BANGKOK - Para penerbit media di dunia mulai mengkhawatirkan kebebasan mengakses pemberitaan yang kini mudah didapatkan. Pengambilan berita secara bebas yang tak terkendali dari mesin pencari semisal Google diklaim telah merugikan perusahaan media.
Tema inilah yang menjadi topik hangat dalam diskusi World Associaton of Newspapers and News Publishers (WAN IFRA), Selasa (4/6) di Bangkok, Thailand. Asosiasi surat kabar dunia ini memutuskan untuk segera mendirikan global mengatasi pencurian hak cipta melalui mesin pencari.
Diharapkan forum ini menjadi wadah antisipasi kemajuan teknologi bagi bisnis media dan solusi mengatasinya. "Kita perlu segera menciptakan sebuah forum global untuk debat dan diskusi. Karena mesin pencari bisa mempengaruhi bisnis, bila mereka mengambil data tidak melalui prosedurnya," kata CEO WAN IFRA, Vincent Peyrègne.
Usulan ini mendapatkan tanggapan beragam dari peserta WAN IFRA. Margaret Boribon, anggota asosiasi media Belgia, mengatakan tidak mudah untuk melakukan pendekatan dengan mesin pencari. Meski ia pernah berhasil menggugat Google atas pelanggaran hak cipta, namun Boribon menegaskan tetap perlu kebersamaan penerbit media secara global agar bisa lebih mengintervensi.
"Organisasi seperti Google memiliki sarana besar untuk melobi di tingkat dunia. Industri media harus datang dengan posisi yang kuat, atau kita akan kalah," kata Boribon.
"Solidaritas di tingkat lokal adalah penting, tetapi solidaritas di tingkat global juga jauh lebih penting," tambahnya.
Boribon menegaskan, sangat penting kalangan media terutama media tradisional dan online memikirkan tentang berita-berita mereka yang dengan mudah didapatkan tanpa ada kompensasi apapun.
"Jika untuk saling berbagi informasi, itu tidak masalah. Tapi ada orang-orang yang mendapatkan keuntungan dari konten berita kita, tapi tidak memberi kompensasi apapun. Itu yang harus segera diatasi," tegasnya.
Sementara itu, Frédéric Filloux, manajerial media digital Prancis mengatakan, semua cara bisa saja dilakukan media guna mendapatkan pelanggan. Namun demikian, tetap ada hal-hal yang harus dihormati. Terutama mengenai hak cipta.
"Kita harus bicarakan ini dengan pihak terkait seperti Flipboard, Google atau paywalls. Kita perlu berhati-hati agar hak cipta kita tidak dilanggar," katanya.(afz/jpnn)
Tema inilah yang menjadi topik hangat dalam diskusi World Associaton of Newspapers and News Publishers (WAN IFRA), Selasa (4/6) di Bangkok, Thailand. Asosiasi surat kabar dunia ini memutuskan untuk segera mendirikan global mengatasi pencurian hak cipta melalui mesin pencari.
Diharapkan forum ini menjadi wadah antisipasi kemajuan teknologi bagi bisnis media dan solusi mengatasinya. "Kita perlu segera menciptakan sebuah forum global untuk debat dan diskusi. Karena mesin pencari bisa mempengaruhi bisnis, bila mereka mengambil data tidak melalui prosedurnya," kata CEO WAN IFRA, Vincent Peyrègne.
Usulan ini mendapatkan tanggapan beragam dari peserta WAN IFRA. Margaret Boribon, anggota asosiasi media Belgia, mengatakan tidak mudah untuk melakukan pendekatan dengan mesin pencari. Meski ia pernah berhasil menggugat Google atas pelanggaran hak cipta, namun Boribon menegaskan tetap perlu kebersamaan penerbit media secara global agar bisa lebih mengintervensi.
"Organisasi seperti Google memiliki sarana besar untuk melobi di tingkat dunia. Industri media harus datang dengan posisi yang kuat, atau kita akan kalah," kata Boribon.
"Solidaritas di tingkat lokal adalah penting, tetapi solidaritas di tingkat global juga jauh lebih penting," tambahnya.
Boribon menegaskan, sangat penting kalangan media terutama media tradisional dan online memikirkan tentang berita-berita mereka yang dengan mudah didapatkan tanpa ada kompensasi apapun.
"Jika untuk saling berbagi informasi, itu tidak masalah. Tapi ada orang-orang yang mendapatkan keuntungan dari konten berita kita, tapi tidak memberi kompensasi apapun. Itu yang harus segera diatasi," tegasnya.
Sementara itu, Frédéric Filloux, manajerial media digital Prancis mengatakan, semua cara bisa saja dilakukan media guna mendapatkan pelanggan. Namun demikian, tetap ada hal-hal yang harus dihormati. Terutama mengenai hak cipta.
"Kita harus bicarakan ini dengan pihak terkait seperti Flipboard, Google atau paywalls. Kita perlu berhati-hati agar hak cipta kita tidak dilanggar," katanya.(afz/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... ILO: Lebih 200 Juta Orang Jadi Pengangguran di 2015
Redaktur : Tim Redaksi