Memenuhi Kebutuhan Petani, Pemprov Sulsel Membangun Pabrik Benih Jagung Berkapasitas 1000 Ton

Minggu, 20 Juni 2021 – 05:59 WIB
Persiapan pabrik benih jagung milik Pemprov Sulsel yang berada di Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros Sulawesi Selatan. ANTARA Foto/HO-Dinas Pertanian

jpnn.com, MAKASSAR - Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (Pemprov Sulsel) membangun pabrik benih jagung berkapasitas 1.000 ton.

Pabrik yang dibangun di Kecamatan Tompubulu, Kabupaten Maros itu untuk memenuhi kebutuhan kalangan petani di Sulsel.

BACA JUGA: Rutin Minum Air Rebusan Rambut Jagung, Ampuh Atasi 5 Penyakit Kronis Ini

Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Holtikultura Provinsi Sulsel Andi Ardin Tjatjo mengatakan pabrik tersebut akan berproduksi pada Juli 2021.

"Pada tahun 2021 kami memproduksi benih jagung di pabrik yang dibangun di Kabupaten Maros," ujar dia di Makassar, Sabtu (19/6).

BACA JUGA: Dapatkah Tenaga Kerja Lokal Mengatasi Kelangkaan Pekerja Sektor Pertanian di Australia?

Dia menjelaskan untuk pembangunan pabrik benih jagung, Pemrpov Sulsel menggelontorkan dana sebesar Rp 34 miliar.

Pabrik benih jagung itu merupakan yang pertama di Sulsel.

BACA JUGA: Lepas Ekspor Mete dari Makassar, Mentan: Aktivitas Pertanian Tidak Boleh Berhenti

Nantinya pabrik ini akan memenuhi benih jagung petani di Sulsel sebesar 15 persen dari total kebutuhan 6.000 hingga 7.000 ton per tahun.

"Selama ini kita lebih banyak membeli benih jagung dari Pulau Jawa. Pabrik ini akan meminimalkan biaya pengiriman," katanya.

Menurut dia, pembangunan pabrik akan menghemat biaya karantina, pengiriman, pengangkutan, dan pengemasan.

Apalagi pengiriman benih dengan jarak jauh akan memengaruhi kualitas dan daya benih.

Dengan adanya pabrik, lanjut dia, nantinya Pusat Karantina Pertanian di Makassar akan lebih mudah melakukan uji klinis produk pertanian di Sulsel.

Selama ini, ungkap Ardin, benih dasar (forensik) jagung diambil dari Kabupaten Maros kemudian dikirim ke Pulau Jawa untuk diproses dan dikirim kembali ke Sulsel dalam bentuk benih. Semua ini karena provinsi ini belum memiliki pabrik benih.

"Nanti harga benih jagung yang kita produksi lebih murah, termasuk kualitasnya karena forensik benih dasarnya diambil dari Maros, sedangkan kalau di Pulau Jawa harga bonggol jagung lebih mahal ketimbang di sini," ujarnya.

Dia mengatakan keberadaan pabrik akan menyerap 300 tenaga kerja, sedangkan di tingkat petani, mereka akan menjadi mintra penangkar.

"Kita membutuhkan 600 hektare untuk penangkaran dan 1 hektare diestimasikan dikelola satu keluarga. Jika setiap keluarga terdapat empat orang, maka akan ada 2.400 petani yang akan terlibat," katanya. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler