JAKARTA - Direktur Eksekutif IndoBarometer. M Qodari mengatakan, kebijakan elit partai politik (Parpol) yang mencalonkan artis diyakini sebagai pendulang suara dalam Pemilu tidak tepat.
“Keyakinan tersebut hanya halusinasi. Faktanya, Pemilu 2009 sangat sedikit artis yang lolos jadi anggota DPR. Bahkan Partai Amanat Nasional (PAN) yang paling banyak mengusung artis, justru perolehan suaranya turun," kata M Qodari, di gedung Nusantara IV, komplek Parlemen, Senayan Jakarta, Senin (6/5).
Anehnya lanjut M Qodari, dalam Pemilu 2014, PAN masih tertinggi mengusung artis untuk dicalon sebagai anggota DPR yakni sebanyak 32 Caleg, disusul Gerindra, PKB, Hanura, PPP, PDIP, Demokrat, Golkar, Nasdem. “Saya tegaskan, artis itu tak identik dengan elektabilitas,” imbuh Qodari.
Menurut dia, semua warga negara berhak menjadi Caleg. Termasuk wartawan, akademisi, pengusaha, bahkan mantan pejabat pemerintahan serta TNI dan Polri.
Yang terpenting saat ini dan ke depannya, bagaimana mekanisme rekrutmen yang harus diperketat oleh elit Parpol. Kalau artis misalnya, minimal dua tahun sebelum nyaleg sudah menjadi kader atau bergabung dengan salah satu partai. “Jangan tiba-tiba, nyelonong menjadi caleg tanpa mekanisme pendidikan kader. Tanpa pendidikan kader, saya menyebut partai bersangkutan sebagai partai abal-abal," tegasnya.
Selain itu, menurut Qodari, artis memang spesies unik. Datang dan perginya selalu menjadi berita. "Problemnya artis dianggap hanya mampu di bidang seni, bukan tata kelola negara. Ditambah lagi tak berkompeten. Parpol hanya memanfaatkan sisi tingginya magnetik media terhadap artis," ungkapnya. (fas/jpnn)
“Keyakinan tersebut hanya halusinasi. Faktanya, Pemilu 2009 sangat sedikit artis yang lolos jadi anggota DPR. Bahkan Partai Amanat Nasional (PAN) yang paling banyak mengusung artis, justru perolehan suaranya turun," kata M Qodari, di gedung Nusantara IV, komplek Parlemen, Senayan Jakarta, Senin (6/5).
Anehnya lanjut M Qodari, dalam Pemilu 2014, PAN masih tertinggi mengusung artis untuk dicalon sebagai anggota DPR yakni sebanyak 32 Caleg, disusul Gerindra, PKB, Hanura, PPP, PDIP, Demokrat, Golkar, Nasdem. “Saya tegaskan, artis itu tak identik dengan elektabilitas,” imbuh Qodari.
Menurut dia, semua warga negara berhak menjadi Caleg. Termasuk wartawan, akademisi, pengusaha, bahkan mantan pejabat pemerintahan serta TNI dan Polri.
Yang terpenting saat ini dan ke depannya, bagaimana mekanisme rekrutmen yang harus diperketat oleh elit Parpol. Kalau artis misalnya, minimal dua tahun sebelum nyaleg sudah menjadi kader atau bergabung dengan salah satu partai. “Jangan tiba-tiba, nyelonong menjadi caleg tanpa mekanisme pendidikan kader. Tanpa pendidikan kader, saya menyebut partai bersangkutan sebagai partai abal-abal," tegasnya.
Selain itu, menurut Qodari, artis memang spesies unik. Datang dan perginya selalu menjadi berita. "Problemnya artis dianggap hanya mampu di bidang seni, bukan tata kelola negara. Ditambah lagi tak berkompeten. Parpol hanya memanfaatkan sisi tingginya magnetik media terhadap artis," ungkapnya. (fas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Harapkan e-KTP Tak Sering Difotocopy
Redaktur : Tim Redaksi