“Kami mengimbau kepada IPB untuk bisa lebih inovatif dalam meningkatkan riset khususnya mengenai urusan pangan. Sehingga diharapkan ke depannya bisa mengatasi masalah kebutuhan bahan pangan di Indonesia yang kerap kali harus diimpor dari luar, ungkap Nuh di Jakarta, Minggu (2/9).
Nuh menyebutkan, riset bahan pangan yang dapat dilakukan antara lain meliputi produksi beras, kedelai, gandum dan kebutuhan pangan lainnya. “Seperti contoh kasus kemarin, Indonesia krisis kedelai. Masa" untuk kedelai saja Indonesia harus impor?” tandas Nuh.
Karenanya, lanjut mantan Rektor ITS itu, pemerintah berencana mengucurkan dana bagi IPB guna membiayai riset pangan. Rencananya, dana riset untuk IPB akan diambil dari bunga dana abadi pendidikan. Nuh menyebut saat ini dana abadi pendidikan sudah mencapai Rp 1 triliun. Nantinya, 30 persen dari bunga dana abadi pendidikan akan dialokasikan untuk riset pangan.
“Bunga dana abadi pendidikan itu sebenarnya memang diperuntukkan untuk beasiswa, meng-cover korban bencana alam, dan riset. Nah, IPB kita jadikan percontohan awal untuk riset nasional ini meskipun nantinya juga akan kami berikan untuk kampus-kampus lainnya,” imbuhnya.
Lebih jauh Nuh menambahkan, penelitian yang inovatif memang memerlukan dana yang cukup besar karena riset pangan ini bersifat nasional. Maka dari itu, lanjut Nuh, pemerintah mengharapkan ke depannya dunia pendidikan tinggi atau kampus-kampus dapat membantu memberikan solusi untuk mengatasi kebutuhan pangan di Indonesia. (cha/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bahasa Ibu Dilarang jadi Bahasa Pendidikan
Redaktur : Tim Redaksi