jpnn.com - JAKARTA - Ketua Dewan Pembina Sentra Laktasi Indonesia Utami Roesli menilai, menyusui sebagai fenomena epigenetik, yang mampu memperbaiki kualitas hubungan antar manusia.
Sebab, gen yang diwarisi dari kedua orang tua, menentukan bagaimana seorang bayi akan menjalani kehidupannya kelak.
BACA JUGA: Ainun Beri ASI Eksklusif untuk Ilham, Habibie: Saya yang Cuci Piring
"Kecerdasan, pola penyakit, bahkan sifat seseorang diturunkan lewat gen," ujar Utami dalam Seminar Breastfeending is a Relationship. How to Support Mother to Sustain Breastfeeding di Kantor Kementerian Kesehatan, Sabtu (6/8).
Menyusui secara langsung dengan kontak ke kulit bayi dari payudara ibu, bisa membawa perubahan pada metilasi DNA, modifikasi histon dan mRNA pada gen mamalia, yang kelak akan diturunkan ke generasi berikutnya.
BACA JUGA: Datangi Sentosa Island di Singapura, Yuk Jajal Luge dan Megazip
ASI sebagai nutrisi mengandung mikrobiom (sel-sel hidup), yang bersifat proteksi atau melindungi tubuh dari berbagai risiko gangguan kesehatan.
Menyusui dalam konteks sentuhan fisik, menurut Utami, ternyata memiliki efek lebih dahsyat karena akan berdampak positif pada sifat kasih sayang, rasa percaya diri, ikatan batin, dan pengendalian emosi.
BACA JUGA: Ini Penyebab Ibu-ibu Sulit Menyusui
"Inilah keajaiban menyusui yang tidak tergantikan, menyusui menyelamatkan masa depan anak-anak bangsa dari kebodohan, kesakitan, kemiskinan, dan perilaku menyimpang yang merugikan," paparnya.
Seminar Pekan ASI Sedunia (PAS) SELASI tahun ini, juga bertepatan dengan perayaan 13 tahun berdirinya Yayasan SELASI yang diresmikan pada 8 Agustus 2003. SELASI digagas sejak 1995 oleh Utamai Roesli atas keprihatian menyaksikan minimnya dukungan menyusui di Indonesia. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ingat Bumil, Jangan Makan Terlalu Banyak
Redaktur : Tim Redaksi