jpnn.com, SURABAYA - Dalam balutan kostum berwarna hijau, lima orang penari tampak serius meliukkan badannya dengan gemulai. Sesekali gerakannya menandakan kekuatan. Terutama saat para penari tersebut mengangkat dan meletakkan bejana air di atas kepalanya.
Itu merupakan tari Mahameru yang diciptakan Dimas Pramuka Atmaja. Pendiri, pimpinan, sekaligus koreografer sanggar tari Gito Maron itu hendak menunjukkan kemegahan Gunung Semeru. Idenya bersumber dari kesenian yang berkembang di Lumajang, Pandalungan, dan sekitarnya yang identik dengan keberadaan Gunung Semeru.
Lelaki yang akrab disapa Pram itu mengungkapkan, gunung yang dipercaya sebagai tempat bersemayamnya para dewa itu memiliki legenda mengenai air kehidupan. Karena itu, lima perempuan yang menarikan tari Mahameru merupakan penggambaran para putri yang setia pada budayanya. Salah satunya dengan melestarikan ritual mengambil air di Semeru sebagai sarana tolak balak. Atau memohon keselamatan agar hajatnya terhindar dari petaka atau mara bahaya.
Penerima penghargaan Maestro Seni Indonesia Kategori Pengembang dan Pelestari Budaya Bangsa tahun 2014 itu sebelumnya mengeksplor beragam tarian yang berasal dari berbagai daerah. Sebut saja Lenggang Surabaya atau Emprak Blitar. ''Lalu, saya mikir apa lagi ya yang unik dan beda untuk dieksplorasi sekaligus dimodifikasi,'' tuturnya saat dijumpai Kamis (25/10).
Tidak heran, pendekatan yang digunakan adalah visualisasi gerak Jawa Timur-an. Yakni, ragam gerak yang dipilih dan disusun berdasar pengembangan dari kesenian dan gerak tari daerah setempat. Dengan begitu, tetap ada ciri khas lokal yang terpancar kuat. Begitu pula dengan musik pengiring tarian yang mengambil nuansa musik khas Pandalungan.
Jumlah penarinya pun fleksibel. Bergantung kebutuhan dan ketersediaan ukuran panggung. Begitu juga durasi waktunya yang bisa dirangkum dalam enam menit penampilan atau lebih panjang dari itu. ''Dalam proses penciptaannya, harus diperhatikan antara musik, gerak, dan busana. Karena harus menjadi satu harmoni yang utuh,'' pungkas lelaki 55 tahun itu. (hay/c17/tia)
BACA JUGA: Google Doodle Hari Ini: Merayakan Karya Bagong Kussudiardja
Redaktur : Tim Redaksi