Mendesak, Reklamasi-Giant Sea Wall di Pantura

Senin, 23 Desember 2013 – 16:52 WIB
Foto: Indopos

jpnn.com - ADA dua penyebab banjir di Jakarta. Terjangan air rob dari laut dan limpahan air dari kawasan Puncak, Bogor. Giant sea wall atau tembok laut raksasa yang dibangun di pantai utara Jakarta menjadi salah satu solusi ampuhnya. Tembok raksasa ini kelak akan dibangun di atas lahan reklamasi yang luasnya mencapai 5.100 hektar! Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana mempercepat pembangunan proyek giant sea wall (GSW) dan reklamasi pantai di kawasan Jakarta Utara. Menurut Gubenur DKI Jakarta Joko Widodo, pelaksanaan pembangunan harus dipercepat.

Pembangunan harus bertepatan dengan musim panas agar penyelesaian konstruksinya berkualitas bagus. ”Saat ini kita sudah kejar-kejaran dengan level air laut yang semakin tinggi. Air tanah di sana setiap tahun turun terus,” ujarnya. Ide pembangunan tanggul raksasa ini muncul di masa kepemimpinan Gubernur Fauzi Bowo untuk menanggulangi banjir Khususnya di sisi Utara Jakarta, hingga 1.000 tahun ke depan.

BACA JUGA: Nikmati Pesona dari Maumere ke Labuan Bajo

Tanggul ini juga difungsikan agar mencegah terjadinya banjir rob yang lebih besar serta sebagai sumber air bersih. Selain Pemprov DKI Jakarta, pembangunan GSW akan melibatkan berbagai instansi terkait, seperti Kementerian Pekerjaan Umum (PU) dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).

Dalam perencanaannya, Fauzi Bowo pernah melibatkan Pemerintah Belanda dalam perancangan proyek tersebut. Pertimbangannya, Belanda dinilai berpengalaman dalam membuat bendungan. Dirancang pula ada jalan melingkar serta pusat pertumbuhan ekonomi baru di atas tanggul. Sebelum prediksi rob di seluruh pantai Utara Jawa terjadi, proyek ini harus sudah selesai. Dikatakan pria yang disapa Jokowi ini, pembangunan kawasan baru ini akan sangat baik.

BACA JUGA: Dunia Dino di Jungleland

Karena semua dimulai dari awal, sehingga utilitas bisa diatur sedemikian rupa dengan pembuatan ducting (saluran). ” Kabel, gas, dan utilitas lainnya di bawah tanah. Jadi kota efisien, karena dilengkapi dengan pelabuhan, airport, pusat industri, dekat semua,” ucapnya. Selain itu, sambung bekas Walikota Solo ini, nantinya 5 persen dari luas lahan perluasan atau sekitar 250 hektar wajib diserahkan kepada Pemprov DKI Jakarta.

Lahan tersebut akan digunakan untuk pembangunan rumah susun sederhana sewa (rusunawa) bagi nelayan yang berada di kawasan tersebut. ”Studi untuk pembangunan ini rampung tahun depan. Studi yang dilakukan untuk mengetahui, bahwa reklamasi pantai tidak mengganggu serta merusak lingkungan, tapi juga memberi manfaat bagi masyarakat,” jelasnya. Dengan pembangunan GSW dan reklamasi pantai ini, tidak hanya menambah lahan di ibu kota, tetapi juga bisa mengurangi banjir akibat rob.

BACA JUGA: Kalahkan Jepang, Masuk Guinness Book World of Record

Selain itu juga untuk penyediaan air bersih, karena selama ini air baku Jakarta masih sangat tergantung dari Waduk Jatiluhur. ”Selain mengurangi banjir ada waduk air baku. Jadi bisa semakin dekat, biaya operasional menurun,” ucapnya. Jokowi menuturkan, selama proyek giant sea wall belum berjalan, Pemprov DKI dalam waktu dekat membangun pabrik penjernihan air di Curug, Karawang, Jawa Barat.

”Proyek ini merupakan solusi jangka pendek memenuhi kebutuhan air bersih Jakarta, sementara solusi jangka panjang adalah membangun tanggul raksasa,” terang Jokowi. Sebelumnya Direktur Jenderal Sumber Daya Alam dan Mineral Kementerian Pekerjaan Umum Muhammad Hasan juga memastikan, pembangunan tanggul raksasa di pantai Utara Jakarta akan mulai dilakukan pada 2014.

Meski demikian, masih ada kendala dalam pembangunannya. ”Insya Allah tanggul laut itu tahap pertamanya kita akan groundbreaking pertengahan tahun depan,” ungkapnya. Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) memprediksi, nilai investasi proyek pembangunan tanggul raksasa (giant sea wall) dan reklamasi pantai di pesisir Utara Jakarta, mencapai nilai yang fantastis hingga lebih dari Rp 300 triliun. Meski begitu, dia mengaku, saat ini sudah banyak pihak investor yang mengantri menggarap megaproyek tersebut. ”Coba dihitung, untuk nguruk pantai atau laut itu paling habis Rp 4 hingga 6 juta per meter.

Tanya saja dijual berapa sama mereka. Kenapa mereka antri, karena mereka tahu untungnya,” cetus Jokowi. Diungkapkan bekas Walikota Solo ini, pihaknya menargetkan proyek pembangunan ini akan rampung dalam 10 tahun. Para investor yang tertarik proyek ini nantinya tetap akan diseleksi. Sebab, dirinya juga ingin memastikan investor memiliki dana yang cukup. ”Saat ini kota-kota di negara lain juga telah memiliki kota baru seperti yang akan dibangun di Utara Jakarta ini nantinya.

Namun Jakarta menurutnya bukan mencontek, melainkan belajar dan akan lebih baik dari yang sudah ada. Yang kita punya lebih baik dari mereka,” kata Jokowi. Selain itu, dari 5.100 hektar lahan baru yang akan dibuat hanya 45 persen saja yang boleh dijual. Sementara 55 persen di antaranya harus digunakan untuk infrastruktur, ruang terbuka hijau (RTH), waduk air baik, serta fasilitas sosial dan fasilitas umum (fasos fasum). ”Kita tidak keluar uang, tapi kita dapat 250 hektar atau 5 persen dari lahan baru,” imbuhnya. Rencana reklamasi pantai ini juga mendapat perhatian dari Komisi IV DPR.

Bahkan tercetus wacana, nantinya kawasan baru seluas 5.100 hektar itu bisa dijadikan lokasi pusat pemerintahan baru di ibu kota. Saat ini untuk pembangunan reklamasi pantai yang juga satu paket dengan giant sea wall masih dalam tahap kajian. Jokowi mengatakan, bisa saja pusat pemerintahan dipindah ke lahan baru tersebut. Namun, tetap saja pemerintah pusat harus membeli lahan, karena reklamasi pantai dilakukan oleh pihak swasta. ”Tadi kan ditanyakan saya hanya menyampaikan ada lahan baru 5.100 hektar. Kalau pemerintah pusat memiliki keputusan politik, bisa memindahkan pusat pemerintahan tapi beli,” ujarnya. (dwi/rm/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Lengkapi Arena Ice Skating Terbesar di Indonesia


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler