Keputusan layanan streaming video populer China untuk mengaburkan telinga aktor yang memakai perhiasan telah memicu perdebatan sengit tentang maskulinitas yang didefinisikan Pemerintah China. Poin utama:• Stasiun TV milik Pemerintah diminta untuk menghindari foto close-up pria yang mengenakan anting-anting
• Pengaruh budaya Jepang dan Korea terhadap pemuda China telah begitu "luar biasa"
• Pada zaman kuno, catatan menunjukkan laki-laki China memiliki rambut panjang dan mengenakan perhiasan

BACA JUGA: Tak Penuhi Syarat, Ba’asyir Tak Bisa Bebas

Dalam reality show I Fiori Delle Sorelle yang dirilis pada platform streaming seperti YouTube -iQiyi, awal bulan ini, dua aktor ditampilkan bekerja di sebuah toko bunga di Florence dengan tampilan daun telinga yang buram.

Tagar # MaleTVStarsCantWearEarrings (bintang TV laki-laki tak bisa gunakan anting) sejak saat itu telah digunakan di lebih dari 90.000 postingan dan dilihat lebih dari 470 juta kali dalam seminggu terakhir.

BACA JUGA: Susui Anaknya 7 Tahun, Ibu Ini Dilabeli Pedofil Oleh Netizen

Menurut media Pemerintah China, Beijing Youth Daily, gambar-gambar yang disensor itu adalah bagian dari tindakan keras China terhadap kemunculan selebritas pria yang berdandan seperti perempuan di media China dan budaya populer.

Beijing Youth Daily mengutip sebuah sumber anonim yang mengatakan bahwa Otoritas Radio dan Televisi Nasional China mengirim dokumen resmi ke setiap stasiun TV milik pemerintah, meminta mereka untuk mengontrol penampilan selebritas, termasuk memaksakan pembatasan warna rambut dan menghindari sorotan jarak dekat dari para pria yang mengenakan anting-anting.

BACA JUGA: Priska Nugroho Maju Ke Babak Ketiga Junior Putri Australia Terbuka 2019

"Kami tak bisa menyangkal bahwa selebriti ini memang telah memberikan pengaruh buruk bagi anak-anak kami," tulis seorang pengguna Weibo.

"Mereka harus tampil di depan umum dengan penampilan yang lebih positif."

Meski demikian, pengguna lain di Weibo merasa bahwa "mengenakan anting-anting hanyalah pilihan estetika pribadi" dan "diskriminasi" terhadap laki-laki yang mengenakan anting-anting memberikan contoh buruk bagi anak-anak. Photo: Beijing ingin menyelaraskan citra laki-laki China dengan citra global dari maskulinitas. (AP: Li Gang)

Dominasi pria masih kuat di China

Ini bukan pertama kalinya media China menerima tekanan kuat dari para elit di Beijing.

September lalu, media pemerintah China, Xinhua, menerbitkan editorial yang mengkritik penggambaran lelaki di media China, yang mengklaim popularitas "estetika rapuh" pada selebritas pria yang berdandan layaknya perempuan memiliki dampak buruk pada remaja dan "melukai citra nasional China".

Profesor Yuk Ping Choi, seorang ahli sosiologi dari Universitas Hong Kong China, mengatakan kepada ABC bahwa generasi muda yang mendukung aktor mengenakan anting-anting telah dipengaruhi oleh budaya asing dan ingin mengekspresikan identitas mereka secara berbeda.

Tetapi ekspresi individualitas dibatasi di bawah rezim otoriter, katanya, menambahkan bahwa media China juga diharapkan untuk menyensor tayangan mereka untuk menyelaraskan diri dengan Pemerintah.

"China mencari pengaruh internasional, sehingga mereka ingin menyelaraskan citra laki-laki hCina dengan citra global maskulinitas," kata Profesor Choi.

"Tampaknya perusahaan [streaming] itu khawatir penampilan para aktor bertentangan dengan harapan Pemerintah tentang bagaimana para aktor pria seharusnya berperilaku."

Profesor Kam Louie, seorang ahli yang sangat disegani, mengatakan kepada ABC bahwa perpecahan dalam opini publik hampir bisa dipastikan. Photo: Telinga aktor China, Boran Jing, terlihat di episode pertama acara reality show I Actor tapi diburamkan pada episode ketiga. (Supplied: IQiYi)

Ia mengatakan pengaruh budaya Jepang dan Korea terhadap kaum muda di seluruh dunia begitu "luar biasa" dalam beberapa dekade terakhir.

Meskipun demikian Profesor Louie mengatakan China terus "mendikte apa yang bisa diterima secara moral dan menjadikannya resmi".

"Dominasi laki-laki masih sangat kuat di China, dan setiap kali hirarki sosial terganggu, Anda harus menentang beberapa dari hierarki itu," katanya.

Tetapi Profesor Louie menunjukkan bahwa apa yang dilihat masyarakat China sebagai "maskulin" tidak selalu sama.

Menurut catatan, pada zaman kuno pria-pria China mengenakan jubah panjang, mengenakan jubah panjang dan menghiasi diri mereka dengan perhiasan, sementara kecerdasan juga dipandang sebagai atribut kejantanan.

"Orang China yang 'membela' tradisi sering tidak tahu banyak tentang budaya, sejarah, atau tradisi China," kata Profesor Louie. Photo: Ribuan tahun lalu, para pria memiliki rambut panjang dan kecerdasan dipandang sebagai atribut maskulinitas. (ABC News: Bang Xiao)

Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.

Ikuti berita-berita lain di situs ABC Indonesia.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kadal Langka Berlidah Biru Berkepala Dua Ditemukan di Australia

Berita Terkait