jpnn.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif Timur Barat Research Center (TBRC) Johanes Romeo mengatakan tingkat popularitas pasangan Melki Lakalena-Johni Asadoma sebesar 83,2 persen di Pilgub Nusa Tenggara Timur (NTT).
Kemudian, dua kandidat lainnya Simon Petrus Kamlasi-Adrianus Garu tingkat popularitasnya sebesar 70,6 persen. Yohanis Fransiskus Lema-Jane Natalia Suryanto 56,7 persen.
BACA JUGA: Relawan Incorporated Mulai Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat di NTT
Hal itu terungkap dari rilis survei yang dilakukan TBRC baru-baru ini.
"Tingginya tingkat popularitas pasangan Melki Lakalena karena, didorong oleh popularitas mantan Kapolda NTT, Johni Asadoma, yang mendampingi Melki Lakalena sebagai calon wakil gubernur," kata Johanes dalam keteranganya, Selasa (8/10).
BACA JUGA: Perdana Digelar 23 Oktober, Debat Pilkada NTT Bawa Manfaat Nyata
Johanes menyebut dari hasil survei juga terungkap bahwa pasangan Melki Lakalena dan Johni Asadoma adalah yang paling disukai masyarakat NTT.
Sebanyak 88,7 persen responden menyatakan suka dan percaya bahwa pasangan ini mampu memimpin NTT dengan lebih baik.
Jika diukur dari tingkat kesukaan masyarakat, pasangan Simon Petrus Kamlasi dan Adrianus Garu mencapai 57,8 persen, dan pasangan Yohanis Fransiskus Lema dan Jane Natalia Suryanto mendapatkan tingkat kesukaan 54,6 persen.
Survei ini juga memetakan tingkat kesadaran dan pemilihan publik terhadap para calon melalui beberapa aspek.
Pertama, pada aspek Top of Mind atau Spontaneous Awareness, tingkat elektabilitas pasangan Melki Lakalena-Johni Asadoma mencapai 34,2 persen, sedangkan Yohanis Fransiskus Lema-Jane Natalia Suryanto mencapai 27,4 persen, selanjutnya Simon Petrus Kamlasi-Adrianus Garu mencapai 19,6 persen.
Pada aspek Aided Awareness, menunjukkan bahwa pasangan Melki Lakalena dan Johni Asadoma mencapai tingkat keterpilihan 40,8 persen.
"Pasangan Yohanis Fransiskus Lema dan Jane Natalia Suryanto memperoleh 33,4 persen, sedangkan pasangan Simon Petrus Kamlasi dan Adrianus Garu mendapatkan 20,1 persen," katanya.
Selain itu, survei ini juga mengukur kemantapan responden dalam pilihan kepala daerah saat survei dibandingkan dengan pilihan di bilik suara.
Hasilnya menunjukkan bahwa 67,2 persen responden tidak akan mengubah pilihan mereka, sedangkan 27,6 persen menyatakan akan merubah pilihan setelah mengetahui visi dan misi pasangan calon saat kampanye.
Dalam survei juga ditemukan sejumlah permasalahan yang menjadi keluhan masyarakat NTT, di mana 75,7 persen responden mengungkapkan bahwa mereka menghadapi isu-isu serius seperti kemiskinan, keterbatasan sarana prasarana dan infrastruktur transportasi, dan risiko kelaparan.
"Selain itu, tingkat kesehatan yang rendah, serta sumber daya manusia yang kurang berkualitas, dan pertumbuhan ekonomi yang lamban. Ini tentu menjadi tantangan besar bagi kepala daerah NTT yang terpilih di masa mendatang," ujarnya.
Diketahui, dalam survei TBRC pelaksanaan survei berlangsung sejak 24 September hingga 6 Oktober 2024, di 21 kabupaten dan satu kota di NTT.
Responden yang terpilih diambil dari populasi seluruh warga NTT yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pilkada NTT, yang berjumlah 3.988.372 pemilih, dengan syarat telah memiliki hak pilih, yaitu berusia 17 tahun ke atas.
Dalam survei yang dilakukan oleh TBRC, sampel yang diambil sebanyak 1.400 orang dengan menggunakan metode multistage.
Kemudian, memiliki toleransi kesalahan atau margin of error sekitar 2,62 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen, dengan asumsi sampel random sampling.(mcr10/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul