jpnn.com, SURABAYA - Maybank Indonesia bersama Maybank Foundation mendorong penyandang difabel yang memiliki usaha untuk mengikuti pelatihan guna meningkatkan kinerja bisnis.
CSR Head & Secretary Maybank Indonesia Foundation Juvensius Judy Ramdojo mengatakan, kaum difabel di Jawa Timur yang memiliki bisnis pribadi cukup banyak.
BACA JUGA: Bank Mahasiswa Bekali Peserta Program Wirausaha Kemenpora
Mulai penjahit, penjual makanan, penjual suvenir, jasa reparasi elektronik, pengusaha kerajinan tangan, hingga usaha bengkel kendaraan.
Namun, mereka belum mengetahui cara mengelola usahanya dengan baik. Padahal, bisnis-bisnis tersebut sangat berpotensi besar untuk terus dikembangkan.
BACA JUGA: Minat Pemuda Berwirausaha Sangat Tinggi
Menurut Yudi, banyak kendala yang dihadapi difabel dalam berbisnis sehingga produk yang dimiliki tidak dapat bersaing di pasar.
Misalnya, masalah packaging yang kurang menarik, tidak punya izin usaha, hingga cara pemasaran yang kurang efektif.
BACA JUGA: Kampung Wirausaha GarudaFood Libatkan Komunitas Ibu-ibu
”Makanya kami agresif melakukan program Reach Independence & Sustainable Entrepreneurship (RISE) khusus penyandang disabilitas agar kapabilitas usaha mereka tumbuh,” ujar Judy, Kamis (11/10).
Pelatihan RISE di Surabaya diikuti 80 penyandang difabel yang telah memiliki usaha. Para peserta dilatih selama tiga hari.
Selama periode tersebut, peserta dibekali dengan pengetahuan pengelolaan keuangan, strategi pemasaran, dan perubahan pola pikir dalam berbisnis.
Nah, setelah itu dilanjutkan dengan pendampingan selama tiga hingga enam bulan.
Sebelum dilaksanakan di Surabaya, program RISE dilakukan di Malang dan diikuti 141 penyandang disabilitas.
Judy mengungkapkan, setelah pelatihan tersebut, penghasilan keseluruhan peserta RISE di Malang mampu meningkat 86 persen.
”Pelatihan ini secara total telah dilakukan di 16 kota di Indonesia dan sampai sekarang Maybank telah melatih dua ribu orang,” jelas Judy.
Kepala OJK Regional 4 Jawa Timur Heru Cahyono menambahkan, pelatihan pengembangan bisnis memang harus terus dilakukan.
Selain untuk meningkatkan penjualan pelaku UKM, hal tersebut sebagai upaya meningkatkan literasi dan inklusi keuangan di tanah air.
”Karena kalau usaha mereka sudah bagus, mereka akan mudah mendapatkan akses permodalan dari jasa keuangan untuk pengembangan usaha. Artinya, bisa meningkatkan tingkat inklusi keuangan,” kata Heru.
Heru memaparkan bahwa pada 2019 tingkat inklusi keuangan secara nasional ditarget mencapai 75 persen. Saat ini masih 67 persen.
”Kalau di Jatim, tingkat literasi keuangan sudah mencapai 35 persen, sedangkan tingkat inklusinya 73 persen,” terang Heru. (car/c25/oki)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kemenpora Siapkan Modal bagi Pemuda yang Ingin Berwirausaha
Redaktur : Tim Redaksi