jpnn.com - JAKARTA - Perlambatan ekonomi Indonesia yang terus terjadi sepanjang tahun ini, berimbas pada pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang tidak mampu menembus 5 persen. Tercatat pada triwulan I dan II, pertumbuhan ekonomi stagnan di kisaran 4,7 persen. World Bank pun memproyeksikan triwulan III, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya naik tipis di level 4,8 persen.
Menurut Ekonom Utama World Bank Ndiame Diop, ekonomi Indonesia mulai tumbuh pada kuartal III ini. Hal tersebut didorong penyerapan anggaran belanja negara yang terus menanjak hingga mencapai 21,4 persen.
BACA JUGA: Ormas Harus Ikut Tumbuhkan Semangat Nasionalisme
Capaian tersebut lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun lalu. "Ekspektasi kami, baseline-nya 4,8 persen. Karena triwulan III, ekonomi mulai naik," katanya di The Energy Building, SCBD, hari ini.
Diop melanjutkan, penyerapan belanja negara yang terus terakselerasi tersebut, dapat menunjang pertumbuhan ekonomi.
BACA JUGA: Daerah Harus Menyusun Peta Rawan Bencana
Selain itu, pada September dan Oktober ini, pemerintah merilis serangkaian paket kebijakan ekonomi terkait sejumlah deregulasi untuk kemudahan berusaha, pencegahan PHK sampai peningkatan ekspor.
"Upaya-upaya untuk membantu dunia usaha dan masyarakat, serta reformasi regulasi untuk mengatasi birokrasi guna investasi dan ekspor akan sangat membantu. Begitu juga dengan berbagai upaya reformasi lainnya ini, akan memperkuat iklim investasi dan mendorong pertumbuhan," ujarnya.
BACA JUGA: Gatot Sebut Gugatan PTUN Pintu Masuk ke Jaksa Agung
Namun, upaya pemerintah tersebut tampaknya tidak bakal maksimal, akibat kondisi perekonomian global yang belum juga membaik.
Prospek pertumbuhan Tiongkok yang masih lemah, ditambah ketidakpastian terkait normalisasi kebijakan moneter Amerika Serikat (AS), diprediksi bakal memberikan kontribusi negatif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Karena itu, World Bank memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini, hanya berada di level 4,7 persen.
"Dengan lemahnya lingkungan luar negeri, kemudian secara bersamaan juga ada tekanan pada pendapatan. Dimana tekanan terbesar pendapatan berhubungan dengan penurunan harga minyak mentah yang signifikan, kami lihat pada 2015 sebesar 4,7 persen,"imbuhnya. (eve/mas)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Lapor ke Polisi, RJ Lino Tuduh Anak Buah Megawati Curi Dokumen
Redaktur : Tim Redaksi