Mau Jadi Menteri? Cukup Beli Dua Buku!

Jumat, 16 Desember 2011 – 14:36 WIB
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Marie Elka Pangestu, saat Forum Pemred JPNN, di Novotel, Mangga Dua, Jakarta, Selasa (13/12). Foto: Ukon Furkon Sukanda/Indopos

jpnn.com - MENTERI Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu lega, bisa menjelaskan detail berbagai program kerjanya di Forum Pemred Jawa Pos Group ituSebab, cukup sekali ketuk, 165 media lebih sudah membuka pintu secara otomatis.

Karena itu, dalam pressure skedul yang super mepet, di antara sidang kabinet bersama Presiden SBY, mantan menteri perdagangan ini terus mencari cara untuk bisa melompat ke arena Forum Pemred di Novotel, Mangga Dua itu

BACA JUGA: Menyongsong 2012 sebagai Tahun Kreatif

Bicara di depan pimpinan redaksi media yang memiliki jaringan media paling besar dan paling luas di Indonesia ini sudah mirip berkeliling tanah air dari satu titik.

Putri dari ekonom J

Panglaykim ini memperoleh gelar Bachelor dan Master of Economics dari The Australian National University, serta gelar Ph.D

BACA JUGA: Bus Terbang Kandaskan Monorel

di sektor Perdagangan Internasional, Keuangan, dan Ekonomi Moneter dari Universitas California, Davis tahun 1986
Cukup detail, Mari Elka memaparkan istilah baru dalam kementerian pasca reshuffle, 18 Oktober 2011 lalu.

:TERKAIT Ada 45 slide yang dia jelaskan secara komprehensif

BACA JUGA: Akhir Bulan, OBU Jalan Tol Diluncurkan

Lagi-lagi, password-nya sama dengan arah dan jalur Jawa Pos Group, yakni: “kreatif!” Menurutnya, ekonomi kreatif merupakan era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas, mengandalkan ide dan stock of knowledge dari sumber daya manusia, sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonominya.

“Yang dieksplorasi adalah kreativitas manusia, jadi tidak akan ada habisnya!” ucap Mari yang juga peneliti CSIS itu Lalu apa kaitannya dengan Industri Kreatif? Mari menyebut, sebagai industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan, dengan menghasilkan dan memberdayakan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut.

“Kontribusi ekonomi kreatif bagi Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, tahun 2010, cukup signifikan, yakni 7,3%Lalu, kontribusi pada ekspor sampai 9,25%Dan daya tampung tenaga kerja mencapai angka 8,5 juta orang atau 7,76%Saya pernah membeli 2 buku yang berisi arti penting ekonomi kreatif ini, yang satu saya berikan ke Pak SBY.

Karena itu, memberdayakan sektor ini cukup strategis,” ujar Mari, yang kemudian disindir moderator Hasan Aspahani, Pemred Batam Pos“Kalau ingin menjadi menteri, caranya tidak sulitCukup beli dua bukuSatu dibaca, dan satu dikasih Pak SBY!” kata Hasan yang diikuti tertawa ngakak seluruh audience, termasuk Menparekraf Mari Elka Pangestu Mengapa harus Ekonomi Kreatif? Mari menjelaskan, sedikitnya ada enam alasan penting.

Pertama, bisa memberikan kontribusi ekonomi yang signifikanKedua, menciptakan iklim bisnis yang positif dan kondusifKetiga, membangun citra dan identitas bangsaKeempat, berbasis pada sumber daya yang terbarukan, bukan berbahan fosilKelima, menciptakan inovasi dan kreativitas yang merupakan keunggulan kompetitif suatu bangsa.

Dan keenam, memberikan dampak sosial yang positif Lalu apa tantangannya? “Ya, sumber daya insani yang belum memadai dalam kuantitas dan kualitasUmumnya mereka belajar otodidak, bukan diciptakan oleh institusi-institusi pendidikan formal/informal SDM itu umumnya juga terkonsetrasi di kota tertentu saja,” paparnya.

Selain itu, lanjut dia, iklim belum cukup kondusif dalam hal memulai dan menjalankan usaha, aktivitas ekspor-impor, hak kekayaan intelektual, perpajakan, khususnya pada saat start-up usaha“Apresiasi publik terhadap produk kreatif juga belum cukup tinggi.

Termasuk juga apresiasi terhadap insan kreatif, karena itu belum menjadi sesuatu yang memikat,” kata dia Mari berkali-kali menanyakan ke audience, untuk memperoleh kesamaan pemikiran soal hambatan yang paling merepotkan di semua sektorApa lagi kalau bukan soal infrastruktur? “Itu keluhan nomor satuHambatan infrastrukturPenetrasi dan regulasi teknologi informasi juga belum mendukung industri,” jelas tokoh yang dulu menjadi pengajar FE UI ini.

Industri fashion misalnya, kata Mari, juga kerajinan, masih sering terkendala oleh kelangkaan dan fluktuasi bahan bakuSementara lembaga pembiayaan belum cukup baik menilai bisnis industri kreatif, akibat informasi yang asimetris“Pelaku-pelaku industri kreatif tidak mudah mendapatkan pinjaman modal,” tutur pengganti Menteri Jero Wacik yang pindah ke Kementerian ESDM itu.

Namun, bukan Mari Elka kalau tidak optimistis”Saya banyak ditanya, apa fokus ekonomi kreatif ini? Banyak yang belum tahu, ini memiliki potensi yang amat besar, dan bisa semakin signifikan untuk menyumbang PDB, lapangan kerja, net trade national, capaian pembangunan nasional dan kesejahteraan rakyat,” jelasnya (don/bersambung)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Terapkan OBU, Sambung Tol Ulujami-Kebon Jeruk


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler