jpnn.com - JAKARTA – Setidaknya ada lima insiden yang terkait dengan sepak bola terjadi pada Mei 2016.
Belum kering tanah di kuburan suporter Persija Jakarta Muhammad Fahreza, korban baru jatuh lagi di Sleman pada Minggu (22/5) dini hari dan malam harinya tragedi Gresik jadi penutup.
BACA JUGA: Inilah Sumber Provokasi versi Manajer Persegres
Ya, di Sleman, Stanislaus Gandhang Deswara yang baru berusia 16 tahun, seumuran Fahreza, tewas dalam bentrok suporter PSS Sleman dengan PSIM Jogjakarta yang baru pulang dari lawatan ISC B di Semarang pada dini hari. Enam lainnya mengalami luka-luka dalam bentrok di Jalan Magelang Km 14 Sleman itu.
Bahkan, keluarga Stanislaus masih belum kering air matanya, di Gresik terjadi bentrok suporter Persegres dengan pendukung PS TNI dalam kompetisi ISC A. Operator kompetisi PT Gelora Trisula Semesta (PT GTS) pun langsung jadi sorotan.
BACA JUGA: Rusuh Suporter di Gresik: Ada Bercak Darah di Pipa Stadion
Patut dipertanyakan kemampuan mereka memberikan jaminan keamanan dan keselamatan bagi suporter dalam setiap pertandingan. Pengecualian khusus buat kasus di Sleman, berada di luar ranah sepak bola, melainkan kriminal murni. Namun, dalam insiden Fahreza dan Gresik, itu tanggung jawab operator kompetisi.
”Siapapun yang bersalah pasti kami jatuhi sanksi. Ini demi menegakan semangat kekeluargaan dalam kompetisi ini,” kata Ratu Tisha Destria, direktur kompetisi dan regulasi PT GTS.
BACA JUGA: Terungkap! Ternyata Ini Penyebab Dybala Sering Dicadangkan
”Dalam regulasi kompetisi, ada banyak sanksi tegas yang bisa ditempuh. Mulai dari hukuman pertandingan tanpa penonton hingga tim yang bersalah harus menjalani laga usiran jauh dari home base mereka,” papar dia.
Hanya, kata Tisha, komisi disiplin (Komdis) ISC harus terlebih dulu membentuk tim investigasi. Itu dilakukan agar dapat gambaran objektif. Rencananya, Rabu (25/, tim investigasi tersebut akan mendatangi tempat kejadian perkara (TKP) di Stadion Tri Dharma, Gresik.
Saat ini, PT GTS masih menerima laporan dari berbagai pihak. Baik dari versi masing-masing suporter, serta panitia pertandingan dan kepolisian. Dari informasi awal tersebut, kemudian akan dikomparasikan dengan data-data yang didapatkan oleh tim investigasi nanti.
”Karena kami sejak awal juga sudah membentuk tim security stadium yang terdiri dari orang-orang profesional. Mereka yang kemudian melakukan analisa terkait data dan informasi yang diperoleh oleh tim investigasi,” jelas wanita yang pernah mewakili Indonesia di FIFA Master Program pada 2013 lalu itu.
Ketua Komdis ISC Asep Edwin menambahkan, ada beberapa pasal yang dilanggar dalam insiden di Gresik. Selain pasal 60, juga pasal 62 dalam kode disiplin ISC.
”Kami akan mencari pasal paling kuat yang dilanggar dari insiden di Gresik itu. Dari hasil kajian kami sementara, kejadian itu bukan hanya melanggar satu pasal saja, tapi lebih,” kata pria asal Barito, Kalimantan Tengah itu.
”Kami saat ini sedang mengumpulkan fakta dan berbagai macam informasi dari hasil tim investigasi,” ujarnya.
Dia menambahkan, ada tingkatan sanksi yang bisa dijatuhkan kepada klub atas pelanggaran keras dalam pertandingan. Selain sanksi pertandingan tanpa penonton hingga bertanding di lokasi netral. Juga, ada denda yang nilainya tergantung tingkat pelanggaran.
Hanya, pria berusia 47 tahun itu belum berani menyimpulkan pasal atau level sanksi seperti apa yang patut dijatuhkan. Masih bergantung kepada hasil investigasi dan rapat komdis pada Kamis (26/5).
Bisa juga, insiden itu ada yang terkait pidana, maka perlu ada laporan dari mereka yang menjadi korban.
”Tapi yang lebih pas adalah pengadilan militer, karena dugaan sementara pelaku insiden adalah oknum anggota TNI,” katanya.
Di sisi lain, Sekjen Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) Heru Nugroho mengatakan bahwa, mereka sejatinya sudah mewanti-wanti PT GTS untuk lebih ketat memberikan pengawalan terhadap suporter dari tim-tim yang membawa nama besar institusi negara. Yaitu, PS TNI dan Bhayangkara Surabaya United.
Penyebabnya, lanjut Heru, suporter dari dua tim tersebut belum terbiasa dengan atmosfer tribun penonton yang sarat provokasi. ”Dan, kekhawatiran kami itu pun terjadi. Tapi, kalau sudah seperti ini kami segera membicarakannya dengan operator dalam waktu dekat,” ucap pria asal Malang itu.
Soal potensi kompetisi dihentikan atau tidak demi menghindari korban lebih banyak, Heru mengatakan, itu di luar kewenangan mereka.
Sebab, ISC langsung mendapat rekomendasi Presiden Joko Widodo, bukan melalui BOPI. ”Kami pasrahkan semua ke atasan,” lanjutnya. (ben/rah/ham)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ada yang Ditendang, Mayoritas Kena Lemparan Batu
Redaktur : Tim Redaksi