Mengapa? Dia tidak puas terhadap permainan pemainnya. Meski menang dengan keunggulan dua digit, dia menilai anak asuhnya belum menunjukkan karakter sebagai tim yang layak bersaing dalam perebutan gelar juara Flexi NBL Indonesia.
Menurut Risdianto, pola defense dan offense yang diinginkan belum dijalankan dengan baik oleh para pemainnya. Selain itu, dia melihat anak asuhnya kerap bermain individu saat leading jauh. Di kuarter keempat, ketika leading hingga 18 poin, permainan CLS langsung berubah menjadi individualistis.
"Dari kemarin saya memang belum puas terhadap permainan anak-anak. Meski defense ada peningkatan, namun belum istimewa. Hari ini (kemarin) masak anak-anak turnover hingga 28. Kemarin (lawan Comfort Mobile BSC Jakarta) anak-anak 24 turnover. Apa besok mau 40 turnover" keluh Risdianto.
Ketika satu pemain CLS bisa mematikan mesin poin Stadium Merio Ferdiansyah Sudrajat, para pemain lain ternyata tak bisa menutup gerak pemain lain. Jika Merio hanya mencetak enam angka, Randolph Ariestedes lepas dan mendulang 15 poin plus 16 rebound.
"Seharusnya anak-anak bisa mematikan pemain lainnya. Saat lawan BSC, anak-anak juga bisa kemasukan hingga 58 angka. Itu terlalu banyak," ulas mantan asisten pelatih Satria Muda (SM) Britama tersebut.
Risdianto layak uring-uringan karena jika dibiarkan, lubang-lubang yang masih terlihat dalam pertandingan kemarin bisa menimbulkan masalah pada pertandingan berikutnya. Apalagi lawan yang akan dihadapi berikutnya lebih berat. Besok mereka menghadapi Muba Hangtuah IM Sumsel. Berikutnya, Sabtu, CLS akan menghadapi Dell Aspac Jakarta.
Di depan pendukungnya sendiri, Muba bisa merepotkan CLS. Juara bertahan Satria Muda (SM) Britama Jakarta saja direpotkan Muba. Sementara Aspac sampai kemarin masih belum terkalahkan di Palembang Sport and Convention Center.
Permainan CLS yang belum sepenuhnya solid itu juga menjadi perhatian para fans mereka yang tergabung dalam Knights Society. Didukung Mitranet, Knights Society memang rajin menonton acara nonton bareng di Surabaya.
Di sisi lain, pelatih Stadium Abdurrachman Padang menyatakan bahwa anak asuhnya kurang sabar. Ketika Daniel Iskandar dkk beberapa kali mendapatkan momentum, ternyata itu tak bisa dikonversi untuk mengejar.
"Anak-anak terburu-buru saat transisi defense ke offense. Mereka juga kurang jeli. Saat momen bagus untuk mencetak poin, mereka malah masih menahan bolanya. Ketika half court, tempo juga diturunin," ucap pelatih yang karib disapa Momon tersebut.
Akurasi tembakan Stadium tadi malam juga buruk. Field goal mereka hanya 21 persen. Sedangkan akurasi tembakan tiga angka hanya 14 persen. (ru/c3/ang)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dukungan ala Mama Drogba
Redaktur : Tim Redaksi