jpnn.com, MATARAM - Seorang jaksa gadungan yang mencatut jabatan kepala Seksi Intelijen (Kasi Intel) Kejaksaan Negeri Mataram, Nusa Tenggara Barat berinisial AN ditangkap polisi.
Jaksa gadungan itu pun langsung dijadikan tersangka penipuan dan penggelapan.
BACA JUGA: Luna Maya Jadi Korban Penipuan, Sebegini Kerugiannya
AN juga sudah ditahan di Ruang Tahanan Polresta Mataram, Polda NTB.
Kasat Reskrim Polresta Mataram Kompol Kadek Adi Budi Astawa mengatakan pihaknya menetapkan AN sebagai tersangka berdasarkan hasil gelar perkara penyelidikan.
BACA JUGA: Anggota TNI Kopda TH Terlibat Penggelapan Rp 1 Miliar
"Sekarang kasusnya sudah naik penyidikan dan menetapkan AN sebagai tersangka," kata Kadek Adi di Mataram, Kamis (3/2).
AN disangkakan Pasal 372 KUHP tentang Penggelapan dan Pasal 378 KUHP tentang Penipuan.
BACA JUGA: Kejari Pidie Tetapkan Kades Blok Bengkel Tersangka Kasus Dana Desa
"Jadi, menurut hasil gelar perkara, unsur pidana sudah memenuhi syarat AN sebagai tersangka," ungkapnya.
Menurut Kadek Adi, pada penyidikan ini masih ada tahap pendalaman alat bukti.
Penyidik mengupayakan hal tersebut dengan mengagendakan serangkaian pemeriksaan saksi.
Sebab, ada alat bukti yang perlu dikuatkan lagi perihal sangkaan pidananya.
“Jadi, masih akan ada rangkaian pemeriksaan saksi yang kami agendakan sebelum nantinya dilimpahkan ke jaksa," ujarnya.
AN ditangkap ketika sedang berada di ruangan direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Lombok Utara.
Penangkapan Kamis (27/1) tersebut berkat informasi yang datang dari direktur RSUD Lombok Utara.
AN menghadap direktur RSUD Lombok Utara dengan mengaku sebagai kasi Intel Kejari Mataram.
AN saat itu menjanjikan akan menghentikan kasus RSUD Lombok Utara yang kini sedang berjalan di tahap penyidikan Pidana Khusus Kejaksaan Tinggi (Kejati) NTB.
Janji tersebut diberikannya dengan syarat penyerahan uang.
Modus demikian juga sebelumnya telah dijalankan.
Tersangka AN melancarkannya pada Maret 2021 kepada korban berinisial KSM.
Saat itu, AN yang juga mengaku sebagai kasi intelijen Kejari Mataram itu menjanjikan proyek penimbunan di kawasan Asrama Haji Embarkasi Lombok.
Dengan modus catut jabatan tersebut, AN meminta uang mahar proyek senilai Rp 25 juta.
Korban yang terseret dalam modus AN, kemudian menyerahkan uang tanda jadi melalui pengiriman antar rekening perbankan senilai Rp 10 juta. (antara/jpnn)
Video Terpopuler Hari ini:
Redaktur & Reporter : Boy