Membela Petani tak Boleh Setengah Hati

Jumat, 03 Oktober 2014 – 07:00 WIB
Benny Pasaribu/SumutPos/JPNN.com

jpnn.com - JAKARTA - Pemilih utama Indonesia adalah petani dan nelayan karena nusantara merupakan negara agraris dan maritim. Namun sayangnya, petani dan nelayan menjadi elemen yang terlupakan dalam gelanggang pembangunan. Mereka hanya dijadikan penonton dan menjadi obyek yang harus mendapat perhatian serius.

Sekretaris Jenderal Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Benny Pasaribu mengatakan agar petani dan nelayan tidak dianaktirikan, perlu ada yang membela petani secara konsisten.

BACA JUGA: Ingatkan Rezim Jokowi Selektif Angkat Dirjen

"Sekarang kelembagaan petani hancur atau sengaja dihancurkan, seperti koperasi, kelompok tani. Badan Urusan Logistik juga ikut dikerdilkan," kata lelaki kelahiran Medan, 21 Desember 1958 yang biasa dipanggil Bang Ben itu.

Baginya, petani harus dibela mati-matian. Sebab selama ini, petani selalu diatasnamakan lewat pidato dan jargon-jargon penguasa, tapi nasibnya diabaikan. Sebab itu, ia begitu geram, begitu praktek kartel di sektor pangan merajalela di negeri ini. Ia pun dengan tegas menyatakan perang terhadap para pemain 'kartel pangan'.

BACA JUGA: Jokowi Tutup Peluang Partai Lain Bergabung

"Praktik kartel pangan di Indonesia sudah terindikasi sejak lama dan kini dinilai sudah memasuki tahap yang sangat kronis dan berbahaya," kata Benny.

Benny yang pernah menjadi Ketua Komisi  Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), sebuah komisi penjaga persaingan usaha itu pun bercerita, bahwa sebenarnya sudah sejak lama ia melaporkan kepada Presiden SBY tentang sepak terjang pemain kartel pangan yang kian mencemaskan. Bahkan, ketika ia masih aktif jadi punggawa utama di KPPU, salah satu masalah yang ia coba pangkas adalah persaingan usaha yang melemahkan para petani.

BACA JUGA: KLH Percepat RPP Limbah B3

Petani, selalu dalam posisi dilemahkan oleh proses persaingan usaha yang tak sehat. Para pemain kartel pangan, berperan banyak membuat para petani terpuruk. Bisa dikatakan, mereka biang keladi yang membuat petani selalu jadi penonton di tanahnya sendiri.

“Pada 2010 saya sudah melaporkan kepada Presiden SBY kartel pangan ini sudah sangat berbahaya,” katanya.

Benny bersyukur, respon SBY ketika itu positif. Bahkan SBY mengatakan kepada publik, bahwa KPPU telah terbukti mampu menjaga stabilitas harga pada tingkat yang wajar, seperti harga minyak goreng, semen, tarif pesawat terbang dan SMS, yang semula diduga diatur oleh kartel.  Namun kata dia, meski ia sekarang sudah tak lagi di KPPU, tapi ia  bertekad tak akan bosan, apalagi lelah menyuarakan itu. Sebab bila dibiarkan kondisi itu, rakyat yang bakal  menjadi korban dari praktik kartel yang sudah mencemaskan itu. Mereka para pemain kartel, seenaknya memainkan harga pangan di luar kewajaran.

"Lihat saja contoh soal pupuk,"kata dia.

Bang Ben, mengaku sangat jengkel, saat musim tanam tiba, para petani justru kerap dihadapkan pada disituasi kelangkaan pupuk. Ia pun menenggarai kartel pangan ikut berperan terhadap masalah kelangkaan pupuk itu.

"Sehingga mereka bisa seenaknya memainkan stok dan  harga pupuk," katanya.

Bang Ben, juga marah, kalau ada yang menilai para petani Indonesia tak pintar, udik, gagap pengetahuan dan tak produktif. Bahkan menurutnya, petani Indonesia itu tahan banting, meski nasibnya selalu dibanting keras. Petani Indonesia juga sangat produktif, dan profesional. Banyak dari petani di negeri ini yang kemampuannya cukup mengagumkan.

"Banyak dari para petani di Indonesia yang mampu mengidentifikasi jenis hama dan penyakit tanaman hanya dari penampilan fisik dan fisiologi tanaman. Itu tentu mengagumkan, jadi jangan anggap remeh petani kita," kata dia.

Karena itu, praktek kartel mesti ditumpas kelor, kata Benny. Caranya, keberpihakan pemerintah kepada petani harus konkrit dan nyata, tak hanya dalam pidato dan wacana atau rencana saja. Selain itu, berdayakan para petani dengan nyata, bukan lips service semata. Kuatkan kembali kelembagaan para petani, seperti koperasi dan kelompok tani. Wujudkan bank agro maritim. Serta kembalikan fungsi Bulog. Sebab ketika Bulog masih berfungsi, Indonesia pernah mengalami masa bebas dari cengkraman para mafia dan kartel pangan.

"Saya minta fungsi-fungsi itu dikembalikan kepada Bulog dan koperasi," kata dia.

Di mata, Siswono Yudhohusudo, mantan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Benny adalah sosok yang penuh didedikasi. Perhatiannya terhadap rakyat kecil, khususnya nasib petani sangat besar. Komitmennya membela petani tak diragukan. Dan, selama mengenalnya, ia merasa kagum dengan perjuangan Benny yang tak kenal lelah membela para petani.

"Dedikasinya juga sudah teruji dalam membela para petani," kata Siswono.

Bersama Benny, Siswono pernah sama-sama aktif di HKTI. Dan selama di HKTI, ia mengaku gampang bekerjasama dengan Benny. Benny juga kata Siswono, bukan sosok yang neko-neko, tapi sosok yang sederhana. Tapi jangan tanya ketika bicara tentang nasib petani, Benny akan berapi-api menyuarakannya.

"Dia aktivis sejati. Lihat saja, waktu ia masih memegang jabatan penting baik di DPR, maupun kala jadi Deputi Menteri BUMN, Benny tak segan turun gunung ke daerah, bahkan kepelosok," kata Siswono.

Padahal, kata dia, kalau melihat tipikal pejabat pada umumnya selalu ingin duduk manis dan cari zona aman agar hidup tetap nyaman. Tapi Benny memang agak lain. Benny selalu ingin berkeringat.

"Namun dia lebih suka mendampingi petani,” ujar Siswono. (awa/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Marzuki Anggap Ciuman dan Pijatan ke Popong Bentuk Pelecehan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler