jpnn.com - TAK seperti biasa, wajah HM Rusli Zainal tampak lelah. Kacamata berbingkai tebal yang menghiasi wajahnya tidak cukup untuk menutupi kantong di bawah mata. Saat bicara soal persiapan PON XVIII, gubernur Riau yang pintar mengaji ini lebih banyak menggeleng-gelengkan kepala. Ada apa Pak Gub? “Saya betul-betul malu jika mengecewakan bangsa ini! Saya yang ngotot PON XVIII digelar di Riau, dengan konsep yang spektakuler.
Lebih hebat dari SEA Games Palembang! Satu level saja, saya tidak mau! Itu semangat saya sejak 2007. Tapi saat ini, ambisi itu seperti layu sebelum berkembang! Gembos, bahkan persiapan yang sudah berapi-api sejak dulu, sekarang seperti antiklimaks,” aku Rusli Zainal lesu. Mengapa? Apakah ini imbas dari persoalan suap atau tuduhan korupsi yang seolah-olah dialamatkan kepadanya? “Kalau soal itu, saya malah tidak memikirkan.
Karena saya optimis saya bekerja sesuai aturan yang ada,” lanjut Rusli, Minggu (17/6) lalu di lantai 9 Kantor Gubernur di Pekanbaru. Lalu apa gerangan? Apalagi kalau bukan persoalan persiapan PON XVIII yang bakal dihelat September 2012 itu? Persiapan yang sudah dia lakukan sejak 2007 silam itu tiba-tiba terhenti. Menyusul kasus dugaan suap yang melibatkan bawahan, dan anggota DPRD yang tertangkap tangan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Rusli mengakui, peristiwa itu bak petir menyambar di siang bolong.
:TERKAIT Nyaris melumpuhkan semua lini yang sudah ia bangun semenjak lima tahun silam. Gemerlap dan semangat perhelatan olah raga nasional itu, tiba-tiba redup tanpa kepastian. “Sungguh ironis, investasi yang sudah dilakukan pemerintah provinsi yang mencapai ratusan miliar seperti tidak ada artinya lagi. Usaha kami membangun berbagai sarana, dengan cara mencicil selama ini, seperti harus berhenti mendadak tanpa masa depan,” keluh Rusli seperti menyesali apa yang terjadi.
Sebagai orang nomor satu di Provinsi Lancang Kuning , Rusli memang pantas gusar. Betapa tidak. Usaha kerasnya untuk menjadi tuan rumah yang terbaik dalam pesta olah raga nasional justru berbalik menjadi kekhawatiran. Diundur, atau bahkan gagal. Itu yang membuatnya gusar. Sementara, waktu yang tersisa untuk menyelesaikan semua persiapan semakin terjepit, tinggal 80-an hari lagi.
Beberapa sarana bahkan belum dilakukan tender, karena masih menunggu pembahasan APBD perubahan, yang sampai sekarang sama sekali belum juga dibahas DPRD. Total anggaran untuk penyelenggaraan PON ini sebesar Rp 1,6 triliun. “Sampai sekarang belum ada kemajuan berarti, dan kami sudah mencoba untuk mengajukan anggaran perubahan ke DPRD tetapi selama sebulan ini belum dibahas,” kata Rusli.
Ia menuturkan, sejak ditunjuk tahun 2007 untuk menjadi tuan rumah PON XVIII segala persiapan telah dilakukan dengan cara mencicil. Dari 54 venues yang disiapkan, progresnya memang sudah mencapai 90 persen.
Tetapi, 10 persen sisanya masih di awang-awang. Sebagian masih tersendat dan sebagian lagi sama sekali tidak berjalan karena pembangunannya sangat bergantung pada anggaran perubahan tersebut. Fasilitas yang terbengkalai di antaranya venues menembak dan VIP room. Kalaupun seandainya anggaran perubahan tersebut diputuskan hari ini, proses tendernya baru mulai dilakukan pada 12 Agustus.
Jika menghitung hari libur dan hari raya, maka diperkirakan waktu efektif hanya dua bulan. Sementara waktu penyelenggaraan PON adalah 9 September sampai 20 September. “Bisa dibayangkan bagaimana proses tender dengan waktu relatif singkat itu, kami khawatirkan venues yang kami bangun tidak fungsional. Sementara sampai sekarang belum ada satupun sponsorship yang sudah pasti dan event organizer yang kami dapatkan, karena semua masih wait and see,’’ ucapnya.
Berbagai upaya untuk mencari alternatif solusi dan opsi-opsi agar PON bisa berjalan tepat waktu memang terus dicari. Terutama untuk pembangunan venues yang kini terhenti. “Dan ini sudah kita bahas dengan Bapak Presiden SBY,” Rusli menambahkan.
Salah satu opsi adalah mengefisienkan gedung-gedung yang telah dipersiapkan. Di samping juga menyusun skala prioritas agar penyelenggaraan PON tepat waktu. ’’Yang muncul, adalah PON minimalis.
Tetapi, minimalis seperti apa sampai sekarang kami juga belum menemukan formulasinya.” Selain anggaran sebagai kendala utama, Rusli juga mengakui secara psikologi unsur pemda yang terlibat dalam PON ini masih diselimuti rasa takut dan ragu-ragu.
Menurutnya, ada beberapa anggotanya yang memilih mundur karena trauma. ’’Biasanya atas desakan keluarga, istri atau anak-anaknya mereka meminta mundur dan memilih menjadi pegawai biasa-biasa saja.” Berbagai upaya dilakukan Rusli untuk memompa spirit demi menyukseskan PON tahun ini. Ibarat bola yang sudah terlanjur gembos, memompa semangat itu luar biasa rumit. “Kami memang seperti sudah dihakimi. Terutama oleh media, yang seakan terus menebar teror,” ujarnya.
Teror penyadapan telepon diakui Rusli sebagai momok menakutkan. Apalagi, dalam percakapan telepon tidak jarang terjadi percakapan sepotong-sepotong, karena sifatnya lebih banyak hanya konfirmasi atau mengingatkan. “Misalnya, dalam percakapan telepon saya mengatakan, itu perdanya kok tidak segera diteken-teken. Segeralah kita bereskan….” Percakapan seperti ini kan bisa diartikan macam-macam yang negatif.
“Percakapan-percakapan singkat dalam telepon seperti itu kan biasa. Tetapi, kalau disadap kan bisa diartikan macam-macam.” Sebenarnya Rusli tidak sendirian dalam upaya mengembalikan spirit menyukseskan penyelenggaraan PON di Riau. Tak kurang Ketua Komite Olahraga Nasional (KONI) Tono Suratman juga memastikan bahwa persiapan Pekan Olahraga Nasional (PON) XVIII/2012 di Riau sudah cukup memuaskan. "Dari hasil kunjungan dan laporan Pak Gubernur Riau H.M Rusli Zainal hari ini, kesiapan Riau sebagai tuan rumah PON sudah cukup memuaskan.
Tinggal bagaimana kesigapan Pemerintah Pusat saja," kata Tono beberapa waktu silam. Tono menjelaskan, dirinya bersama rombongan sudah sengaja hadir ke Ibu Kota Provinsi Riau, Pekanbaru, untuk mengetahui sejauh mana kesiapan PON termasuk berbagai proyek penunjangnya. "Intinya adalah, saya hadir di sini sebagai Ketua KONI dan tim pengawas.
Kehadiran saya waktu itu juga sangat dibutuhkan oleh Pak Gubernur Riau untuk menghindari berbagai isu tak sedap yang selama ini mengarah ke persiapan PON,’’ katanya. Tono meminta keseriusan pemerintah pusat lebih menseriusi terselenggaranya PON ke XVIII yang semakin mepet. Karena ini adalah even nasional, even yang diikuti 33 provinsi. Ia menilai persiapan daerah untuk menyukseskan PON sudah cukup matang.
"Tinggal lagi kesiapan dan dukungan Pemerintah Pusat. Pemerintah Pusat diharapkan lebih siap dan lebih serius lagi untuk menyukseskan PON Riau,’’ katanya. (bersambung/aj/dk)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Choirul Anam, Aktivis HAM yang Hobi Berat Sepeda Onthel
Redaktur : Tim Redaksi