jpnn.com, ENDE - Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT), pada Jumat (10/12).
Selain Kota Pancasila, Ende disebut sebagai rahimnya Indonesia.
BACA JUGA: BPIP Ajak Warga Bergotong Royong Bantu Korban Terdampak Erupsi Gunung Semeru
Sebab, Bung Karno merumuskan Pancasila sebagai ideologi negara saat diasingkan.
Dalam kunjungan kerja, BPIP menapaktilasi Bung Karno di Ende yang dipimpin Kepala BPIP Prof. Drs. KH Yudian Wahyudi, M.A., Ph.D.
BACA JUGA: BPIP Apresiasi Perubahan Mentalitas Anggota Polri
Yudian menceritakan, Indonesia saat itu tidak memiliki teknologi militer.
''Namun, Indonesia berhasil merdeka di tengah Perang Dunia Kedua dengan teknologi militer dan dapat mempersatukan semua elemen bangsa tanpa berdarah yang salah satu tonggaknya Kota Ende,'' tegasnya.
BACA JUGA: Jawab Tantangan Zaman, BPIP Sosialisasikan Pancasila Lewat Musik
Pertama, BPIP mengunjungi Pelabuhan Ende yang merupakan tempat Bung Karno dengan Bu Inggit tiba.
Kedua, BPIP mengunjungi tempat lapor diri di tempat militer Belanda yang bangunannya masih utuh.
Bukan hanya itu, rombongan BPIP mengunjungi rumah pengasingan pada 1934-1938.
BPIP juga mengunjungi tempat teater milik Group Bung Karno, Biara, dan melakukan ziarah ke makam almarhumah Bu Amsi.
''BPIP ditugaskan untuk menjaga Pancasila. Di Ende, ini menjadi bahan berpikir bagaimana membangun Indonesia dengan fondasi Pancasila yang kuat", paparnya.
BPIP kemudian berdialog dengan tokoh masyarakat, pemerintah, tokoh agama, akademisi, media, dan dunia usaha di Taman Pancasila.
Pemecah rekor sebagai dosen pertama dari Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) yang menembus Harvard Law School di Amerika Serikat itu juga sempat memberikan pidato di Masjid Ar Rabhithah saat salat Jumat.
Dia menjelaskan, khilafah bukan perintah agama. Jangan sampai melawan negara.
Pilihan Bung Karno sangat tepat, yaitu Pancasila.
Bupati Kabupaten Ende Drs. H. Djafar H. Achmad, M.M mengapresiasi BPIP yang sudah melakukan kunker ke Ende.
Djafar berharap BPIP serius memperhatikan Kabupaten Ende.
Bahkan, dia mendorong presiden untuk datang ke Ende dalam momen lahirnya Pancasila.
"Saya berharap presiden datang ke Ende, terutama hadir dalam momen hari lahir Pancasila,'' ujar Djafar.
BPIP juga berharap dapat menjembatani Bandung dan Ende.
Sebab, Ibu Amsi merupakan warga Bandung yang meninggal di Ende.
''Kami juga mengusulkan Bu Amsi sebagai salah seorang pahlawan nasional,'' tegasnya.
Dalam dialog yang dimoderatori Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP Antonius Benny Susetyo tersebut, BPIP akan berupaya mendorong usul-usul pemerintah kabupaten dan masyarakat Ende.
Menurut dia, menggali Pancasila merupakan panggilan peradaban dunia.
Soekarno menemukan titik besar ideologi liberalisme dan nasionalisme.
Selain itu, program yang akan didorong adalah literasi dan perpustakaan agar Pancasila bisa diaplikasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dr. Philipus Tule, SVD rektor Universitas Katolik Widiya Mandira Kupang, mengakui secara nasional dan global bahwa ende dikenal sebagai tempat Soekarno dibuang.
Deputi Bidang Hubungan Antarlembaga, Sosialisasi, Komunikasi dan Jaringan Ir. Prakoso, M.M. Direktur Hubungan Antarlembaga dan Kerja Sama BPIP Elfrida Herawati Siregar, serta Direktur Standardisasi Materi dan Metode Aparatur Negara BPIP Aris Heru Utomo, SH., MBA., M.Si., hadir. (mrk/jpnn)
Jangan Lewatkan Video Terbaru:
Redaktur : Tarmizi Hamdi
Reporter : Tarmizi Hamdi, Tarmizi Hamdi