Melambat, Penyaluran Kredit Perbankan Tembus Rp 5.339 Triliun

Senin, 03 Juni 2019 – 10:15 WIB
Bank Indonesia. Foto: dokumen Indopos/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mencatat terjadinya perlambatan kredit perbankan pada April lalu.

Saat itu penyaluran kredit mencapai Rp 5.339,2 triliun atau tumbuh sebelas persen secara year-on-year (yoy).

BACA JUGA: Penukaran Uang Baru Tembus Rp 1,6 Triliun

Angka itu lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya yang mencapai 11,5 persen (yoy).

BACA JUGA: Penyaluran Kredit Perbankan Ditarget Tumbuh 10–13 Persen

BACA JUGA: Gubernur BI: Tarif Angkutan Udara Turun

Direktur Eksekutif-Kepala Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko menyatakan, perlambatan tersebut berdampak pada pertumbuhan uang beredar.

Berdasar data BI, komponen uang beredar dalam arti luas atau M2 mencapai Rp 5.744 triliun alias tumbuh 6,2 persen (yoy).

BACA JUGA: Kebutuhan Uang Tunai Ramadan dan Idulfitri Tembus Rp 33,4 Triliun

’’Pertumbuhan ini sedikit lebih rendah kalau dibandingkan dengan Maret yang mencapai 6,5 persen,’’ jelasnya akhir pekan lalu.

Onny mengungkapkan, faktor penyebab turunnya peredaran M2 adalah uang kuasi. Yakni, tabungan dan simpanan berjangka.

Komponen itu hanya tumbuh sekitar 6,2 persen pada April. Padahal, di bulan sebelumnya, pertumbuhannya mencapai 7 persen.

’’Pasar uang kuasi terhadap M2 itu tercatat 74,4 persen dengan nilai Rp 4.272,0 triliun,’’ ungkapnya.

Pada kesempatan tersebut, Onny menuturkan bahwa komponen uang beredar dalam arti sempit (M1) serta surat berharga selain saham meningkat.

Masing-masing tumbuh 5,8 persen (yoy) dan 31,1 persen (yoy). Angka itu lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya.

’’Peningkatan pertumbuhan komponen uang beredar sempit (M1) dan surat berharga selain saham ini menahan perlambatan pertumbuhan M2,’’ jelas Onny.

Ketika M1 mencatatkan perlambatan, turunnya peredaran M2 akan lebih besar daripada yang tercatat April.

Berdasar faktor yang memengaruhinya, perlambatan pertumbuhan M2 dipicu kontraksi pertumbuhan aktiva luar negeri bersih dan perlambatan pertumbuhan kredit. Pada April lalu, aktiva luar negeri bersih tumbuh negatif.

Angkanya tercatat minus 5,8 persen (yoy). Pada bulan sebelumnya, kinerja aktiva luar negeri bersih juga negatif. Namun, angkanya lebih kecil. Yaitu, minus 3,7 persen (yoy).

Menurut Onny, kondisi itu tercipta karena meningkatnya kewajiban sistem moneter nonresiden. Lagi pula, posisi cadangan devisa relatif stabil.

Onny menjelaskan, penyaluran kredit yang mengalami perlambatan terjadi pada golongan debitur korporasi dan perorangan.

Dua golongan itu memiliki pangsa 49,9 persen dan 46,1 persen dari total penyaluran kredit.

Namun, perlambatan pertumbuhan M2 masih tertahan oleh ekspansi operasi keuangan pemerintah pada April lalu.

Terbukti, tagihan bersih sistem moneter kepada pemerintah pusat meningkat. Dari minus 9,1 persen (yoy) menjadi tumbuh sekitar 5,1 persen (yoy).

’’Ini sejalan dengan perlambatan rekening giro pemerintah pusat pada sistem moneter,’’ ujarnya.

Sampai bulan lalu, perlambatan uang beredar masih terjadi. Salah satu pemicunya adalah tingginya harga tiket pesawat yang mengakibatkan jumlah penumpang turun.

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mencatat penurunan jumlah pemudik dari jalur udara pada H-6 dan H-7 Lebaran kali ini.

Dalam waktu dua hari itu, jumlah penumpang pesawat tercatat 411.680 orang atau turun 42,77 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Secara terperinci, Kemenhub mencatat jumlah penumpang H-7 Idul Fitri pada Rabu (29/5) mencapai 231.578 penumpang.

Angka itu turun 20,01 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya (289.522 penumpang).

Pada H-6 Lebaran alias Kamis (30/5), tercatat ada 180.102 penumpang atau turun 39,62 persen kalau dibandingkan dengan tahun sebelumnya. (ken/vir/c14/hep)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Naik 7,9 Persen, Utang Luar Negeri Indonesia Tembus Rp 5.426 Triliun


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler