jpnn.com - TEGAL - Jajaran kepolisian di Tegal, Jawa Tengah pada Selasa lalu (6/9) menangkap Sisyanto, warga yang tinggal di Desa Grogol RT 5/RW II Kecamatan Dukuhturi Kabupaten Tegal. Pria yang juga dikenal sebagai Kiai Hambali alias Panglima Cirebon itu disangka menipu dengan modus praktik perdukunan.
Kasat Reskrim Polres Tegal AKP Andri Ilyas mengatakan, Sisyanto ditangkap setelah ada warga yang melapor pada Senin lalu (5/9). Dari pengakuan korban, Sisyanto menjanjikan bisa meningkatkan kekayaan para muridnya dengan syarat membeli ajimat dengan harga bervariasi.
BACA JUGA: Gerebek Penjual Sabu-sabu, Malah Ketemu Oknum Polisi Nyabu
Karenanya, polisi menjerat Sisyanto dengan pasal 378 KUHP tentang penipuan. "Barang bukti yang diamankan antara lain batu dan cincin yang digunakan untuk menipu korban," ujar Andri seperti diberitakan Radar Tegal.
Selama ini, Sisyanto mengaku menjadi pemimpin sebuah jemaah pengajian. Namun, warga di sekitar tempat tinggalnya meragukan aktivitas jemaah pengajian pimpinan Sisyanto.
BACA JUGA: Merampok di Rumah Pensiunan TNI tapi Kepergok Polisi, Jadinya Begini...
Sebab, kebanyakan tamu yang datang ke rumah Sisyanto merupakan anak baru gede (ABG). Bahkan mereka yang datang tidak mencirikan jemaah pengajian.
Tasripin (52), warga RT 6 RW 2 Desa Grogol Kecamatan Dukuhturi Kabupaten Tegal mengatakan, sejak masyarakat setempat menolak praktik perdukunan yang dilakukan Sisyanto karena dikhawatirkan akan membuat keresahan. Hanya saja, masyarakat mengaku tidak bisa berbuat apa-apa.
BACA JUGA: Cari Barang Bukti, Pencuri Dipaksa Berenang Sampai Subuh
Namun, kekhawatiran warga ternyata benar. Sejak Sisyanto membuka praktik perdukunan, suasana kampung menjadi tak tenang.
"Banyak sepeda motor pasien yang parkir di depan rumah warga. Begitu mereka mau pulang suaranya berisik sekali. Apalagi yang bersangkutan menerima tamu hingga di atas jam 02.00 WIB," ujarnya.
Lantaran tak tahan, kata Tasripin, warga melaporkan masalah tersebut kepada ketua RT dan RW yang langsung menegur pelaku. Setelah ditegur kepala desa beserta pamong lainnya, Sisyanto memang sempat membatasi jam kunjungan maksimal jam 24.00 WIB.
"Namun tak begitu lama, keadaan kembali seperti semula. Malah tamu yang datang semakin banyak, acap kali terdengar suara tertawa atau gurauan sangat keras. Sehingga membuat warga merasa terganggu," ujar Tasripin yang tinggal di depan rumah Sisyanto.
Tasripin bahkan mengaku tak pernah melihat ada pengajian di rumah Sisyanto. Justru yang terjadi malah sebaliknya.
"Sebagian besar tamu yang datang justru anak yang usianya masih ABG. Mereka memakai pakaian yang terlihat seksi. Kemudian mereka paling-paling duduk sambil minum atau bersenda gurau. Jadi tidak ada pengajian," tuturnya mantap.
Warga lainnya, Sopan, mengaku sering mendengar kegaduhan dari rumah pelaku. "Setelah dia (Sisyanto, red) diamankan polisi, warga di sini baru merasa nyaman," terangnya
Menurut Sopan, selama ini Sisyanto dikenal sangat tertutup. Dia tidak mau bergaul dengan tetangga sekitarnya.
"Ketika ada kegiatan kerja bakti, orang meninggal dunia, dan walimahan dia tidak mau datang. Maka wajar bila kami kurang simpatik," pungkasnya.
Sebelumnya warga yang bernama Abdul Mufid (60) melaporkan Sisyanto ke Polsek Dukuhturi, Senin (5/9). Mufid mulanya bergabung dengan jemaah pengajian pimpinan Sisyanto karena tergiur punya penghasilan tambahan setelah pensiun.
"Setelah bergabung, saya mulai merasakan adanya keanehan dalam ajaran yang disampaikan," kata Warga Desa Dukuhwaru di Kecamatan Dukuhwaru, Tegal itu.
Selain itu, Mufid juga melihat ada hal aneh pada perkumpulan pimpinan Hambali. “Keanehan lainnya, seluruh pengikut diminta untuk bersetubuh dengan sesama anggota yang bukan suami istri," tandasnya.(muj/zul/jpg/ara/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bejat! Pak Ustaz Menggauli Santri Belia Usai Pengajian Malam
Redaktur : Tim Redaksi