Menelusuri Penjualan Bahan Bom, Oh Ternyata

Sabtu, 19 Mei 2018 – 00:45 WIB
Disposal bom dari hasil tangkapan di rumah pelaku pengeboman Polrestabes Surabaya di lokasi latihan Militer Kodim 0381 Medokan Sawah Gunung Anyar, Selasa (15/5). Foto: Zaim Armies/Jawa Pos

jpnn.com, MALANG - Bom bunuh diri yang diledakkan di tiga gereja di Surabaya, Minggu (13/5), merupakan rakitan teroris Dita Oepriarto. Kapolrestabes Surabaya Kombes Rudi Setiawan menyebut Densus 88 menyita bahan peledak dari rumah satu keluarga yang menewaskan diri itu.

Ada Styrofoam, belerang, aseton, HCL, Aquades, H20, black powder dan korek api kayu. Hasilnya, bom berdaya ledak tinggi mengguncang tiga gereja.

BACA JUGA: Moeldoko Jamin Pengerahan Koopssusgab TNI Tak Sembarangan

Mengingat gampangnya para teroris bunuh diri dengan bom rakitannya sendiri, tim Jawa Pos Radar Malang menelusuri praktik penjualan bahan kimia di Kota Malang. Bahan kimia ini sejatinya digunakan untuk keperluan praktikum dan industri. Mahasiswa dan pabrik menjadi pelanggan utama toko bahan kimia.

Dimulai dari kawasan Lowokwaru, salah satu toko penyedia bahan kimia terlihat sepi, (18/5). Salah satu pegawai kemudian menanyakan pembeli dari kampus mana. Toko tersebut lumayan ketat menjual bahan kimia itu. Dia menyodorkan daftar yang harus ditandatangani ketua jurusan di kampus. ”Harus ada keterangan dulu ya,” kata pegawai di balik etalase. Hanya saja wartawan Jawa Pos Radar Malang sudah lulus kuliah dan tidak lagi punya ketua jurusan.

BACA JUGA: Gerindra: Pemerintah Harus Selesaikan Akar Masalah Terorisme

Begitu juga di kawasan Klojen, ada salah satu toko yang juga menjadi penyedia bahan kimia. wartawan Jawa Pos Radar Malang dengan pede menanyakan asam HCL dan H2SO4. Namun lagi-lagi, kendala kartu tanda mahasiswa menjadi penghalang untuk mendapatkannya. Sementara surat dari dari instansi atau pabrik pun, tidak punya. ”Tolong KTM-nya,” kata pegawai menanyakan dari kampus mana.

Tidak bisa dipastikan apakah dua toko penyedia itu benar-benar ketat mengedarkan bahan kimia itu. Sumber Jawa Pos Radar Malang menyebut bahwa mahasiswa dapat gampang mendapatkan bahan kimia untuk praktikum, apalagi mahasiswa sudah saling kenal dengan pegawai toko.

BACA JUGA: Hasil Investigasi Sementara Polri soal Buletin Al Fatihin

Nah, lain dari dua toko tadi, satu toko penyedia di kawasan Blimbing ternyata melonggarkan pengawasan terhadap kebutuhan pembeli. Toko tersebut berizin resmi, itu terlihat dari keanggotaannya di Kamar Dagang Industri (Kadin) yang terpajang di dinding dekat resepsionis.

”HCL seliter berapa?,” tanya wartawan. Pegawai di toko tersebut menyebut Rp 45 ribu. Sedangkan H2SO4 per liternya dihargai Rp 75 ribu. Pegawai tersebut juga tidak menanyakan untuk apa bahan akan digunakan.

Dari keterangannya, pegawai menyebut asam H2SO4 lebih mahal dari HCL karena sifatnya lebih kuat. ”Lebih kuat H2SO4 makanya lebih mahal,” kata wanita berseragam toko tersebut.

wartawan Jawa Pos Radar Malang juga bertemu dengan mahasiswi kimia dari salah satu kampus negeri di Kota Malang. Sebut saja, EK. Perempuan 22 tahun itu menyebut, bahan kimia teknis yang dibeli wartawan Jawa Pos Radar Malang ini merupakan larutan tidak murni. Sudah ada zat lain yang tercampur. ”H2SO4 itu kan bisa ditemukan di aki kendaraan,” kata dara asal Comboran itu.

Jika melihat bahan yang dipakai bomber di Surabaya itu, menurutnya mendapatkan bahan peledak di Kota Malang sangat mudah. Aseton misalnya, bisa didapat dari cairan pembersih kuku. Di toko kecantikan menurutnya bahan tersebut gampang didapat.

”Kalau Aquades itu air yang sudah disuling. Mineral dalam air dihilangkan, nah ini bisa dibeli di toko kimia atau buat sendiri kalau ada alatnya, harganya juga murah,” sambungnya.

BACA JUGA: Dua Terduga Teroris Keluar Masjid, Disambut Densus 88, Dor!

Dalam banyak praktikumnya, EK menyatakan jika HCL merupakan obat berbahaya. Karena fungsinya digunakan untuk membersihkan kerak mesin, tidak untuk kebutuhan lain. ”Kalau kena kulit bisa iritasi hingga luka bakar. Kalau digirup langsung, masalah pernafasan akan muncul,” tuturnya.

Dia menceritakan jika semasih sering praktikum dulu, EK harus mendapatkan bahan dengan menggunakan surat dari jurusan. Jika tidak, akan sulit mendapatkan bahan kimia itu untuk praktikum. Namun karena aturan menurutnya bisa ditabrak, ada saja toko yang tidak ketat memasarkan bahan kimia itu.

”Kalau bukan toko kimia, saya rasa bahan seperti HCL itu tidak dijual. Ada mungkin bengkel yang punya, tapi itu kan industri,” tandasnya. (RM)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Lagi! Densus 88 Tangkap Terduga Teroris di Probolinggo


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler