Memaknai Ramadan Sebagai Upaya Transformasi Diri  

Kamis, 22 Juni 2017 – 15:37 WIB
Siti Musdah Mulia. Foto: Istimewa for JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Puasa  adalah bentuk mekanisme diri seperti vaksin untuk memperbaiki atau menyucikan diri.

Sejatinya, tidak banyak puasa yang berhasil dilakukan manusia. Sebab, kebanyakan manusia memaknai puasa itu hanya sekadar memindahkan jam makan yang pada akhirnya tidak berdampak apa-apa.

BACA JUGA: Mobil Pintar dan Iqra Hadir di Cibubur

“Padahal seharusnya puasa itu intinya adalah upaya upaya transformasi. Upaya-upaya deradikalisasi adalah upaya-upaya transformasi mengenai bagaimana mentransformasikan diri dari pemahaman yang radikal menjadi tidak radikal. Dan itu salah satunya seharusnya bisa dilakukan dengan puasa, ” kata Ketua Lembaga Kajian Agama dan Jender (LKAJ) Siti Musdah Mulia di Jakarta, Kamis (22/6).

Menurutnya, puasa itu sepenuhnya adalah upaya untuk merenungkan kembali keberadaan mengenai kita sebagai manusia.

BACA JUGA: Coca-Cola Amatil Indonesia Berbagi Berkah Ramadan

Oleh karena itu, Idulfitri  dimaknai sebagai kembali kepada kesucian diri seperti ketika kita baru diciptakan oleh Sang Pencipta. Sebab, salah satu fitrah manusia itu adalah tidak radikal.

“Seharusnya dengan puasa dalam kehidupan kita ini bahwa sepanjang tahun bagaimana manusia itu  bisa bersih. Tuhan itu maha adil, menciptakan satu bulan khusus yang namanya bulan Ramadan untuk kita sebagai wujud untuk membenahi, memperbaiki, untuk kembali merenungkan kehidupan selama sebelas bulan lalu,” ujarnya.

BACA JUGA: Kosongkan Jadwal Jelang Idulfitri, Ini Rencana Ustaz Solmed

Menurut wanita  kelahiran Bone, Sulawesi Selatan, 3 Maret 1958 ini, bulan Ramadan ini adalah upaya untuk menyucikan diri.

Setelah itu, maknanya akan dapat dilihat oleh manusia tersebut lihat pada sebelas bulan berikutnya.

“Jadi, kalau ada manusia setelah Ramadan kembali seperti biasa, ya berarti puasanya tidak memberikan makna yang berarti dalam hidup mereka. Karena saya melihat sebelas bulan yang akan datang itulah yang akan menentukan kualitas puasa kita itu seperti apa. Karena kita dalam banyak hadis Nabi juga dikatakan bahwa orang yang berpuasa yang mereka peroleh hanya lapar dan dahaga. Dan itu benar.” ujarnya.
 
Wanita yang juga dosen Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah ini menjelaskan, dalam buku-buku agama juga dituliskan tentang level-level puasa.

Ada puasa hanya sekadar menahan makan dan minum atau puasa yang sekadar menahan yang sifatnya material.

Namun, menurutnya, ada puasa yang lebih tinggi tingkat kulitasnya. Puasa itu bukan hanya sekadar menahan diri dari lapar dan haus.

“Tetapi puasa itu bagaimana menahan diri, bagaimana memuasakan pikiran dari hal-hal yang pemikiran negatif, memuasakan syahwat, memuasakan perbuatan. Itu  artinya dengan berpuasa selama sebulan itu diharapkan bisa berlanjutnya pada bulan-bulan berikutnya. Jadi itu latihan perbuatan selama sebulan. Sama dengan di militer, itu perlu ada latihan karena kalau tidak latihan maka tidak bisa. Jadi puasa itu seperti latihan penguatan fisik,” ucapnya.

Sekretaris Jenderal Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP) ini menambahkan, manusia setidaknya harus mempu me-manage tiga hal yang paling prinsip.

Sebab, sebenarnya menjadi manusia juga bukan tanpa tugas dan misi.

Apalagi manusia itu  dilahirkan tidak seperti flora dan fauna yang hanya untuk sekadar hidup.

“Karena itu kita punya misi bagaimana kita membangun kemaslahatan untuk manusia, kemaslahatan juga untuk mahkluk-mahkluk yang lain dalam hal ini binatang, tumbuhan dan juga alam semesta. Kita tidak boleh mengeksploitasi alam untuk kepentingan pribadi dan kelompok kita saja,” ujarnya.

Dia berharap, dalam konteks deradikalisasi ini satu bulan Ramadan ini umat manusia betul-betul bisa memperbaruu, melatih pikiran, perasaan dan juga mindset seseorang itu tidak menjadi radikal.

“Karena saya yakin jika seseorang berpuasa dengan sebenar-benarnya dan bisa mengontrol dirinya, dengan latihan selama sebulan ini,  saya benar –benar percaya bahwa puasa itu mampu mendidik manusia menjadi bertakwa,” katanya. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Berkah Ramadan di Dua Laga Kandang Borneo FC


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler