Menanti Keberanian Klub Sepak Bola Melantai di Bursa

Jumat, 10 Maret 2017 – 02:53 WIB
Ilustrasi IHSG. Foto: JPNN

jpnn.com, JAKARTA - jpnn.com -Bursa Efek Indonesia (BEI) tengah mengusulkan pembuatan pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) untuk klub-klub sepak bola.

Otoritas bursa tersebut menggandeng Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) untuk membuat standar laporan keuangan itu.

BACA JUGA: Indra Sjafri Belum Putuskan Hasil Seleksi di NTB

Tujuannya, klub-klub sepak bola bisa memaksimalkan potensi keuangannya. Dengan demikian, klub-klub sepak bola bisa menjaring dana lewat pasar modal.

Poin penting yang tengah digodok adalah dimasukkannya pemain sebagai aset. Selama ini pemain lebih banyak dihitung sebagai beban atau biaya.

BACA JUGA: Prajurit Lantamal III Tekuk ABK Kapal Perang AL Jepang

”Kalau di luar negeri, pemain itu pada prinsipnya aset,” kata Direktur Utama BEI Tito Sulistio.

Dia menyatakan, jika pemain hanya dianggap beban operasional, klub sepak bola akan sulit meraih laporan keuangan yang baik.

BACA JUGA: Toko Football Specialty Pertama Hadir di Jakarta

Di sisi lain, apabila pemain dianggap aset, transfer pemain juga bisa dilakukan secara lebih prudent.

Tito menambahkan, selama ini sudah ada klub yang menyatakan minatnya untuk melakukan penawaran umum perdana saham (IPO).

Dia mengaku senang apabila banyak klub sepak bola yang bisa menjaring dana di pasar modal.

Sejauh ini, baru Persib Bandung yang pernah menjajaki kemungkinan melantai di pasar modal.

Bahkan, klub yang tujuh kali menjuarai liga kasta tertinggi tersebut telah menunjuk tiga penjamin emisi.

Namun, hingga kini rencana IPO tersebut masih jauh panggang dari api.

Analis PT Anugerah Sentra Investama Yusuf Nugraha menuturkan, sejumlah tantangan masih harus dihadapi klub sepak bola jika ingin melantai di bursa.

Selain kemampuan finansial setiap klub dalam menggaet pendapatan, adanya kompetisi yang jelas juga menjadi faktor penentu.

”Kita masih berharap PSSI menyelenggarakan kompetisi sepak bola lebih transparan dan tertata rapi,” katanya kemarin.

Menurut dia, industri sepak bola di Indonesia masih sarat kepentingan politik. Dampaknya, liga sepak bola kurang bisa berjalan dengan profesional.

Dia juga menyatakan, masih banyak klub sepak bola yang keterbukaan laporan keuangannya masih kurang.

Padahal, untuk menjadi sebuah emiten yang kuat, kemampuan penyusunan dan keterbukaan laporan keuangan sangat dibutuhkan.

Namun, dia mengakui, industri sepak bola cukup punya potensi asalkan dikelola dengan profesional.

Pembenahan pun perlu dilakukan dari berbagai sisi.

Dari sisi bakat, kualitas pemain bola di Indonesia sebenarnya cukup baik.

Potensi pendapatan klub sepak bola juga bisa berasal dari berbagai bisnis seperti penjualan atribut klub dan penjualan tiket.

Beberapa klub di luar negeri cukup sukses meraup dana dari pasar modal. Manchester United (MANU) mencatatkan diri di New York Stock Exchange.

Di bursa Wall Street itu, kapitalisasi pasar atau nilai perusahaan klub asal Inggris tersebut mencapai USD 2,67 miliar atau sekitar Rp 34,7 triliun.

Ada pula Juventus (JUVE) yang melantai di Borsa Italiana dengan kapitalisasi pasar mencapai EUR 370,25 juta atau Rp 5,18 triliun. (rin/c10/sof)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Klub Masuk Kategori Profesional jika Lolos 5 Aspek Ini


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler