jpnn.com, MATARAM - Bulan Ramadan bulan magfirah. Bulan dihapusnya banyak dosa dan melimpahnya amal kebaikan. Inilah bulan dimana segala doa dikabulkan dengan derajat yang sebaik-baiknya.
LALU MOHAMMAD ZAENUDIN, Mataram
BACA JUGA: Jengkol Mahal, Dua Kali Harga Daging Ayam
JARI telunjuk Iskandar bak alat scanner. Bergerak pelan, meraba benjolan di Alquran braille. Jika dibandingkan dengan dua rekannya, Iskandar jauh lebih lancar. Kemampuan baik membaca Alquran lengkap dengan makhroj-nya, ia pelajari hanya dalam waktu satu tahun. Suaranya pun terdengar halus dan tenang.
Seperti rekannya yang lain, Iskandar juga tidak ingin bulan Ramadan ini berlalu percuma. Apalagi hanya dengan tidur-tiduran di kamar. Ia lebih banyak beribadah. Mengumpulkan amal kebaikan untuk bekal ia kelak menghadap sang pencipta.
BACA JUGA: Kebutuhan Uang saat Ramadan di Jatim, BI Prediksi Rp 29,6 Triliun
"Saya ingin jadi Dai,” kata Iskandar kalem.
Ia baru saja menuturkan keinginannya. Keinginan yang boleh di bilang tidak mudah bagi orang dengan keterbatasan fisik sepertinya. Tetapi Iskandar tetap gigih. Membaca dan menghafal banyak surat dan hadist.
BACA JUGA: Kebanjiran Order dan Pesanan Transaksi Online di Awal Ramadan
"Saya ingin mengajak orang banyak bersyukur dengan keadaan yang mereka miliki dibandingkan saya saat ini,” jelasnya.
Iskandar mengatakan tak menyesali apa yang terjadi padanya. Ia bercita-cita jadi Dai, hanya ingin menyentil orang-orang yang memiliki fisik sempurna. Jika kelak mimpinya bisa terwujud, setidaknya ia bisa memacu mereka harusnya bisa berbuat lebih baik dari dia.
"Masa saya yang tidak bisa melihat bisa lebih baik dari mereka, harusnya mereka lebih baik kan?" gelitiknya.
Bahkan dengan keadaan fisik yang serba terbatas itu, Iskandar telah berhasil menorehkan banyak prestasi. Diantaranya dengan menjadi qiroah harapan terbaik ke dua, saat lomba yang diadakan Pemerintah Kota Mataram beberapa waktu lalu.
"Dia juga sering ke luar negeri," timpal rekannya, Teguh yang duduk tak jauh dari Iskandar.
Ternyata selain, memiliki mimpi besar menjadi seorang Dai, dalam darah Iskandar mengalir jiwa seni. Ia menguasai banyak instrumen musik. Diantaranya Bass, Guitar dan Drum. Ia rupanya bergabung dengan PH Pelita Harapan. Salah satu Orkes Dangdut yang cukup melegenda namanya di NTB.
"Di sana hibur para TKI yang rindu kampung halamannya," terangnya malu-malu.
Beberapa kali ke luar Negeri bagi Iskandar tak ada bedanya. Semua tetap saja nampak sama dan gelap.
"Memang yang buat beda hanya rasa naik pesawat yang agak lama dan makanan," celetuknya. Lalu disambut derai tawa dua rekannya, Galang dan Teguh.
Walau punya keterbatasan fisik, Iskandar ternyata sudah bisa merasakan pengalaman yang tidak banyak orang punya kesempatan sepertinya. Ia mengaku sangat bersyukur. Setidaknya Sang Pencipta, memberi balasan nikmat lebih baik, walau pengelihatannya tak sempurna.
Kelihaiannya dalam bermusik, membuat Iskandar akhirnya tetap diminta di SLB A YPTN Selagalas Mataram. Sebagai guru seni di sana.
"Alhamdulillah ini juga cara mencari pahala," celetuk pria yang berasal dari Lepak, Sakra, Lombok Timur ini.
Seperti halnya Galang Gumilang, Iskandar juga sangat ingin bertemu dengan malam istimewa, Lailatul Qadar. Ia mengaku memperbanyak amal ibadah. Salah satunya dengan memperbanyak sujud pada malam hari. Memanjatkan doa, pada sang Pencipta. Semoga saat tibanya malam istimewa itu, ia tengah bersujud menghadap Ilahi.
Saat ditanya, apa saja yang akan diminta? Awalnya Iskandar menjawab normatif. Ia ingin kedua orang tuanya selalu diberikan keberkahan dalam hidup dan umur panjang. Selain itu dilimpahkan rezeki dan tetap kuat dalam iman.
"Juga supaya dapat Jodoh," celetuk Iskandar lalu disambut tawa rekannya.
Usia Iskandar saat ini sudah 25 tahun. Usia relatif dewasa dan sepantasnya memikirkan untuk membina mahligai rumah tangga. Sayang, saat didesak apakah sudah punya calon, Iskandar tersenyum malu. Lalu dengan lugu menjawab tidak ada. "Belum ada," ujarnya.
Ditanya soal kriteria, Iskandar juga terlihat malu-malu. Ia tak ingin mematok harga tinggi untuk pasangannya. Walau ia termasuk pria yang berprestasi dan kiprahnya di musik melegenda hingga negeri jiran Malaysia.
"Kalau cantik fisik, sudah tidak peduli toh juga saya tidak bisa menikmati," selorohnya.
Baginya yang terpenting adalah cantik hati dan taat beribadah. Selebihnya soal harta, Iskandar mengatakan tidak jadi soal. Karena, harta benda bisa dicari. "Tetapi akhlak sulit di bentuk," tandasnya.(*/r5)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Permintaan Meningkat, Harga Telur Melesat
Redaktur & Reporter : Friederich