Mendikbud: Asesmen Nasional Bukan Patokan Kelulusan Siswa dan PPDB

Minggu, 22 November 2020 – 11:09 WIB
Mendikbud Nadiem Makarim. Foto: Ricardo/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim melarang orang tua mengikutkan anaknya dalam bimbingan belajar menghadapi asesmen nasional (AN).

Pasalnya, asesmen nasional tidak berimplikasi pada kelulusan siswa maupun pendaftaran Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB).

BACA JUGA: Pesan Penting Nadiem Makarim terkait Asesmen Nasional 2021

Selain itu, asesmen nasional yang akan dilaksanakan mulai Maret 2021 itu tidak berlaku untuk semua siswa, tetapi dipilih secara acak.

Tujuannya untuk memetakan mutu pendidikan pada seluruh sekolah, madrasah, dan program keseteraan jenjang sekolah dasar dan menengah.

BACA JUGA: Nadiem Makarim Melarang Orang Tua Ikutkan Anak Bimbingan Belajar Khusus Asesmen Nasional

"Bagi orang tua murid maupun guru tidak usah risau dengan asesmen nasional ini. Tidak perlu ada persiapan khusus. Sekolah cukup siapkan sarana prasarana untuk asesmen itu saja," kata Nadiem Makarim di Jakarta, baru-baru ini.

Dia meminta para orang tua murid menggunakan dana bimbel untuk pemenuhan gizi anak-anak.

BACA JUGA: Kemendikbud Pastikan Pengadaan Barang dan Jasa di Sekolah Lewat Transaksi Non-Tunai

Di masa pandemi COVID-19, nutrisi anak-anak harus dijaga untuk meningkatkan imunitas.

Nadiem juga menegaskan, jangan terpengaruh dengan promosi lulus asesmen nasional.

Sebab, tidak ada istilah lulus atau tidak dalam asesmen nasional.

"Asesmen nasional bukan ganti baju ujian nasional. Keduanya sangat berbeda," ucapnya.

Lebih lanjut dikatakan, asesmen nasional terdiri dari tiga bagian, yaitu Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), Survei Karakter, dan Survei Lingkungan Belajar.

Mendikbud melanjutkan, AKM dirancang untuk mengukur capaian peserta didik dari hasil belajar kognitif yaitu literasi dan numerasi.

Kedua aspek kompetensi minimum ini, menjadi syarat bagi peserta didik untuk berkontribusi di dalam masyarakat, terlepas dari bidang kerja dan karier yang ingin mereka tekuni di masa depan.

“Fokus pada kemampuan literasi dan numerasi tidak kemudian mengecilkan arti penting mata pelajaran karena justru membantu murid mempelajari bidang ilmu lain terutama untuk berpikir dan mencerna informasi dalam bentuk tertulis dan dalam bantuk angka atau secara kuantitatif,” kata Mendikbud.

Bagian kedua dari Asesmen Nasional adalah survei karakter yang dirancang untuk mengukur capaian peserta didik dari hasil belajar sosial-emosional berupa pilar karakter untuk mencetak profil pelajar Pancasila.

“Beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME serta berakhlak mulia, berkebhinekaan global, mandiri, bergotong royong, bernalar kritis, dan kreatif,” tutur Mendikbud.

Bagian ketiga dari asesmen nasional adalah survei lingkungan belajar untuk mengevaluasi dan memetakan aspek pendukung kualitas pembelajaran di lingkungan sekolah.

Asesmen nasional 2021 dilakukan sebagai pemetaan dasar (baseline) dari kualitas pendidikan yang nyata di lapangan, sehingga tidak ada konsekuensi bagi sekolah dan murid. “Hasil asesmen nasional tidak ada konsekuensinya buat sekolah, hanya pemetaan agar tahu kondisi sebenarnya,” kata Mendikbud.

Kemendikbud juga akan membantu sekolah dan dinas pendidikan dengan cara menyediakan laporan hasil asesmen yang menjelaskan profil kekuatan dan area perbaikan tiap sekolah dan daerah.

“Sangat penting dipahami terutama oleh guru, kepala sekolah, murid, dan orang tua bahwa asesmen nasional 2021 tidak memerlukan persiapan-persiapan khusus maupun tambahan yang justru akan menjadi beban psikologis tersendiri. Tidak usah cemas, tidak perlu bimbel khusus demi asesmen nasional," pungkasnya. (esy/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler