Sebagian perempuan dari berbagai latar budaya di Australia kehilangan pekerjaan mereka ketika pandemi COVID terjadi, sekarang mereka dipekerjakan untuk membantu mempercepat vaksinasi di negara bagian Victoria.

Sekitar 50 orang perempuan di Victoria yang beribu kota di Melbourne ini akan membantu menyebarkan informasi mengenai vaksin COVID-19 karena komunitas migran lebih percaya dengan informasi yang disampaikan dalam bahasa ibu mereka.

BACA JUGA: Trio Meninggal Usai Vaksinasi COVID-19, Keluarganya Berikan Catatan Ini untuk Pemerintah

ABC berbicara dengan tiga orang di antara mereka, Nicki Duang, Sohola Safdari dan Rachel Chung yang akan dikerahkan untuk berbicara dengan sebanyak mungkin warga karena salah satu kritikan terhadap penanganan COVID di Victoria tahun lalu adalah kesenjangan informasi yang didapat warga dari berbagai budaya yang bukan berbahasa Inggris.

Rachel Chung tiba di Melbourne dari Malaysia tahun lalu untuk melanjutkan pendidikan.

BACA JUGA: Lukman Sardi: Vaksinasi untuk Melindungi Diri dari Covid-19

Namun dua minggu setelah menjejakkan kaki di Australia, negara bagian Victoria terutama Melbourne menerapkan lockdown setelah mengalami peningkatan kasus corona.

"Saya sangat berharap untuk bisa bekerja sambil kuliah, jadi saya sudah berencana mengirimkan dua surat lamaran kerja setiap hari," katanya.

BACA JUGA: Kapal Nelayan Indonesia Tenggelam di Australia Barat, 20 Awaknya Selamat

"Namun sayangnya saya tidak bisa mendapatkan pekerjaan karena pandemi, dan itu sangat menyusahkan bagi saya."

Rachel Chung menguasai tiga bahasa: Mandarin, Melayu dan Inggris.

Dia merasa putus asa dan tidak berharap lagi bisa mendapatkan pekerjaan sambilan, apalagi di bidang yang dipelajarinya: kesehatan publik.

Namun kemudian kesempatan baru muncul bagi perempuan migran yang bisa beberapa bahasa seperti Rachel Chung untuk membantu menyebarkan informasi  mengenai vaksin ke komunitas.

"Ada banyak keraguan mengenai vaksin di kalangan masyarakat dan juga informasi menyesatkan" katanya.

"Ada banyak hal yang perlu kami lakukan untuk meluruskannya, jadi mereka akan lebih percaya diri untuk mendapatkan vaksinasi." Berbicara dalam bahasa ibu meningkatkan kepercayaan

Nicki Duang yang tinggal di Truganina, permukiman berjarak sekitar 25 km dari pusat kota Melbourne, kehilangan pekerjaannya di Kantor Pos Australia tahun lalu dan sekarang dipekerjakan sebagai tenaga pendidik kesehatan multibahasa.

Dia bisa berbicara dalam Bahasa Arab, Dinka (salah satu bahasa di Sudan), dan Inggris.

Bahasa Inggris baru mulai dikuasainya sejak dia tiba di Australia dari Sudan Selatan ketika dia berusia delapan tahun.

"Penting sekali untuk menyampaikan pesan kesehatan dalam bahasa ibu, karena kita lebih mempercayai bila itu datang dari seseorang yang berbicara dalam bahasa yang sama dengan Anda," katanya.

"Sudah banyak terjadi kesalahpahaman dan karena penelitian kebanyakan dilakukan oleh organisasi tertentu dan kita tidak melihat penelitian dari kalangan kita sendiri, jadi ada perasaan komunitas kita tidak mendapatkan informasi yang penting."

Nicki Duang adalah satu dari 50 perempuan yang kehilangan pekerjaan selama pandemi sekarang bekerja untuk pemerintah negara bagian Victoria.

Mereka dikirimkan ke berbagai wilayah untuk memberikan seminar, mengadakan pertemuan lewat Zoom dan mendatangi rumah-rumah guna menjawab pertanyaan apa saja mengenai vaksin, virus dan masalah kesehatan lain dalam bahasa utama  yang mereka pahami.

"Kepercayaan terhadap vaksin sangat rendah di kalangan perempuan. Dari kelompok migran masalahnya adalah mereka tidak memiliki akses terhadap informasi," kata Dr Adele Murdolo direktur eksekutif Pusat Kesehatan Untuk Perempuan Multi Budaya.

Sejak program vaksinasi dimulai, berbagai informasi menyesatkan sudah membahayakan komunitas Australia yang sangat beragam

"Ada berbagai informasi yang simpang-siur di kalangan migran. Mereka sebenarnya bukanlah antivaksin, mereka hanya tidak mendapatkan informasi yang akurat," kata Dr Murdolo.

"Meski informasi itu diterjemahkan ke berbagai bahasa, namun itu hanya tersedia di situs dan selama lockdown, kami tidak mampu mencapai kelompok perempuan migran lewat digital atau media sosial terutama mereka yang tinggal di perumahan milik pemerintah."

Dia mengatakan, semakin akurat informasi yang bisa disampaikan ke perempuan di tempat di mana mereka tinggal atau bekerja, semakin mudah bagi para perempuan tersebut untuk mengambil keputusan mengenai kesehatan mereka.

Menteri Urusan Tenaga Kerja Victoria Jaala Pulford mengqatakan penting sekali masyarakat mendapatkan informasi dari sumber yang bisa dipercaya.

"Kita dengan mudah bisa menemukan berbagai teori konspirasi di internet," katanya.

"Namun, ketika kita berbicara mengenai sesuatu informasi yang bisa membuat kita sehat, dan juga bagi anggota keluarga kita, mereka yang tidak bisa mendengarkan langsung dari jumpa pers menteri kesehatan, harus tetap bisa mendapatkan informasi yang vital tersebut."

Nicki Duang akan ditemani oleh Sohola Safdari ketika mereka mulai bekerja minggu depan.

Sohola Safdari akan bekerja dengan komunitas Afghanistan untuk membagikan pesan-pesan kesehatan penting.

"Kami terutama akan memberikan mereka informasi umum mengenai vaksin, [misalnya] vaksin apa saja yang tersedia di Australia," katanya.

"Kami juga akan berbicara mengenai efek samping, dampak positif terhadap warga, dan siapa saja yang berhak mendapatkan vaksin saat ini."

CEO Lembaga Pusat Remaja Multikultur Carmel Guerra mengatakan bahwa program seperti ini sebenarnya sangat diperlukan 12 bulan lalu.

"Tentu sangat bagus sebenarnya kalau sudah ada, tetapi saya kira kita harus memuji pemerintah karena mereka belajar dari pengalaman dan sekarang menyediakan program ini," katanya.

"Meski pemerintah sudah berusaha keras menyebarkan informasi, masih banyak kebingungan, dan saya tidak yakin bahwa kita berhasil mencapai semua orang yang memerlukan informasi."

Dr Murdolo mengatakan program terbaru ini hanya bersifat jangka pendek.

"Setelah enam bulan nanti, kita bisa melihat bahwa sebenarnya tidak ada perpanjangan dari infrastruktur yang ada," katanya.

"Kita harus berpikir bagaimana bentuk promosi kesehatan untuk komunitas migran dalam jangka panjang."

Pemerintah negara bagian Victoria bermitra yang dengan Pusat Kesehatan untuk Perempuan Multibudaya dan sembilan organisasi kesehatan perempuan lainnya akan memberikan informasi dalam berbagai bahasa.

Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari ABC News.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Indonesia Hentikan Sementara Penggunaan Vaksin AstraZeneca Batch CTMAV547

Berita Terkait