Melihat Budi Daya Mutiara secara Alami di Teluk Nara, Lombok Barat

Semakin Berkilau, Harga Bisa Rp 59 Juta Per Biji

Rabu, 04 April 2012 – 00:24 WIB
Ceko di tempat pembudidayaan kerang mutiara di Teluk Nara, Lombok Barat. Foto : Boy Slamet/Jawa Pos

Mutiara dari Lombok Barat termasuk yang paling elok di Indonesia. Sebab, mutiara dari Teluk Nara dibudidayakan secara alami. Banyak investor asing yang tertarik menanamkan modal di industri itu.
 
 AGUNG PUTU ISKANDAR, Lombok Barat
 
KEINDAHAN Teluk Nara mulai terlihat ketika matahari menyembul dari balik cakrawala kemarin pagi (2/4). Di tengah air laut yang tenang, ratusan bola pelampung berwarna biru dan hitam mengapung di sepetak keramba yang "berenang" 100 meter dari bibir pantai. Di bawah pelampung-pelampung itulah ratusan indukan kerang dari jenis Pinctada maxima diikat dalam jaring-jaring khusus.
 
Setelah 40 hari dirawat di bak-bak khusus dalam laboratorium, kerang-kerang penghasil mutiara itu memang harus "ditanam" di laut lepas. Biasanya di kedalaman 5 meter atau 10 meter jika laut sedang kotor. Di situlah kerang-kerang tersebut dibiarkan hidup dan tumbuh dengan makanan plankton-plankton yang ada.
 
"Kalau usianya sudah dua tahun, baru bisa dioperasi," kata Presiden Direktur PT Autore Pearl Culture Francesco Bruno yang menemani Jawa Pos berkeliling kompleks budi daya mutiara di Kabupaten Lombok Barat itu.
 
Operasi yang dimaksud adalah proses injeksi nukleus ke dalam organ seksual kerang. Tujuannya, nukleus bisa diselimuti selubung-selubung alamiah dari kerang. Karena itu, pembudidayaan kerang secara alami bisa memakan waktu hingga empat tahun atau lebih. Besarnya kerang yang siap panen pun bervariasi. Namun, kerang yang dihasilkan perairan Indonesia rata-rata berdiameter 10"11 milimeter.
 
Ada tiga jenis mutiara di dunia. Yakni, south sea white pearl, south sea black pearl, dan mutiara air tawar. Mutiara putih south sea dihasilkan di selatan Laut China Selatan. Yakni, laut Filipina, Myanmar, sedikit Malaysia, serta sebagian besar perairan di Indonesia. South sea black pearl dihasilkan di Tahiti.

Sementara itu, mutiara air tawar terdapat di perairan Tiongkok. Tapi, kualitasnya dinilai kurang baik. "Indonesia adalah produsen south sea white pearl terbesar di dunia," kata Francesco yang akrab dipanggil Ceko itu.
 
Sejatinya, ada mutiara keempat yang terkenal sangat legendaris. Namanya Akoya. Diameternya lebih kecil daripada south sea white pearl, hanya 9 mm. Sesuai namanya, mutiara itu banyak dibudidayakan di Jepang.
   
Kendati menjadi produsen terbesar mutiara putih Laut Selatan, kualitas produk Indonesia masih kalah oleh produk Australia. Menurut Ceko, mutiara Australia umumnya berdiameter lebih besar daripada mutiara Indonesia. Ukurannya bisa mencapai 13 milimeter. Selain itu, kilau mutiara Australia lebih bersinar daripada mutiara Indonesia. "Tapi, dua-duanya harganya sama mahal," kata lelaki kelahiran Napoli, Italia, 40 tahun lalu itu.
   
Mutiara yang baik harganya memang selangit. Mutiara berdiameter 18 milimeter, misalnya, dibanderol Rp 24 juta per biji. Untuk ukuran 16 milimeter dihargai Rp 18 juta, sedangkan yang 14 milimeter berharga Rp 10 juta. Tapi, yang paling dahsyat adalah mutiara jenis baroque yang dibanderol Rp 59 juta dengan ukuran 16 milimeter. Baroque termasuk jenis mutiara langka karena bentuknya yang tidak bulat sempurna.
   
Kualitas mutiara produk Autore diukur berdasar sejumlah indikator. Di antaranya, shine (kilau), surface (kemulusan permukaan), shape (bentuk), dan size (ukuran). Masing-masing tidak bisa berdiri sendiri. "Semakin berkilau, mutiara semakin mahal," katanya.
   
Di Pulau Lombok, Autore memiliki dua tempat budi daya mutiara. Selain di Teluk Nara, Autore mengembangkan mutiara di Pulau Sumbawa. Dua tempat pembudidayaan tersebut siang malang dijaga petugas khusus. Seorang satpam di depan lokasi dan beberapa lainnya menyebar di pos-pos tertentu yang rawan pencurian.
   
Memang, di laut tersebut produsen hanya mengawinkan kerang-kerang yang ada. Setelah itu, induk-induk kerang dibawa ke Banyu Biru, Banyuwangi, untuk dioperasi agar dapat menghasilkan mutiara yang berkualitas. "Di sini kami cuma membesarkan kerang sampai usia ideal," kata Manajer PT Autore Pearl Farm Ion Suseno.
   
Proses pembesaran kerang di Teluk Nara dilakukan secara alamiah. Mereka tidak menggunakan bahan-bahan kimia. Prosesnya diawali dengan mengawinkan kerang jantan dan betina. Larva hasil perkawinan itu lantas dimasukkan ke bak-bak khusus di laboratorium. Di situlah bayi-bayi kerang diberi makanan berupa plankton.

Plankton itu sendiri dihasilkan dari proses "beternak" plankton di laboratorium. "Kami menyerahkan semuanya kepada alam. Alam mau memberi kami apa, itu yang kami terima," kata Ceko.
   
Ceko mengakui, proses tersebut sangat berisiko dan memakan waktu lama. Sebab, jika laut terkena limbah beracun, jumlah plankton akan berkurang sehingga kerang tak bisa tumbuh normal. Namun, itu sudah pilihan karena budi daya mutiara sangat mengandalkan faktor alam.
    
Selain mengurusi perkawinan kerang, para pekerja di Autore harus membersihkan kulit-kulit kerang. Kulit ratusan kerang yang direndam di laut harus dibersihkan dari sisa-sisa makanan dan lumut. Selain itu, jaring-jaring harus dibersihkan dari kerang-kerang liar yang ikut menumpang tempat.
   
Lumut dan kotoran yang menempel di kulit kerang akan menjadi santapan ikan baronang dan ikan-ikan kecil di pinggir pantai. "Prosesnya dilakukan secara alamiah. Semuanya dari alam. Tidak ada limbah yang dihasilkan alias zero waste," kata Ceko.
   
Ceko merintis usaha itu sejak 1995. Namun, mereka baru sepenuhnya mengelola budi daya kerang mutiara sejak 2004. Autore merupakan produsen dan distributor mutiara terbesar kedua di dunia. Produk mereka pernah dipakai artis Hollywood Angelina Jolie.
   
Selama 16 tahun di Lombok, Ceko menikah dengan Widi Bruno yang asli Indonesia. Pernikahan mereka dikaruniai tiga anak. Kecintaan Ceko terhadap Lombok membuat dia sangat ingin memboyong orang tuanya dari Italia. "Ibu saya sudah di sini. Kalau di Italia, saya tidak mungkin bisa menghidupi seluruh keluarga," katanya.
   
Bekerja di antara keindahan Pantai Lombok membuat hidup Ceko jauh dari stres. "Kalau kerang-kerangnya yang stres, saya juga ketularan stres," katanya lantas terkekeh.(*/c2/ari)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tristan Alif Naufal yang Dijuluki Messi dari Indonesia


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler