuk Tangah Kecamatan Talawi mengatakan, lokasi Danau Biru ini bekas galian tambang PT AIC Jaya. 

“Karena masih dalam IUP PT AIC, pemda tidak bisa mengelola Danau Biru ini menjadi objek wisata baru. Begitu juga pungutan masuk ke Danau Biru itu, tak ada aturannya,” katanya.

Berdasarkan informasi yang dia terima, IUP (Izin Usaha Pertambangan) PT AIC diperpanjang hingga tahun 2021. 

“Jadi, pemda tidak bisa mengelola Danau Biru tersebut menjadi objek wisata. Di samping itu, tanah tersebut merupakan tanah kehutanan,” terangnya.

Sekko Sawahlunto, Rovanly Abdam, menyebutkan, warna biru diduga pengaruh endapan air saat hujan dan kadar asam air yang tinggi. 

Akibatnya, berpengaruh pada cahaya pantulan matahari terhadap warna danau tersebut yang terlihat biru.

“Danau Biru ini memang sudah menjadi ikon wisata Sawahlunto. Meskipun begitu, objek wisata ini belum bisa dikelola sepenuhnya oleh pemko karena masuk IUP PT AIC,” ungkapnya, Jumat (16/9). 

Sebetulnya, tambah dia, pemko ingin mengembangkan objek wisata Danau Biru tersebut. 

Lantaran masuk IUP PT AIC, Pemko tidak bisa mengembangkannya. “Bilapun ingin, harus dilepaskan dulu IUP PT AIC-nya,” ujarnya. 

Jepri, pimpinan PT AIC Jaya saat dihubungi Padang Ekspres, Selasa (20/9), mengatakan, pihaknya telah memasang batas-batas dan pelarangan untuk tidak masuk ke lokasi tambang. 

“Pengunjung diperbolehkan melihat lokasi Danau Biru, namun tidak dibenarkan masuk ke areal tambang,” ungkapnya.

Untuk pengembangan atau revitalisasi tambang tersebut menjadi objek wisata, menurut dia, kebijakannya langsung dari pusat. 

“Kita tidak berani merevitalisasi Danau Biru tersebut menjadi tempat wisata. Jika pemerintah daerah ingin mengelola Danau Biru tersebut, maka pengurusannya langsung ke pusat,” katanya. (*/sam/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Masjid yang Tetap Kukuh saat Tsunami Aceh, Kini Jadi Objek Wisata


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler