jpnn.com, TANGERANG - Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) M Hanif Dhakiri mendorong dunia industri untuk terlibat dalam proses belajar mengajar di kampus maupun lembaga pendidikan tinggi (dikti) lainnya, termasuk membantu menyusun atau mendesain kurikulum. Hanif meyakini pelibatan industri dalam penyusunan kurikulum akan sangat efektif untuk menguasai pasar dan sesuai dengan kondisi kekinian.
Menteri Hanif menyampaikan hal itu saat menjadi keynote speaker pada Sidang Senat Terbuka Wisuda XIII Universitas Multimedia Nusantara (UMN) bertemakan Sumber Daya Manusia Unggul Menyongsong Era Industri 4.0 di Tangerang, Banten, Sabtu (30/6). Menurutnya, bagi dunia industri akan sangat mudah untuk menyusun kurikulum di lembaga pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
BACA JUGA: Australia Ajak Kerja Sama Indonesia Atasi Human Trafficking
"Paling cuma 4-5 brand utama di industri tertentu, suruh mereka kumpul buat kurikulum kejuruan. Pasti lebih sesuai karena brand-brand di bawah mereka, pasti akan memakai. Ini simpel sekali " ujarnya.
Keterlibatan industri, lanjut Menaker, harus disinkronkan dengan kurikulum dunia pendidikan. Dengan demikian ada kesesuaian antara kebutuhan industri dengan lulusan perguran tinggi.
BACA JUGA: Ruang Inovasi Kemnaker Fasilitasi Generasi Milenial
"Kalau kita tidak melakukannya, pasti yang membuat kurikulum siapa, yang membutuhkan tenaga kerja siapa. Jadi jalan sendiri-sendiri, " ujar Menteri Hanif.
Merujuk hasil riset dari McKinsey Global Institute, kata Menaker, Indonesia akan menjadi negara dengan perekonomian terbesar ketujuh di dunia pada 2030. Hal tersebut disebabkan Indonesia pada masa itu akan mengalami bonus demografi.
BACA JUGA: BPJS Diminta Berpartisipasi Tingkatkan Skill Pekerja
Menteri Hanif mengatakan, untuk mewujudkan Indonesia menjadi negara perekonomian terbesar ketujuh di dunia, maka dalam 15 tahun ke depan masih diperlukan penambahan tenaga terampil (skilled workers) sebanyak 3,8 juta orang setiap tahunnya. Data 2015 menunjukkan tenaga terampil Indonesia sebanyak 56 juta orang.
Menurut Hanif, saat ini lulusan perguruan tinggi di Indonesia per tahun mencapai sekitar 800 ribu orang. Jika diasumsikan seluruh lulusan tersebut memiliki kompetensi yang bagus, jumlahnya masih kurang.
"Maka untuk menambah tenaga terampil sebanyak 3,8 juta orang per tahun, sudah terbukti tidak dapat hanya mengandalkan jalur pendidikan, tapi kita juga butuh terobosan dari pendidikan vokasi dan pelatihan kerja ," kata Menaker Hanif.
Dalam kesempatan itu, Menaker juga mengajak dunia kampus agar memperkuat science, technology, engineering and math (STEMP). Penguatan STEMP diperlukan agar generasi muda mampu menghadapi persaingan jika menggunakan big data pada masa mendatang.
"Perguruan tinggi juga harus perkuat STEMP. Di luar itu kita kembali kepada bagaimana menggenjot vocational training untuk menghadapi tantangan jangka pendek dan menengah, " katanya.
Menaker menambahkan, pihaknya memberikan apresiasi kontribusi UMN dalam melahirkan generasu muda yang siap bersaing. Menteri Hanif di hadapan Dirjen Binalattas Bambang Satrio Lelono, Kordinator Kopertis III Illah Sailah, Rektor UMN Ninok Leksono, para guru besar UMN juga berpesan kepada 288 wisudawan/wisudawati yang telah lulus kuliah agar tak berhenti dengan skills dan kompetensi yang dimiliki.
"Saya sarankan agar terus perbaiki diri, berinovasi dan terus meningkatkan kualitas diri di tengah zaman persaingan. Mau tak mau, daya saing juga harus diperkuat, " ujar Menaker Hanif.
Selain persaingan, hal yang tak kalah penting adalah kemampuan kolaborasi. Pemerintah saat ini terus mendorong life long learning dan life long employebility.
“Mendorong agar proses pembelajaran dan peningkatakan kompetensi secara terus menerus bagi warganegaranya, agar kemampuan bekerjanya meningkat terus menerus. Kalau punya skills, punya kelebihan jangan berhenti. Tapi juga harus tingkatkan pengetahuan dan inovasi, " kata Menaker.(eno/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Menaker : Investasi SDM Kunci Keberhasilan Bisnis Perusahaan
Redaktur : Tim Redaksi