Megawati Bangga Indonesia Memiliki Teknik Wastra Terlengkap di Dunia

Sabtu, 27 Maret 2021 – 18:53 WIB
Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Presiden Kelima Republik Indonesia Megawati Soekarnoputri memuji industri kreatif yang telah menjadi salah satu penyangga ekonomi nasional.

Menurut Megawati, sektor ekonomi kreatif yang dahulu secara ekonomi memiliki arti kecil dan bersifat sampingan, sekarang telah berubah.

BACA JUGA: Megawati Soekarnoputri: Kalau Ada Anak tidak Punya Orang Tua, Peluklah

Ekonomi kreatif, kata Megawati, telah menunjukkan potensinya sebagai kekuatan yang tangguh dan mampu menjadi salah satu penyangga perekonomian nasional.

“Ekonomi kreatif adalah nilai yang tercipta dari suatu ide," kata Megawati saat menjadi pembicara utama pagelaran An Exotic Journey to Nusantara karya desainer Samuel Wattimena yang dilakukan secara virtual, Sabtu (27/3)

BACA JUGA: Cerita di Balik Kemiripan Motif Batik Indonesia dan Suku Aborigin Australia

Seperti diketahui, salah satu sektor ekonomi kreatif yang berkembang adalah industri fesyen.

Berdasar laporan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), subsektor fesyen berkontribusi besar dalam produk domestic bruto (PDB) ekonomi kreatif Indonesia yang mencapai 41,4 persen. Angka itu lebih tinggi dari kuliner dan kriya yang berkontribusi di bawah 20 persen.

BACA JUGA: Gaya Hidup Sehat dan Bergaya dengan Wastra Nusantara

"Bagi saya, sama membahagiakannya saat mengetahui Indonesia merupakan negara ketiga setelah Amerika Serikat dan Korea Selatan yang kontribusi ekonomi kreatifnya besar bagi perekonomian nasional," ungkap Megawati.

Ketua umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu menyatakan Indonesia juga kaya akan wastra atau kain tradisional. Megawati menyebut wastra atau kain tradisional di Indonesia yang berkaitan dengan sejarah.

Menurutnya, setiap helai benang dan bubuhan motif pada wastra nusantara merupakan karya yang memiliki ciri khas, simbol, warna, ukuran, hingga material yang digunakan dari hulu hingga ke hilir.

Dia menambahkan semua itu dipengaruhi kultur sosial masyarakat Indonesia, seperti sistem pengetahuan, budaya, lingkungan, kepercayaan, dan lambang strata sosial.

"Indonesia memiliki teknik wastra atau kain tradisional terlengkap di dunia, dan nenek moyang kita berhasil membuatnya menjadi identitas nusantara, seperti batik, songket, sulam, ikat, tapis, dan lainnya, banyak banyak lainnya," ungkap Megawati.

Selanjutnya, Bu Mega menyinggung salah satu fesyen, yakni batik, yang perajinnya telah tumbuh subur di berbagai daerah.

Menurutnya, dari tahun ke tahun batik selalu mengalami perkembangan.

Sekitar abad ke-17, motif batik didominasi bentuk hewan dan tanaman, yang kemudian berkembang pada motif menyerupai awan serta relief candi.

Berkembangnya kesenian batik di Indonesia terjadi setelah akhir abad ke-18 atau awal abad ke-19.

Lalu, akhir abad ke-19 muncul batik saudagar di Kerajaan Surakarta dan Yogyakarta.

Ciri batik saudagar mudah dikenali lewat ornamen klasik yang dimodifikasi sesuai selera.

Beberapa masa setelahnya, muncul desain batik khas kota-kota pesisir utara Jawa, termasuk Pekalongan, dan Cirebon.

Desain tersebut menunjukkan pengaruh China melalui penggunaan warna-warna cerah, bunga, dan motif awan.

"Sepanjang sejarahnya, perkembangan batik Indonesia dipengaruhi juga oleh para pedagang asing dan juga pendatang,” lanjut Megawati.

Menurutnya, beberapa sumber menyebutkan batik Indonesia mencapai puncak kreativitasnya pada 1890 hingga 1910.

“Pada zaman tersebut telah muncul batik Belanda, batik Cina, atau batik Hokokai," kata Megawati.

Sekitar 1955, Presiden Soekarno mendorong terciptanya gaya baru batik, yaitu Batik Indonesia.

Bung Karno menginginkan batik yang menampilkan nilai seni budaya sebagai jati diri bangsa sekaligus menyuarakan pesan persatuan Indonesia.

Pada waktu itu, Ibu Sud, Go Tik Swan, seorang penari yang kemudian menjadi pengusaha batik di Surakarta, diminta Bung Karno untuk membuat Batik Indonesia.

"Akhirnya ditemukanlah bahwa batik Indonesia adalah perpaduan batik klasik dan batik pasisiran, perpaduan batik klasik berwarna cokelat hitam dan kebiruan, sedang batik pasisiran yang kaya warna," papar Megawati.

Batik Indonesia dikembangkan menggunakan warna-warna cerah.

Kemudian, beberapa desain baru muncul, seperti cendrawasih, sruni, sandang pangan, udang.

"Bung Karno menginginkan desain batik Indonesia tersebut mencerminkan penggabungan rasa persatuan, nasionalisme, dan romantisme, yang mampu mendukung proses nation building," tutur Megawati.

Akhirnya, batik menjadi warisan budaya dunia milik Indonesia setelah ditetapkan oleh UNESCO pada 2 Oktober 2009.

Pemerintah Indonesia menjadikan 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional yang selalu diperingati setiap tahunnya.

Megawati menyadari arus global tidak terhindari.

Namun, dia meyakini dengan karakter kuat sebagai bangsa, Indonesia dapat menjaga kebudayaan nusantara.

Megawati melihat kekayaan wastra nusantara tidak kehilangan ciri khas dan karakternya.

"Meski dalam perjalanannya terpengaruh sentuhan budaya lain, justru itulah yang menambah kekayaan wastra nusantara sebagai satu wadah percampuran kebudayaan dunia," kata Megawati Soekarnoputri. (tan/jpnn)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?


Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler