jpnn.com, JAKARTA - Mantan wakil ketua umum DPP Partai Demokrat Max Sopacua menyatakan keprihatinannya terhadap keberadaan partai berlambang mercy saat ini.
Menurutnya, PD dididirikan sebagai partai modern dan terbuka.
BACA JUGA: Max Sopacua Ungkap Kondisi Internal Partai Demokrat, Ternyata Tak Seindah Kenyataan
Namun kini terindikasi berubah menjadi partai keluarga.
"Awalnya didirikan sebagai partai modern dan terbuka, itu menjadi landasan berjuang. Namun kemudian terkesan dikerdilkan menjadi partai keluarga. Rekam jejaknya masih ada, saksi dan orang-orangnya masih lengkap sehat walafiat," ujar Max dalam keterangannya, Selasa (23/2).
BACA JUGA: Sebut Demokrat Beralih ke Tangan Otoriter, Max Sopacua Singgung Janji Setia kepada AHY
Max juga menyebut perolehan suara Partai Demokrat terus menurun, bahkan sejak PD dinakhodai Susilo Bambang Yudhoyono yang masih menjabat presiden pada Pemilu 2014 lalu.
Menurut pria berusia 74 tahun ini, perolehan suara PD ketika itu turun menjadi sepuluh persen.
BACA JUGA: Reaksi Max Sopacua Menohok Ketua BPOKK Demokrat DKI Jakarta Mujiono
Anehnya, saat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) gagal di Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu, putra sulung SBY itu malah diangkat menjadi Komandan Tugas Utama (Kogasma) yang fungsinya memenangkan Pemilu 2019.
"Kemampuan AHY dalam membawa kemenangan Partai Demokrat, saya kira juga sudah diuji coba pada Pemilu 2019. Hasilnya, perolehan Partai Demokrat malah kembali turun menjadi 7,7 persen," ucapnya.
Max menyebut, di bawah kepemimpinan AHY saat ini elektabilitas PD juga makin menurun.
Hasil survei Litbang Kompas yang dirilis awal tahun juga menunjukkan elektabilitas partai berlambang mercy hanya 4,6 persen.
Menurut Max, hal inilah yang melandasi sejumlah kader PD menginginkan digelar kongres luar biasa (KLB). Sehingga terkesan ada dua kubu yang berseberangan di tubuh PD saat ini.
"Pertama, kubu dinasti SBY adalah kelompok kader yang ingin mempertahankan kemapanan Partai Demokrat untuk tetap menjadi partai dinasti SBY," ucapnya.
Kubu lainnya, disebut sebagai kubu garis lurus. Yaitu kelompok kader yang berkehendak menyelamatkan, mengembalikan dan meluruskan cita-cita PD sebagaimana awal didirikan, yakni sebagai partai modern dan terbuka.
Max bercerita, PD sebagai partai terbuka terlihat setelah kongres pertama yang digelar di Bali 2005 lalu.
Sejumlah kepala daerah yang bukan kader PD, masuk mengambil posisi menjadi ketua dewan pimpinan daerah maupun ketua dewan pimpinan cabang.
"Ketika itu tidak ada yang mempertanyakan, kapan kepala daerah yang bergabung membuat KTA (kartu tanda anggota). Karena sejatinya Partai Demokrat memang berasaskan partai modern dan terbuka," katanya.
Namun, setelah KLB di Bali 2013, kata Max kemudian, asas partai terkesan berubah.
Apalagi kemudian pada kongres 2015 di Surabaya, SBY kembali dikukuhkan sebagai ketua umum.
"SBY pada KLB Bali berjanji, tujuan mengganti Anas Urbaningrum hanya untuk mengantarkan sampai Kongres 2015 saja. Siapa sangka guru politik yang selalu menanamkan jujur cerdas dan santun kepada kader, ternyata dia sendiri yang tidak jujur," katanya.
Max menegaskan, partai yang dikelola dengan manajemen keluarga terbukti tidak dapat membesarkan PD.
Karena itu, sudah saatnya mengembalikan PD sebagai partai modern dan terbuka. (gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Wanita Emas Siap Gantikan AHY Bila Terjadi KLB Partai Demokrat
Redaktur & Reporter : Ken Girsang