jpnn.com, JAKARTA - Pembina Dulur Ganjar Pranowo (DGP) Andika Permadi mengatakan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri menjunjung tinggi demokrasi saat memilih calon presiden.
Hal ini menurut Andika, Megawati memberi kesempatan kepada dua kader PDIP yakni, Puan Maharani dan Ganjar Pranowo untuk bersaing menjadi capres. Bahkan Megawati tidak melakukan nepotisme terhadap Puan Maharani, sang anak.
BACA JUGA: Megawati dan Jokowi Sepakat Mencalonkan Ganjar jadi Presiden, Ada Pramono
"Kami melihat ada poin demokrasi yang luar biasa dari Megawati memberi kesempatan keluasan kepada Mbak Puan dan Mas Ganjar untuk bersaing secara sehat," ujar Andika di Rumah Aspirasi Relawan Ganjar Pranowo, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (4/11)
Andika menuturkan saat bersaing tersebut elktabilitas Ganjar mengungguli Puan Maharani, sehingga PDIP akhirnya menjatuhkan pilihan ke eks Gubernur Jawa Tengah ini.
BACA JUGA: Besok, Ganjar-Mahfud Serta Megawati ke Blitar, Ini Tujuannya
"Elektabilitasnya Ganjar terus naik mengungguli Puan. Drama babak pertama diunggulkan Mas Ganjar Pranowo sebagai capres hingga diumumkan pada 21 April 2023," paparnya.
Ketua Tim Pakar Hukum dan Budaya Dulur Ganjar Pranowo (DGP) Charles Siahaan mengatakan masyarakat di akar rumput butuh sosok kepemimpinan yang berani, taat dan menguasai ilmu agama, sekaligus cakap dan menguasai tatanan hukum serta tutur katanya mudah dipahami.
Selain itu haruslah sosok yang ucapannya selalu konsisten, berbicara lugas, tidak mencla-mencle, tanpa dilatar belakangi beban tekanan psikis. Karena itu banyak maayarakat yang menjatuhkan pilihan ke Ganjar Pranowo-Mahfud MD di Pilpres 2024.
"Ganjar-Mahfud tidak penuh kepura-puraan atau berteka-teki yang mengganggu kepercayaan rakyat. Mereka terpikat dengan sosok Ganjar Pranowo yang apalagi didampingi Mahfud MD," ujar Charles.
Pembina DGP Victor Edi Simanjuntak mengaku aneh terhadap sikap Presiden Joko Widodo (Jokowi). Karena, sebagai orang Jawa kenapa tega menyakiti hati orang, dalam hal ini PDIP.
Bahkan Jokowi pernah mengatakan filosofi Jawa ada tiga yang diungkapkan, yaitu pertama jangan suka menjatuhkan orang, kedua jika bergerak cepat tidak boleh mendahului. Ketiga, jangan menggurui.
"Pak Jokowi itu didikan langsung Ibu Megawati. Pak Jokowi itu sangat menguasai ideologi Bung Karno. Dia juga dibesarkan oleh PDIP dua kali sebagai Wali Kota, Gubernur DKI Jakarta dan dua kali presiden. Anaknya Gibran menjadi Wali Kota Solo, mantunya Bobby jadi Wali Kota Medan," paparnya.
Sebagai negara sejati, lanjut Victor, Jokowi mesti paham betul bahwa 1998 itu melakukan reformasi karena pemerintahan Orde Baru telah melakukan penyimpangan terhadap demokrasi.
"Jadi kekuasaan itu seharusnya diraih dengan demokrasi yang benar. Jadi penyimpangan demokrasi itu tidak akan dilakukan oleh Pak Jokowi," terangnya lagi.
Victor juga melihat proses Mahkamah Konstitusi (MK) juga aneh. Bahkan menurut para ahli itu tidak benar, menyimpang. Tetapi itu dianggap oleh pihak lain termasuk Jokowi, bahwa putusan itu kehendak hakim.
Gagasan Gardunisasi Diapresiasi
Perwakilan rumah aspirasi Ganjar Pranowo Presiden 2024/2024 Tatang Tamam mengapresiasi dukungan dan gagasan DGP.
Misalnya terkait pendekatan ke masyarakat berupa Gardunisasi. Ditambahkannya, hal tersebut sejalan dengan program Canvassing Day atau Blusukan yang bakal ditingkatkan mulai 5 November di DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten.
Kata dia, kegiatan di akar rumput sangat bermanfaat untuk meningkatkan keterkenalan dan kemenangan Ganjar-Mahfud.
"Mari kita perkuat barisan, soliditas dan menjalaninya dengan riang gembira, merangkul, ramah, tebarkan senyuman, sambil disertai kegiatan positif seperti pemeriksaan kesehatan, hiburan musik, bakti sosial, membersihkan lingkungan dan sembako murah," pungkasnya
Adapun, DGP sudah membentuk 140 kepengurusan mulai dari tingkat provinsi, kota, hingga kabupaten. Itu dilakukan untuj mengoptimalisasi kepengurusan, yang fungsinya sebagai pasukan tempur politik darat bagi Ganjar-Mahfud.
Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?
Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul