jpnn.com, JAKARTA - Hipertensi masuk kategori penyakit silent killer.
Pasalnya, sering terjadi tanpa keluhan, sehingga penderita tidak mengetahui dirinya menderita hipertensi.
BACA JUGA: Hati-hati Berolahraga Setelah Ramadan, Awas Serangan Jantung
Penyakit ini sering baru diketahui setelah terjadi komplikasi.
Karena itu, hipertensi masih menjadi momok, apalagi angka penderitanya cukup tinggi di Indonesia.
BACA JUGA: 3 Tips Penting setelah Menjalani Vaksinasi
Meski demikian, penyakit ini dapat dicegah. Bahkan, caranya juga cukup mudah.
Paling utama, rajin memeriksa tekanan darah secara berkala.
BACA JUGA: Lakukan 7 Hal Penting Usai Lebaran, Agar Tubuh Sehat!
"Hal yang utama harus dilakukan, meningkatkan kepedulian masyarakat melakukan deteksi dini secara berkala untuk pencegahan dan mengendalikan hipertensi," ujar dr. Cut Putrie Arianie, dalam keterangannya, Senin (24/5).
Dokter Cut merupakan Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan.
Jumlah penderita hipertensi di dunia tercatat terus meningkat setiap tahun.
Hipertensi yang tidak mendapat penanganan yang baik menyebabkan komplikasi seperti stroke, penyakit jantung koroner, diabetes, gagal ginjal dan kebutaan.
Satu dari tiga orang di dunia terdiagnosis hipertensi, dan hanya sebesar 36,8 persen di antara para penderita hipertensi yang mengkonsumsi obat.
Apabila dibiarkan, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada sebesar 1,5 miliar orang terkena hipertensi.
Untuk saat ini, jumlah perkiraan penduduk dunia yang meninggal setiap tahun akibat hipertensi dan komplikasinya adalah sebesar 9,4 juta orang.
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), Stroke (51 persen) dan penyakit jantung koroner (45 persen ) merupakan penyebab kematian tertinggi.
Hipertensi sendiri merupakan keadaan di mana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih dan diastolik mencapai mmHg atau lebih.
Ubah Gaya Hidup
Cut Putrie mengatakan, masyarakat harus menerapkan gaya hidup CERDIK.
Yakni, cek kesehatan secara rutin, enyahkan asap rokok, rajin melakukan aktivitas fisik, diet seimbang, istirahat cukup, dan kelola stres untuk mencegah hipertensi.
Sebagian besar penderita hipertensi pun tidak mengetahui bahwa dirinya mengidap hipertensi sehingga tidak mendapatkan pengobatan.
Kerusakan organ target akibat komplikasi hipertensi akan tergantung kepada besarnya peningkatan tekanan darah dan lamanya kondisi tekanan darah yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati.
Sementara, Dr. dr. Isman Firdaus, SpJP(K), FIHA, Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) mengatakan dari total jumlah pasien dengan penyakit jantung, sebanyak 70-75 persennya ternyata mengalami hipertensi.
"Kita sebisa mungkin harus menumbuhkan kesadaran diri kita semua untuk melakukan cek kesehatan, melakukan pengukuran tekanan darah secara rutin, dan mencegah serta mengendalikan hipertensi dengan memodifikasi gaya hidup seperti rajin berolahraga juga membatasi asupan garam," kata dr. Isman.
Untuk mencegah hipertensi, dianjurkan membatasi asupan garam paling banyak 5 gram sehari atau setara dengan satu sendok teh.(Antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Ken Girsang