Mendikbud Nadiem Makarim Sebut Tokoh Sumbar dalam Pidatonya di Hari Sumpah Pemuda

Rabu, 28 Oktober 2020 – 13:55 WIB
Mendikbud Nadiem Makarim. Foto: Ricardo

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim dalam pidatonya pada Hari Sumpah Pemuda, mengangkat perjuangan seorang tokoh pemuda asal Sumatera Barat, Prof Muhammad Yamin.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang ke-9 itu yang menuangkan ikrar satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa.

BACA JUGA: Inilah Hasil Rapat Kerja Komite III DPD RI dan Menteri Nadiem, Poin Tiga Terkait SK Guru Honorer

Ikrar itulah yang telah membawa Indonesia pada kemerdekaan, pembangunan yang kian merata, dan jutaan prestasi yang dimotori oleh  para pemuda dan pemudi.

"92 tahun yang lalu, secarik kertas setelah yang menjadi penyulut semangat mengubah nasib. Hal yang sederhana tetapi mampu menghasilkan sesuatu yang luar biasa," kata Nadiem Makarim dalam pidatonya, Rabu (28/10). (esy/jpnn)

BACA JUGA: Presiden Jokowi Harap Semangat Sumpah Pemuda Terus Menyala

Berikut pidato Mendikbud Nadiem Makarim dalam rangka Hari Sumpah Pemuda

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, salam sejahtera bagi kita semua, Om Swastiastu namo buddhaya, salam kebajikan, Rahayu

BACA JUGA: Hari Sumpah Pemuda ke-92, Tetap Bertabur Bintang di Tengah Pandemi

Saudara-saudari sebangsa dan setanah air, tepat 92 tahun lalu sebuah sumpah dicetuskan oleh pemuda-pemudi yang resah akan kesulitan yang dialami bangsanya.

Karena rasanya pemuda-pemudi ini memutuskan untuk melepaskan segala atribut dan kepentingan golongan demi mempersatukan dan mengubah nasib negerinya.

Saat mereka bersatu, berkolaborasi, sesuatu yang dahsyat terjadi, Sumpah Pemuda.

Adalah seorang pemuda berumur 25 tahun dari Sawahlunto, Sumatera Barat, yang merumuskan roh perjuangan para pemuda-pemudi tanah air.

Beliau adalah pendahulu saya. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ke-9 Profesor Muhammad Yamin.

Di secarik kertas beliau menuangkan ikrar satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa. Sampai hari ini secarik kertas itu telah membawa kita kepada kemerdekaan, pembangunan yang kian merata, dan jutaan prestasi yang dimotori oleh  para pemuda dan pemudi.

28 Oktober 1928 membuktikan bahwa kaum muda mampu mengubah resah menjadi jalan keluar. Mampu menjadi motor pergerakan menuju kemajuan.

Dari masa ke masa kita selalu menghadapi berbagai keresahan. Hari ini tidak dapat dipungkiri kita bergelut dengan kerasahan yang begitu pelik.

Sudah lebih dari 7 bulan Indonesia dan dunia berjibaku melawan pandemi covid-19. Seluruh lapisan masyarakat, tanpa terkecuali, mengalami masa yang sulit.

Namun, tidak ada artinya keresahan apabila kita tidak dapat menemukan solusi untuk bangkit bersama.

Mari nyalakan lagi semangat dari Kongres Pemuda 1928. Kita jawab keresahan dengan solusi.

Masa sulit ini harus menjadi pembelajaran, penguatan mental dan karakter, serta ruang kreativitas bagi kita semua. Sudah waktunya kita, Pemuda Indonesia  untuk bersatu dan bangkit, menciptakan terobosan dan inovasi yang akan membantu bangsa ini melompat melampaui keterbatasan.

Ingat, 92 tahun yang lalu secarik kertas setelah yang menjadi penyulut semangat mengubah nasib. Hal yang sederhana tapi mampu menghasilkan sesuatu yang luar biasa.

Dalam hal menciptakan terobosan melalui inovasi, pun demikian. Inovasi bukanlah semata bicara hasil, tapi sebuah rangkaian proses yang dapat dimulai dari gagasan sekecil apapun.

Pertama, kita punya sasaran yang jelas dan terukur. Kalau tidak bisa diukur, dari mana kita tahu ada kemajuan?

Kedua, mental juara yang siap gagal. Kalau kita tidak mampu menyikapi kegagalan sebagai pembelajaran yang berharga, tantangan baru akan terlihat selalu sebagai risiko, bukan peluang.

Ketiga, keyakinan yang tak terbendung. Keyakinan bahwa semua masalah, sebesar atau serumit apapun, pasti ada solusinya.

Besar harapan saya generasi muda akan banyak berinovasi agar kita dapat mengantarkan Indonesia ke tempat yang lebih maju dan sejahtera.

Yakinlah bahwa hasil tidak akan pernah menghianati proses, sesulit apapun tantangannya. Percayalah semua rasa kita akan terjawab.

Selamat hari Sumpah Pemuda. Tetaplah bersatu dan semangat untuk pulih dan bangkit. Sekian.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, om Santi Santi Santi om, namo buddhaya.

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler