jpnn.com, SUKABUMI - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim akhirnya blusukan ke sekolah, setelah disorot banyak kalangan mulai organisasi guru, pengamat hingga DPR RI.
Nadiem yang mendampingi Wakil Presiden Republik Indonesia (Wapres RI) Ma’ruf Amin meninjau persiapan sekolah menuju tatanan kebiasaan baru.
BACA JUGA: Guru Besar UGM Anggap Nadiem Makarim Tak Kompeten Mengurus Pendidikan
Peninjauan tersebut dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 4, Kota Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (8/7).
“Yang di luar zona hijau belum boleh ikut belajar di kelas. Ini artinya ada (prinsip) kehati-hatian,” pesan Wapres di depan para kepala sekolah, guru, dan siswa yang turut hadir dalam acara tersebut.
BACA JUGA: Tina Toon Kritik Keras Mendikbud Nadiem Makarim
Kiai Ma'ruf berharap sekolah dan pemerintah berkolaborasi dalam melakukan inovasi menciptakan kreasi-kreasi agar pendidikan tetap dibuka dengan protokol kesehatan yang tetap terjaga.
“Saya lihat tadi yang hadir pakai masker dan juga pakai sarung tangan. Kemudian sistem pembelajaran juga dibuat sesi dengan jumlah 12 sampai 18 siswa per kelas. Ini inovasi-inovasi yang dapat dikembangkan untuk menjadi contoh dari daerah-daerah lain di zona hijau,” terangnya.
BACA JUGA: Mendikbud Nadiem Ingin Kepsek dari Guru Penggerak, Indra Merasa Heran
Pada kesempatan sama, Nadiem memberikan apresiasi atas upaya sekolah dalam mempersiapkan pembelajaran di masa tatanan baru sesui dengan Surat Keputusan Bersama Empat Kementerian, Kemendikbud, Kementerian Agama, Kementerian Kesehatan dan Kementerian Dalam Negeri, tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran pada Tahun Ajaran dan Tahun Akademik Baru di Masa Pandemi Corona Virus Disease (COVID-19).
“Ini merupakan contoh yang baik. Terima kasih atas kedisiplinan, gotong royong, dan solidaritas semua pihak,” ucap Mendikbud Nadiem.
Sinergi dan gotong royong lintas sektor, lanjutnya, menjadi faktor utama memastikan pembelajaran di masa pandemi berjalan sesuai protokol kesehatan.
“Kesehatan dan keselamatan peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, keluarganya dan masyarakat secara umum merupakan prioritas utama Pemerintah,” tegas Nadiem.
Dia mengingatkan masa transisi ini menjadi periode penting untuk menetapkan kebiasaan baru, yakni Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang membutuhkan karakter disiplin, mandiri, dan tenggang rasa.
“Saya melihat ada berbagai macam tindakan proaktif, bukan hanya pakai masker dan sanitizer. Namun bereksperimentasi menciptakan protokol-protokol kesehatan agar lebih aman di masa transisi ini,” tutur Mendikbud.
Pembelajaran tatap muka satuan pendidikan di zona hijau dilaksanakan berdasarkan pertimbangan kemampuan peserta didik dalam menerapkan protokol kesehatan.
Dengan demikian, urutan pertama yang diperbolehkan pembelajaran tatap muka adalah pendidikan tingkat atas dan sederajat, tahap kedua pendidikan tingkat menengah dan sederajat, lalu tahap ketiga tingkat dasar dan sederajat. Itupun harus dilakukan sesuai dengan tahapan waktu yang telah ditentukan.
“Namun, begitu ada penambahan kasus atau level risiko daerah naik, satuan pendidikan wajib ditutup kembali,” tandas Nadiem. (esy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad