Memajukan Indonesia Butuh Kecerdasan Kolektif

Jumat, 30 November 2018 – 23:59 WIB
Bendera Merah Putih dan gambar Garuda Pancasila. lustrasi/foto: Sutan Siregar/dok JPG

jpnn.com, JAKARTA - Cendekiawan muda Yudi Latif menyatakan, Indonesia sebenarnya tidak kekurangan orang pintar. Sayangnya, Indonesia masih menghadapi banyak tantangan untuk menjadi negara maju.

Yudi menyampaikan hal itu dalam bedah bukunya yang berjudul Wawasan Pancasila di Kampus STKIP Kusuma Negara, Cijantung, Jakarta Timur, Jumat (30/11). Menurutnya, salah satu syarat mewujudkan negara maju adalah tumbuhnya kesadaran kolektif dalam sebuah bangsa.

BACA JUGA: Boni: Politik Identitas di Indonesia Sudah Kebablasan

”Pancasila adalah bintang penuntun kehidupan bangsa. Bintang yang akan terus terlihat bila keadaan gelap. Yang perlu dibangun oleh bangsa indonesia di tengah berbagai persoalan bangsa adalah kemampuan untuk membentuk kecerdasan kolektif,” kata Yudi dalam acara yang diselenggarakan Asosiasi Dosen Pancasila dan Kewarganegaraan (ADPK) itu.

Bedah buku itu juga menghadirkan tiga penanggap. Yakni Dr. Herinto Sidik M.Si, Dr. Sri Rahayu Pudjiastuti dan Kol (Purn) Drs. Djunaedi MM.

BACA JUGA: Mayjen Soedarmo: Yang Hafal Pancasila saja Jarang


Cendekiawan muda Yudi Latif (nomor 2 dari kiri) dalam bedah Wawasan Pancasila di Kampus STKIP Kusuma Negara, Cijantung, Jakarta Timur, Jumat (30/11). Foto: ADPK for JPNN

Lebih lanjut Yudi mengatakan, termasuk di dalam kecerdasan kolektif adalah kemampuan untuk menghargai perbedaan dan kesediaan bekerja sama antar-warga negara. Mantan kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila itu lantas menyodorkan ilustrasi untuk mendukung pendapatnya.

BACA JUGA: Pujakessuma Nusantara Komitmen Menjaga Pancasila dan NKRI

Yudi mengatakan, Indonesia dalam Asian Games 2018 berhasil memanen medali emas. Namun, medali itu datang dari cabang olahraga individual seperti pencak silat, panjat tebing ataupun bulu tangkis.

Di sisi lain, kita sulit meraih prestasi pada cabang yang mengandalkan kerja sama tim, seperti sepak bola. Ini menunjukkan bangsa kita kurang memiliki kecerdasan kolektif untuk melangkah bersama,” tuturnya dalam diskusi yang dipandu RR Endang Sulasih MH itu.

Yudi lantas mengutip empat pilar pendidikan versi Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) yang diperlukan untuk mendorong munculnya kecerdasan kolektif bangsa. Yaitu learning to be, learning to know, learning to do dan learning to live together.

“Pendidikan sejatinya tidak hanya sekedar proses untuk tahu. Tetapi, seperti yang disampaikan Ki Hajar Dewantara, bahwa pendidikan hakikatnya untuk menjadikan kita menjadi manusia seutuhnya. Itu yang selama 20 tahun reformasi kita lupakan,” katanya di hadapan 100-an dosen ADPK dari berbagai daerah yang mengikuti bedah buku itu.

Sedangkan Ketua ADPK Dra Sudarilah MM menyampaikan keprihatinannya terhadap kondisi menjelang Pemilu 2019. Menurutnya, persaingan antar-kelompok berpotensi membawa pengaruh pada kohesi sosial masyarakat.

Sudarilah menilai kohesi sosial yang tergerus akan mengikis nilai-nilai Pancasila.”Oleh karena itu ADPK sebagai wadah pengampu mata ajar Pancasila di Perguruan tinggi mengharapkan agar semua kelompok dalam bersaing tetap menjaga kerukunan dan menghargai perbedaan," katanya.(jpg/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Restu Hapsari: Pemuda Garda Terdepan Pembela Pancasila


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler