Memanas, Kian Sulit Gencatan Senjata

Selasa, 20 November 2012 – 06:16 WIB
Foto: www.marxist.com
GAZA CITY -Tidak lama setelah diwawancarai CNN kemarin, Duta Besar Israel untuk Amerika Serikat Michael Oren langsung mem-posting tweet di akun Twitter pribadinya, @AmbassadorOren. Isinya, "Baru saja dari studio #CNN: #Israel bersedia bernegosiasi dengan #Hamas"asalkan mereka berhenti menembakkan roket ke wilayah kami."

Jelas itu sebuah kabar baik. Israel yang selama ini tidak mau mengakui Hamas dan mengecapnya sebagai organisasi teroris bersedia duduk bersama untuk mengakhiri konflik berdarah yang berlangsung sejak Rabu lalu (14/11). Hingga kemarin konflik tersebut telah menelan 92 korban tewas dan 720 luka di Jalur Gaza dan tiga meninggal serta 15 luka di Israel.

Tetapi, sayang, kabar baik itu tidak berumur panjang. Seperti dilansir situs berita online Al Arabiya, hanya berselang menit, Oren langsung menghapus dan meralat tweet-nya tadi. "Koreksi, tweet saya sebelum ini tentang wawancara CNN  telah salah dikirim salah seorang staf. #Hamas jelas bukan partner untuk menegosiasikan perdamaian," tulis Oren.

Bantahan Oren itu seolah sekaligus menggambarkan sulitnya mewujudkan gencatan senjata. Kemarin  Sekjen PBB Ban Ki-moon memang sudah mendarat di Kairo untuk memediatori perundingan damai bersama Mesir antara Israel dan Hamas.

Koran yang terbit di Tel Aviv, Haaretz, juga mengabarkan, delegasi Israel telah pula berangkat menuju Kairo. Khalid Meshaal, pentolan Hamas, kemarin sudah bertemu dengan Presiden Mesir Mohamed Morsi.

Tetapi, tetap tidak ada jaminan gencatan senjata bakal disepakati. Padahal, korban demi korban terus berjatuhan di Gaza karena gempuran udara Israel. Sepanjang hari kemarin, setidaknya 80 misil ditembakkan pesawat-pesawat tempur Negeri Zionis tersebut.

Dari 92 korban tewas-31 di antaranya sepanjang hari kemarin- di Gaza, hampir separonya adalah warga sipil. Dari sekitar 1,7 juta jiwa penghuni enklaf yang dikuasai Hamas sejak 2007 itu, nyaris setengahnya adalah anak-anak.

Kemarin 11 anggota keluarga besar Mohammad Dalou, seorang petinggi Hamas, turut menjadi korban tewas setelah kediaman mereka di Distrik Sheikh Radwan, Gaza City, hancur terkena misil Israel. Dari 11 korban itu, hanya dua yang laki-laki dewasa (tidak termasuk Dalou). Sisanya adalah perempuan (lima) dan anak-anak (empat).

Tragisnya lagi, mengutip sebuah sumber di Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Haaretz melansir kalau misil yang menghancurkan kediaman Dalou itu sesungguhnya salah sasaran. Sebab, yang ditarget sejatinya adalah Yehiya Rabiah, kepala unit peluncuran roket Hamas.

Terjadinya kesalahan teknis itu juga diakui Juru Bicara Militer (IDF) Yoav Mordechai. "Memang benar serangan itu mengakibatkan korban jiwa warga sipil," kata Mordechai.
Tentu saja kebrutalan yang kembali diperlihatkan Israel itu dikecam luas. Perdana Menteri Palestina Ismail Haniya mengutuknya sebagai "pembantaian mengerikan."

Dari Kairo, sembari meminta dua pihak menahan diri, Ban Ki-moon juga menyampaikan bela sungkawa, tidak hanya kepada Keluarga Dalou, tetapi juga seluruh warga Gaza. "Pembantaian keluarga Dalou itu pasti akan kami balas." Demikian bunyi pernyataan resmi Brigade al-Qassam, sayap militer Hamas, seperti dikutip koran Inggris The Guardian. (c1/ttg)
BACA ARTIKEL LAINNYA... ASEAN Tekan Myanmar Akhiri Rusuh Rohingya

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler