jpnn.com - JAKARTA - Teka-teki pengukuhan rektor Universitas Hasanuddin (Unhas) 2014-2018 akhirnya terjawab. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh Senin (28/4) melantik Dwia Aries Tina Palabuhu menjadi rektor kampus negeri berlogo ayam jantan itu.
Pelantikan rektor perempuan pertama di Unhas sekaligus adik ipar Jusuf Kalla (JK) itu sempat terganjal. Penyebabnya adalah gugatan hukum saingannya dalam pemilihan rektor Unhas. Usai pelantikan Dwia mengatakan akan langsung tancap gas membangun Unhas menjadi barometer kampus unggulan di Indonesia timur.
BACA JUGA: Semakin Kurang Diminati, Unmul Harus Cari Inovasi
Selain melantik Dwia, Nuh juga mengukuhkan Djaali sebagai rektor Unviersitas Negeri Jakarta (UNJ), Achmad Iqbal sebagai rektor Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, dan Direktur Akademi Komunitas Negeri Pacitan Gigih Prabowo. Pejabat lain yang dilantik adalah Kepala Pusat Penilaian Pendidikan (Kapuspendik) Badan Penelitian Penelitian dan Pendidikan (Balitbang) Kemendikbud Nizam.
Dalam arahannya Mendikbud menuturkan jabatan rektor adalah jabatan khusus. "Rektor memiliki kewajiban untuk menjaga martabat dan kehormatan perguruan tinggi yang telah memberikan amanah," ujar Menteri asal Surabaya itu.
BACA JUGA: Tambahan Anak TNI, Peserta UN SMP jadi 1.787
Pada kesempatan itu Nuh menegaskan pesan supaya para rektor untuk menjaga atmosfer akademik.
"Tugas utama kita (para rektor, red) ada di situ. Kalau atmosfer akademik bagus, maka insyaallah yang namanya tri dharma perguruan tinggi bisa tumbuh dan berkembang baik," urai dia.
Khusus di Unhas, selama ini kerap dicap sebagai kampus negeri yang sering ribut. Keributan di kampus yang khas dengan jas merah itu tidak hanya internal mahasiswanya saja. Tetapi juga kerap terjadi keributan mahasiswa Unhas dengan warga masyarakat setempat.
BACA JUGA: Tambah Pilihan, ITS Siapkan Tiga Fakultas Baru
Supaya bisa menumbuhkan atmosfer akademik itu, Nuh memberikan beberapa arahan. Yaitu mengajak rangkul sebanyak-banyaknya partisipasi dari seluruh civitas akademik. Kemudian kepemimpinan perguruan tinggi posisinya sangat berbeda dengan di pemerintahan. Maka tidak boleh ada fraksi atau faksi yang terus tumbuh di perguruan tinggi masing-masing.
"Oleh karena itu, begitu selesai pemilihan maka semuanya harus menyatu mengembangkan perguruan tinggi," kata Nuh.
Upaya berikutnya adalah biasakan memberikan penghargaan kepada siapapun yang menunjukkan prestasi dan dedikasi dalam menjalankan tri dharma perguruan tinggi. Nuh juga berpesan kepada para rektor, untuk ikut terjun bersama civitas akademika mengembangkan tri dharma perguruan tinggi. Para rektor juga diminta untuk menjalin komunikasi yang pemerintah daerah serta pihak-pihak terkait, untuk peningkatan SDM.
Mantan rektor ITS Surabaya itu mengatakan, tantangan perguruan tinggi saat ini bukan akses. "Tetapi tantangan sekarang adalah kualtias," jelas dia. Perumusan kualitas itu ada pada tiga kompetensi. Yakni kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap.(wan)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PGRI Pesimis Pencairan TPG Tepat Waktu
Redaktur : Tim Redaksi