jpnn.com, JAKARTA - Kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim menunda pelaksanaan asesmen nasional (AN) dari Maret ke September-Oktober mendatang diapresiasi Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI).
Menurut Sekretaris Jenderal FSGI Heru Purnomo, keputusan tersebut menandakan Mendikbud mendengar aspirasi insan pendidikan.
BACA JUGA: Guru Honorer yang Pengin jadi PNS atau PPPK, Silakan Simak Penjelasan Mendikbud
“Kami apresiasi atas penundaan asesmen nasional ini. Salah satu alasan utama penundaan adalah meningkatnya jumlah kasus Covid-19 di Indonesia dan terjadinya bencana alam di sejumlah daerah pada masa pandemi," ujar Heru yang juga kepala SMPN 52 Jakarta, Sabtu (23/1).
Dia mengungkapkan, dari hasil pemantauan jaringan guru FSGI di Sulawesi Barat, di antaranya Kabupaten Majene dan Mamuju, banyak masyarakat khawatir jika harus mengungsi di gedung-gedung.
BACA JUGA: Respons Tegas Kemendikbud soal Siswi Nonmuslim SMKN 2 Padang Disuruh Berjilbab
Mereka lebih merasa aman dan tenang ketika mengungsi di tenda-tenda darurat. Padahal jumlah tenda sangat minim dan hujan deras kerap turun pascagempa terjadi.
“Saat bencana gempa terjadi, pandemi Covid-19 belum bisa dikendalikan, maka ancaman kesehatan dan keselamatan menjadi ganda. Menjaga jarak sangat sulit ketika harus berdesakan di tenda darurat, apalagi ketika jumlah anak-anak di lokasi pengungsian banyak,” ungkap Retno Listyarti, Dewan Pakar FSGI.
BACA JUGA: Ribuan Sekolah di Kalsel Rusak Diterjang Banjir, Kemendikbud Turun Tangan
Retno menambahkan, pemerintah daerah sedang mendata jumlah korban meninggal dan terluka. Namun karena kondisi lapangan (ada desa yang belum bisa dijangkau karena terisolir), serta banyak pegawai pemerintah yang menjadi korban, maka pendataan sedikit terhambat. Termasuk pendataan pendidik dan peserta didik yang menjadi korban.
Dinas Pendidikan provinsi dan kabupaten/kota di Sulawesi Barat belum merilis data berapa pendidik, tenaga pendidikan dan peserta didik yang selamat dan yang menjadi korban terluka atau mungkin meninggal dunia.
Yang menjadi konsen FSGI adalah keselamatan guru. Jika para guru selamat dalam musibah bencana alam tersebut, dan jaringan internet kembali pulih seperti semula, serta para guru yang mengungsi masih memiliki alat daring, maka para guru bisa membantu pendataan siswanya yang menjadi korban melalui grup WhatsApp kelas.
Selain itu, para guru juga dapat memprediksi kapan saat yang tepat melakukan pembelajaran jarak jauh pascagempa, menyesuaikan kondisi para siswanya.
“Dalam situasi di pengungsian yang kurang nyaman, biasanya anak-anak senang bersekolah untuk hiburan dan mengisi waktu mereka sehari-hari," pungkas Retno. (esy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad