Mendikbud Pastikan Sistem Mekanik Putra Petir Beres

Tantangan Pada Akses Mendapatkan Setrum

Rabu, 28 Maret 2012 – 08:03 WIB

JAKARTA - Target dua bulan bagi empat PTN untuk menyelesaikan road map mobil nasional (mobnas) "Putra Petir" menemui tantangan. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh kemarin (27/3) menuturkan, urusan mekanik mobnas bertenaga listrik itu ia anggap beres. Yang masih mengganjal adalah sistem penyediaan setrum untuk Putra Petir.
 
Menteri yang mengawali karir sebagai dosen teknik elektro di ITS (Institut Teknologi Sepuluh Nopember) Surabaya itu menegaskan, ahli-ahli mesin dan elektronika dari empat PTN yang ditunjuk dalam proyek Putra Petir tidak akan mengalami kesulitan dalam merancang sistem mekanik. Sebab, kata dia, masing-masing kampus tadi sudah mengembangkan teknologi mobil-mobil bertenaga listrik.
 
Ketika urusan mekanik dinilai sudah tidak ada masalah, Nuh mengatakan tantangan terbesar adalah urusan pengadaan bahan baku listrik sebagai tenaga penggerak Putra Petir itu sendiri. "Selain itu juga tantangan meningkatkan nilai ekonomi, supaya laku dijual," katanya.
 
Menurut Nuh, sekilas persoalan ketersediaan listrik di Indonesia tidak ada masalah. Hampir seluruh rumah sudah dialiri listrik. Tapi, penyediaan listrik khusus untuk mobnas hasil gagasan Menteri BUMN Dahlan Iskan ini tidak bisa serta merta mengadopsi sistem pengadaan listrik untuk rumah tangga.
 
"Kan tidak bisa hanya digunaan siang hari saja. Karena pada malam harinya di-charge," ujar mantan Menkominfo. Penggunaan atau pemanfaatan Mobnas Putra Petir harus sama persis dengan mobil-mobil berbahan bakar minyak saat ini. Kapan pun dibutuhkan, harus bisa jalan.
 
Nuh juga terus memikirkan bagaimana sistem penyediaan sumber energy listrik untuk pemilik mobnas Putra Petir. Dia mengatakan, jika mobil BBM gampang memperoleh suplai bahan bakar dari SPBU.
 
Untuk itu, dia juga memiliki gagasan nantinya ada pos-pos sejenis SPBU yang menjual listrik untuk suplai energi Putra Petir. Menurutnya, jika akses sumber listrik ini belum tersedia, bakal ada masalah jika sewaktu-waktu tenaga Putra Petir habis di tengah jalan.
 
Nuh sempat memikirkan konsep layaknya orang membeli elpiji untuk akses mendapatkan tenaga listrik Putra Petir. "Sistemnya nanti apa bisa seperti orang beli elpiji atau juga seperti tukar galon air mineral," katanya.

Jadi di pos-pos tertentu, pemilik mobnas Putra Petir tinggal menukarkan accu sebagai penyimpan listrik yang sudah habis ke penjual atau agen. Menurutnya, sistem seperti ini cukup masuk akal untuk dijalankan. Nantinya, distributor accu-accu bisa menitipkan penjualannya di SPBU-SPBU yang jumlahnya sudah cukup banyak.

"Kepastian dan jelasnya tunggu dua bulan lagi. Itu masih gambaran sementara," kata dia.

Nuh juga mengingatkan, mobnas Putra Petir juga tidak bisa lepas dari urusan harga BBM. Dia mengatakan, bagaimanapun juga nantinya harga listrik berpengaruh pada harga BBM.

Tapi, Nuh mengatakan efisiensi penggunaan tenaga listrik lebih besar dari pada BBM. Dia menghitung, mobil BBM hanya bisa efisiensi tenaga sekitar 30-40 persen. Sedangkan mobil bertenaga listrik, bisa efisiensi tenaga hingga 80 persen. "Jika dihitung dari jarak tempuh, mobil listrik lebih panjang jarak tempuhnya," katanya.

Dia juga menjelaskan, Kemendikbud mengalokasikan duit Rp 100 miliar untuk keperluan riset Putra Petir. Dana tadi, diambil dari Dana Abadi Kemendikbud yang jumlahnya saat ini mencapai Rp 5 triliun. Empat PTN yang ditunjuk itu adalah ITS, ITB (Institut Teknologi Bandung), UI (Universitas Indonesia), dan UGM (Universitas Gajah Mada) Jogjakarta. (wan)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Nuh: Diskusi Saja, Jangan Demo


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler