jpnn.com, BOGOR - Euforia HUT ke-74 Kemerdekaan Republik Indonesia masih terasa. Berbagai macam atribut merah putih yang menghiasi setiap sudut negeri masih ada yang terpasang.
Namun, tiba-tiba kita dikejutkan dengan unjuk rasa yang terjadi di Manokwari dan Jayapura. Reaksi yang ditenggarai, sebagai sikap protes atas dugaan persekusi dan kata-kata kurang etis yang diduga keluar dari mulut massa dan aparat keamanan terhadap mahasiswa Papua di Surabaya.
BACA JUGA: Seperti ini Kondisi Operasional Pelabuhan di Papua PascaRusuh
Semua bermula dari peristiwa pengepungan dan penggerebekan Asrama Mahasiswa Papua oleh ormas dan aparat, Sabtu (17 Agustus 2019) di Surabaya. Muncul pandangan yang menilai sikap aparat dan ormas adalah sebuah tindakan yang terlalu represif dan arogan. Menimbulkan berita simpang siur, yang kemudian memicu terjadinya aksi unjuk rasa.
Masalah apa pun yang terkait dengan Papua dan Papua Barat memang selalu sensitif. Karena itu setiap persoalan di Papua dan Papua Barat, harus dilihat secara jernih dan tanpa prasangka yang bisa membakar emosi dan menimbulkan perpecahan antarsesama bangsa. Bila kita melihat lebih cermat dan peka. Maka bisa dikatakan, salah satu akarnya tidak lepas dari permasalahan kesenjangan kesejahteraan dan pendidikan yang terjadi di Papua dan Papua Barat selama ini.
Dalam konteks ini, maka solusi yang ditawarkan harus melalui peningkatan kualitas sumber daya insani (manusia), yang tujuannya untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensi yang ujungnya untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat Papua. Pendidikan menjadi salah satu kunci utamanya. Pemerintah telah menunjukkan komitemen dalam proses peningkatan sumber daya insani Papua, khususnya orang asli Papua.
BACA JUGA: Lenis Kogoya Bakal Mengajak Jokowi Kunjungi Papua & Papua Barat
Program Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik) untuk Papua dan Papua Barat adalah salah satu bentuk keberpihakan dan komitmen pemerintah, untuk meningkatkan akses pendidikan tinggi demi terwujudnya sumber daya insani Papua yang unggul, berdaya saing tinggi, dan mampu mengelola sumber daya alam Papua yang begitu kaya.
BACA JUGA: Jokowi Mendadak Panggil Staf Khusus untuk Papua Lenis Kogoya
BACA JUGA: PP Muhammadiyah: Ada yang Sengaja Memanfaatkan Masalah Papua
Program ini memberikan beasiswa kepada mahasiswa Papua untuk kulliah di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di luar Papua dan Papua Barat. Selain itu juga ada Program Afirmasi Pendidikan Menengah (ADem) untuk anak Papua yang lulus SMP melanjutkan SMA di sekolah di wilayah Jawa dan Bali.
Dalam prosesnya, banyak mahasiswa di luar Program ADik yang dikirim ke berbagai perguruan tinggi di Indonesia melalui berbagai skema beasiswa Pemerintah Daerah atau swasta. Tujuannya tetap sama yaitu untuk memberikan kesempatan akses dan kualitas pendidikan yang sama. Program ini pun telah meluluskan ratusan sarjana-sarjana muda Papua dari berbagai PTN ternama Indonesia.
Sehingga membuat mereka mampu dan percaya diri untuk bersaing dan bersanding menjadi aktor-aktor pembangunan Indonesia, khususnya di daerah Papua dan Papua Barat.
Melalui program peningkatan pendidikan ini mahasiswa Papua dan Papua Barat harus mulai berbaur dengan mahasiswa Indonesia dari daerah lainnya. Tentu muncul tantangan di sini, baik dari aspek akademik dan non-akademik.
Secara akademik, mahasiswa Papua harus bekerja lebih keras dalam mengikuti perkuliahan. Belum meratanya kualitas pendidikan di Indonesia, membuat kesulitan yang dihadapi mahasiswa beragam untuk setiap daerah. Harus kita akui, bahwa salah satu yang paling sulit untuk menyesuaikan diri (adaptasi) adalah mahasiswa dari Papua.
Namun, ini juga yang menjadi nilai lebihnya, ketika mereka mampu menyelesaikan studinya, maka bisa dipastikan mereka adalah sumber daya insani unggul Indonesia.
Tantangan non-akademiknya adalah berbaur dengan kultur masyarakat di daerah tempatnya menuntut ilmu. Seringkali terjadi culture shock, yang tidak jarang menimbulkan kesalahpahaman dengan penduduk lokal setempat. Semua ini memang dialami oleh seluruh mahasiswa pendatang, termasuk mahasiswa Papua dan Papua Barat.
Karena itu, dalam praktiknya proses adaptasi ini memerlukan dukungan dan kedewasaan semua pihak. Di sinilah, perlu dibangun semangat persaudaraan kita sebagai bangsa Indonesia. Saling mengayomi, menghormati, dan menjaga satu sama lain.
Gesekan yang terjadi di Surabaya merupakan bagian dari adaptasi yang menjadi proses pendewasaan bagi kita bersama. Ibarat sebuah keluarga, sering kali timbul perselisihan, yang menimbulkan kemarahan antar anggota keluarga. Namun sebesar apa pun kemarahan itu, pada akhirnya akan selalu dikalahkan oleh rasa cinta dan kasih sayang kita sebagai keluarga. Sama seperti unjuk rasa di Papua, rasa cinta kita sebagai Bangsa Indonesia-lah, yang akhirnya akan selalu membawa kedamaian bagi seluruh anak bangsa.
Kuncinya menjaga martabat kemanusiaan, menghormati setiap perbedaan, dan menjaga perasaan sesama anak bangsa. Jadi, mari menebarkan cinta sebesar-besarnya dalam rumah besar kita, Negara Kesatuan Republik Indonesia. Salah satunya menjadi bagian, yang memberikan support penuh bagi mahasiswa Papua dan Papua Barat yang sedang menuntut ilmu di seluruh perguruan tinggi Indonesia. Memberikan semangat dan dukungan sebagai sesama anak bangsa, demi terciptanya sumber daya insani yang unggul dari timur Indonesia.
Semoga saja semua kesalahpahaman ini bisa segera diselesaikan. Baik aspek sosial dan hukumnya. Bila ada indikasi persoalan hukum, maka diproses sebagaimana mestinya. Secara sosial, kita berharap para tokoh adat dan masyarakat Papua serta aparat dan pimpinan perguruan tinggi bisa menenangkan masyarakat, khususnya mahasiswa sehingga tercipta suasana saling percaya saling (trust) mengasihi bagi semua anak bangsa yang bernaung dalam NKRI. Tidak boleh ada lagi persekusi dan intoleransi di bumi nusantara yang bineka ini. Karena Indonesia adalah kita dan kita adalah tunggal ika. (*/jpnn)
Penulis Guru Besar IPB, Pokja Program Afirmasi Dikti (ADik) untuk Provinsi Papua, Papua Barat, dan Daerah 3T
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tenang, Ganjar Pranowo Jamin Keamanan Saudara dari Papua di Jawa Tengah
Redaktur : Tim Redaksi