Melly Latifah Ungkap Faktor Penentu Kelekatan Ibu dan Anak, Orang Tua Wajib Baca

Senin, 28 Desember 2020 – 02:55 WIB
Pakar sekaligus dosen IPB University dari Divisi Perkembangan Anak, Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia (IKK-Fema) Dr Melly Latifah. (ANTARA/Istimewa)

jpnn.com, JAKARTA - Hasil riset menyebutkan bahwa pembentukan kelekatan antara seorang ibu dan anak dimulai dari kontak mata.

Hal ini diungkapkan oleh pakar sekaligus dosen IPB University dari Divisi Perkembangan Anak, Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia (IKK-Fema) Dr Melly Latifah.

BACA JUGA: Anak dan Istri Datang, Nova Arianto Menumpahkan Kerinduan

"Selanjutnya, kontak mata diiringi dengan senyuman," kata Melly Latifah dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu (27/12).

Dia menerangkan, sejak lahir bayi dan anak kecil bergantung pada orang dewasa yang mengasuhnya.

BACA JUGA: Andai Bung Hatta Tahu Pemerintah Berupaya Ambil Alih Lahan Pesantren Rizieq Shihab

Kelekatan atau attachment di antara mereka yang terbentuk di tahun-tahun awal menjadi indikator penting dari perkembangan masa kanak-kanak dan dewasanya.

Melly menjelaskan, kelekatan merupakan salah satu konsep penting dalam psikologi perkembangan mengingat pengaruhnya terhadap kepribadian dan perilaku anak hingga usia dewasa.

BACA JUGA: Kasus Asusila Sesama Jenis di RSD Wisma Atlet Naik ke Penyidikan, Siapa Tersangkanya?

Istilah attachment merujuk pada hubungan emosional antara bayi dan orang yang paling banyak menghabiskan waktu untuk merawat bayi. Kelekatan yang terbentuk dengan baik akan memberikan rasa aman dan nyaman pada bayi sehingga disebut secure attachment.

"Attachment terbentuk pada dua tahun pertama kehidupan anak yang mana anak akan membentuk dasar ikatan yang kuat dengan primary caregiver," terang Melly.

Kelekatan yang aman antara anak dan ibu atau pengasuh utama akan terbentuk jika pengasuh responsif terhadap anak. Oleh karena itu, respons yang diberikan harus positif dan stabil.

Respons positif artinya saat dibutuhkan ibu atau pengasuh utama memenuhi kebutuhan bayi, baik kebutuhan fisik yang meliputi air susu ibu (ASI), makanan, kenyamanan udara dan sebagainya.

"Termasuk kebutuhan psikologis, yakni curahan perhatian dan ekspresi cinta," ucap Melly Latifah.

Karena itu, ibu atau pengasuh utama harus memperlakukan bayi dengan penuh kasih sayang, welas asih dan stabil.

"Ini yang harus diperhatikan, emosi pengasuh utama harus stabil dan pengasuh pun tidak berganti-ganti," ucapnya.

Melly menyebutkan, cara terbaik adalah anak diasuh oleh ibunya sendiri. Sebab, jika berganti-ganti, ketidakstabilan emosi dan ketulusan cinta dari setiap orang yang berbeda dapat dirasakan oleh anak dan dia akan merasakan ketidakpastian atau kondisi yang tidak stabil.

Selain itu, ibu atau pengasuh bayi harus senantiasa memberikan kehangatan dan dukungan kepada anak, yaitu berupa pemenuhan kebutuhan untuk dicintai, diterima dan merasa nyaman.

Dalam hal ini pengasuh harus rela meluangkan banyak waktunya untuk bercengkerama dengan anak, berbicara, dan memancing tawa anak.

Saat bayi memberikan senyum, ibu atau pengasuh utama hendaklah merespons senyuman tersebut dengan senyuman atau pujian.

"Saat bayi sedang stres atau ketakutan, pengasuh segera menenangkannya dengan menggunakan kontak mata disertai kata-kata yang lembut menenangkan," pungkas Melly Latifah.(antara/jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler