Menaker Ida Fauziyah Ajak IPPNU Ikut Memajukan Kualitas SDM di Era Digital

Senin, 07 Maret 2022 – 11:53 WIB
Menaker Ida Fauziyah saat menghadiri tasyakuran Puncak Harlah IPPNU dan Kick Off Student Corner di Jakarta, Minggu (6/3). Foto: Dokumentasi Kemnaker

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah berharap Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) ikut memajukan kualitas sumber daya manusia (SDM) di era digital.

"Saya harap IPPNU juga memiliki concern yang sama untuk terus memajukan kualitas SDM di era digital," kata Menaker Ida Fauziyah saat menghadiri tasyakuran Puncak Harlah IPPNU dan Kick Off Student Corner di Jakarta, Minggu (6/3).

BACA JUGA: Kemnaker Gelar FGD, Dorong Kepatuhan Penerapan Persyaratan Norma K3 Lingkungan Kerja

Menaker Ida Fauziyah mengatakan Indonesia masih memiliki tantangan besar di bidang kualitas SDM.

Karena itu, Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) menaruh perhatian lebih dalam memajukan kualitas SDM di era digital.

BACA JUGA: Buka Rakernis Ditjen Binwasnaker dan K3, Sekjen Kemnaker Sampaikan Hal Ini

Data Badan Pusat Statistik (BPS) per Agustus 2021, sebanyak 55 persen dari penduduk yang bekerja berpendidikan SMP ke bawah (rendah).

Menurutnya, hal tersebut menggambarkan kualitas sebagian besar pekerja Indonesia masih relatif rendah yang berdampak terhadap produktivitas dan daya saing angkatan kerja Indonesia yang masih terbatas.

BACA JUGA: Kemnaker Dorong Calon Dirjen ILO Dukung Strategi Prioritas Pembangunan Indonesia

Lebih lanjut ia mengatakan, bagi kaum perempuan, tantangan terkait pendidikan dan kompetensi yang dihadapi juga lebih besar.

Data menunjukkan persentase angkatan kerja perempuan yang berpendidikan rendah (SMP ke bawah) lebih besar dibandingkan laki-laki.

Untuk angkatan kerja dengan tingkat pendidikan menengah (SMA dan SMK), persentase perempuan justru lebih rendah dibandingkan laki-laki.

Sementara itu, dari total 55,5 juta angkatan kerja perempuan, sekitar 16,34 persen memiliki pendidikan tinggi.

Dari total 84,3 juta angkatan kerja laki-laki, hanya 10,81 persen yang memiliki pendidikan tinggi.

Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa bekal pendidikan tinggi mampu mendorong perempuan usia kerja untuk masuk ke pasar kerja.

"Artinya pendidikan berperan penting sebagai pembuka pintu perempuan untuk mampu berdaya dan berkarya terutama di era digital ini," ucapnya.

Selain itu, ia juga menyatakan bahwa masyarakat Indonesia masih tertinggal dalam hal daya saing digital.

"Ketertinggalan itu mulai dari masih terbatasnya masyarakat dengan skill digital yang mumpuni, hingga masih banyaknya pendidikan yang tidak relevan dengan perkembangan kebutuhan pasar kerja saat ini," ujarnya. (mrk/jpnn)


Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler