JAKARTA - Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, mengaku merasa malu karena Indonesia yang dikenal sebagai negara penghasil batik, ternyata masih mengimpor dari sejumlah negara.
"Lumayan banyak (batik impor). Saya agak malu saja kalau disuruh pakai batik impor. Sayang lah, ke depannya kita harus bisa bersaing, masa batik harus impor," katanya saat melakukan inspeksi mendadak ke Pasar Tanah Abang, sebelum menghadiri Penganugerahan Inacraft Award di Jakarta, Jakarta, Sabtu (27/4).
Menurut Gita, produksi batik tanah air harusnya tak hanya bisa memenuhi kepentingan dalam negeri, namun juga bisa diekspor ke sejumlah negara. “Cukup malu lah kalau sampai impor. Tidak ada alasan untuk kita tak bisa penuhi kebutuhan nasional batik dengan produk nasional,” tuturnya.
Selain menemukan banyaknya batik impor, dalam sidak tersebut, Kemendag juga menemukan adanya pakaian-pakaian yang tidak memenuhi peraturan. Misalnya penggunaan label yang harus ada di setiap pakaian.
"Kalaupun ada label, itu pun bahasa asing, bukan bahasa Indonesia. Ini harus ditertibkan. Regulasinya itu harus gunakan label dalam bahasa Indonesia," tegas Gita.
Saat ditanya peluang Indonesia di dunia internasional, Gita mengakui ekspor di bidang jasa masih sulit, mengingat situasi pasar global yang ada. Namun tidak demikian dengan produk industri kecil menengah, terutama industri kerajinan. Menurut Gita, justru mempunyai kekuatan utama human capital.
Karena saat ini, Industri kerajinan Indonesia mempunyai pasar ekspor negara maju seperti Jepang, Australia, Inggris, dan Amerika Serikat. Pada tahun 2012 ekspor kerajinan Indonesia mengalami kenaikan sebesar 5,5 persen dibanding 2011.
"Kerajinan Indonesia punya nilai kompetitif karena ramah lingkungan, ini unsur sangat penting untuk daya saing di pasar global yang semakin peduli dengan masalah lingkungan ini,” ujarnya dalam acara Inacraft 2013 yang mengangkat thema 'Remarkable East Java' yang digelar di Jakarta Convention Center (JCC).(gir/jpnn)
"Lumayan banyak (batik impor). Saya agak malu saja kalau disuruh pakai batik impor. Sayang lah, ke depannya kita harus bisa bersaing, masa batik harus impor," katanya saat melakukan inspeksi mendadak ke Pasar Tanah Abang, sebelum menghadiri Penganugerahan Inacraft Award di Jakarta, Jakarta, Sabtu (27/4).
Menurut Gita, produksi batik tanah air harusnya tak hanya bisa memenuhi kepentingan dalam negeri, namun juga bisa diekspor ke sejumlah negara. “Cukup malu lah kalau sampai impor. Tidak ada alasan untuk kita tak bisa penuhi kebutuhan nasional batik dengan produk nasional,” tuturnya.
Selain menemukan banyaknya batik impor, dalam sidak tersebut, Kemendag juga menemukan adanya pakaian-pakaian yang tidak memenuhi peraturan. Misalnya penggunaan label yang harus ada di setiap pakaian.
"Kalaupun ada label, itu pun bahasa asing, bukan bahasa Indonesia. Ini harus ditertibkan. Regulasinya itu harus gunakan label dalam bahasa Indonesia," tegas Gita.
Saat ditanya peluang Indonesia di dunia internasional, Gita mengakui ekspor di bidang jasa masih sulit, mengingat situasi pasar global yang ada. Namun tidak demikian dengan produk industri kecil menengah, terutama industri kerajinan. Menurut Gita, justru mempunyai kekuatan utama human capital.
Karena saat ini, Industri kerajinan Indonesia mempunyai pasar ekspor negara maju seperti Jepang, Australia, Inggris, dan Amerika Serikat. Pada tahun 2012 ekspor kerajinan Indonesia mengalami kenaikan sebesar 5,5 persen dibanding 2011.
"Kerajinan Indonesia punya nilai kompetitif karena ramah lingkungan, ini unsur sangat penting untuk daya saing di pasar global yang semakin peduli dengan masalah lingkungan ini,” ujarnya dalam acara Inacraft 2013 yang mengangkat thema 'Remarkable East Java' yang digelar di Jakarta Convention Center (JCC).(gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Orang Asing Cukup Dijadikan Tenaga Ahli Saja
Redaktur : Tim Redaksi