Kalangan industri pertanian Australia menghendaki pekerja asing diperbolehkan kembali bekerja di pedalaman setelah lebih dari satu tahun pandemi.
Namun ada pula yang melihat hal ini sebagai kesempatan membenahi masalah tenaga kerja lokal.
BACA JUGA: Mantan Istri Bos Amazon Donasikan Rp 38,4 Triliun ke Ratusan Badan Amal
Kacie Lord dan suaminya Ardie dari peternakan Lord Pastoral, mengelola enam lokasi peternakan di Queensland Tengah dan Barat Daya.
Selama 30 tahun terakhir, pasangan ini telah mempekerjakan 'backpacker', yang langsung berubah drastis dalam 18 bulan terakhir.
BACA JUGA: Kemnaker Teken MoU dengan Empat Mitra Industri Besar, Begini Kata Ida Fauziyah
Menurut Kacie, begitu pandemi COVID-19 melanda, perekrutan tenaga kerja menjadi semakin sulit.
"Ini masalah yang sedang berlangsung dan menjadi semakin berat," ujarnya kepada ABC.
BACA JUGA: Kabar Gembira, Australia Akan Keluarkan Visa Pertanian Untuk Negara ASEAN
"Dulu masih gampang. ??Kami cukup pasang iklan di (situs website) Gumtree dan mungkin akan mendapatkan 10 pelamar."
Kacie menyebutkan sekarang ini lowongan kerja yang ditawarkan hampir tidak terisi.
Cara lama dengan beriklan juga tidak efektif lagi, sehingga mereka kini mengandalkan media sosial. Pelatihan tenaga kerja pertanian
Salah satu tempat pelatihan dan penyaluran tenaga kerja untuk sektor pertanian terletak di di Queensland tenggara, dikelola oleh Joanna Burnett.
'Backpacker' akan menghabiskan seminggu di pertanian Joanna di daerah Booubyjan, barat laut Gympie, belajar menjalankan peralatan pertanian dan keselamatan kerja, sebelum diterjunkan ke lapangan.
Pada masa puncaknya, pelatihan ini diikuti 900-an backpacker dalam setahun. Tapi sejak perbatasan internasional ditutup, Joanna sudah tidak melatih satu 'backpacker' pun.
Usaha yang dijalankannya sedang dalam masa hibernasi karena seluruh bergantung pada backpacker yang datang ke Australia, namun permintaan tenaga kerja dari kalangan industri terus berdatangan.
"Kami memiliki 1.400 petani dari seluruh pedalaman yang menghubungi kami saat mereka membutuhkan pekerja," ujar Joanna.
"Ada 250 lowongan kerja dalam daftar saya saat ini, namun mereka maklum tidak ada yang bisa kami lakukan untuk memenuhi permintaan mereka."
"Ada beberapa orang backpacker yang masih berada di Australia, tapi jumlahnya tidak banyak."
Joanna Burnet mengatakan saat ini ada ratusan orang 'backpacker' yang menunggu diizinkan masuk ke Australia begitu perbatasan internasional dibuka. Membenahi masalah tenaga kerja lokal
Namun, tidak semua pihak ingin kembali ke model tenaga kerja pra-pandemi di sektor pertanian.
Walikota wilayah regional Blackall-Tambo, Andrew Martin, mengatakan meskipun 'backpacker' berperan penting dalam industri pertanian lokal, inilah saatnya untuk meninjau kembali isu tenaga kerja di pedalaman.
"Kami sendiri yang telah lalai," katanya.
"COVID telah menutup perbatasan internasional, dan kami mendapati diri kami dalam keadaan sangat, sangat kekurangan (tenaga kerja)."
Walikota Andrew mengatakan kini saatnya untuk mengambil hikmah dari permasalahan ini sebagai peluang bagi industri pedesaan untuk membenahi kembali tenaga kerja lokal.
"Saya perkirakan ada 200 ribu lowongan kerja di daerah terpencil dan pedesaan Australia saat ini."
"Banyak sekali pekerjaan di sana tapi tidak ada orang yang mengisinya."
"Kami telah lalai dan COVID-19 telah menyadarkan kami kembali."
Walikota wilayah Boulia, Rick Britton, setuju sependapat dengan Walikota Andrew Martin.
"Kami kesulitan. Tanpa kehadiran backpacker, benar-benar menyadarkan ketergantungan kami selama ini dan bagaimana kami telah lalai." Dibutuhkan tenaga terampil
Kacie Lord menyebutkan situasinya berbeda bila banyak tenaga terampil yang ikut melamar pekerjaan di sektor pertanian.
Dia mengaku kesulitan mendapatkan pekerja yang memiliki kualifikasi atau pelatihan yang sesuai.
"Ini proses yang melelahkan," katanya. "Kita harus menghargai setiap lamaran, dan saya melakukannya."
"Yang sangat memuakkan bagi kami yaitu orang yang datang ke pedalaman, berharap mendapatkan upah tinggi, tapi tidak punya keterampilan."
Joanna Burnet yang peternakannya dijadikan tempat melatih para backpacker, berharap agar pemerintah federal membuka kembali perbatasan Australia.
"Pengusaha peternakan di pedalaman sudah putus asa. Kami belum berhasil mendesak pemerintah untuk mengizinkan kami mendatangkan pekerja untuk dikarantina di sini dan disalurkan ke lapangan," katanya.
Laporan ABC kemarin menyebutkan, sebagai bagian kesepakatan perdagangan baru dengan Inggris, pemerintah federal membuat visa khusus pertanian, termasuk untuk negara-negara ASEAN.
Artinya, sekitar 10.000 backpacker per tahun dari Inggris tidak perlu lagi menyelesaikan syarat kerja 88 hari wajib di usaha peternakan demi memperpanjang visa mereka.
Menteri Pertanian David Littleproud menjelaskan pihaknya tidak dapat mengatasi segala kekhawatiran kalangan industri pertanian tentang kekurangan tenaga kerja di masa depan.
Menteri David mengatakan pemerintah telah mengizinkan 25.000 pekerja dari negara-negara Pasifik namun sejauh ini hanya sekitar 7.000 orang yang telah didatangkan oleh kalangan industri pertanian.
Ia menyatakan terserah pada masing-masing negara bagian untuk menyetujui masuknya pekerja asing, menerapkan syarat kesehatan, sebelum pemerintah federal menyetujui permohonan visa mereka.
Diproduksi oleh Farid M. Ibrahim dari artikel ABC News
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dukung Program Pertanian UGM, Kementan Salurkan Bantuan hingga Rp 8,06 Miliar