'Mengapa Kami Ditembaki?'

Minggu, 08 Januari 2012 – 06:31 WIB

BANDA ACEH – Pascainsiden penembakan yang menewaskan rekan mereka, Gunoko (30), para pekerja yang membangun 11 pintu rumah toko (ruko) di Simpang Aneuk Galong, kini dalam kondisi ketakutan. Akibat kejadian kemarin, proses penyelesaian proyek di Kecamatan Suka Makmur, Aceh Besar tersebut terpaksa dihentikan. Tak ada yang ingin mengambil resiko, dengan tumbal nyawa sebagai taruhan!!!

Hal ini diungkap Ahmad Jamroni (25), saat ditemui Metro Aceh (Grup JPNN). Ia merupakan salah satu korban selamat, saat terjadinya insiden penembakan kemarin. Saksi masih terlihat sangat trauma atas kejadian yang menimpa ketiga rekannya, di Kamis (5/1) malam.

Usai dikafani pada Sabtu siang sekira pukul 11.00 WIB, jenazah Gunoko diberangkatkan menuju kampung halaman, di Demak, Kabupaten Semarang-Jawa Tengah. Mayat diterbangkan naik pesawat Garuda, dari Bandara Sultan Iskandar Muda, di Bandara Blang Bintang, Aceh Besar. Sementara puluhan pekerja lainnya juga dipulangkan, pada hari yang sama sekira pukul 15.00 WIB menggunakan angkutan darat. ”Saya takut mas, ingin cepat – cepat pulang kampung,” katanya dengan suara pelan.

Warga Desa Sayung, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak Jawa Tengah ini, bersama sejumlah rekannya mengaku baru empat bulan bekerja pada Safwan alias Toke Chek di kawasan Simpang Aneuk Galong.

Dirinya dan puluhan pekerja asal Jawa Tengah lainnya  tidak menyangka akan menjadi sasaran penyerangan oleh oknum tidak bertanggung jawab pada Kamis malam kemarin. Padahal selama bekerja di Aceh, dirinya beserta puluhan pekerja asalah Jawa Tengah lainnya selalu menjaga etika dan tidak memiliki musuh. ”Kita tidak punya salah tapi kenapa ditembaki ya mas,” ujarnya.

Atas insiden tersebut, membuat mereka setelah pulang kekampung, enggan untuk kembali lagi bekerja di Aceh dan memilih untuk tinggal di kampung halaman saja.

Karena kondisi disana jauh lebih tenang dan dekat dengan keluarga.”keluarga di Jawa sudah mengetahui kejadian ini mas, mereka justru tahu dari berita televise, orang tua Anas sangat terpukul, dan meminta kita segera pulang,” terangnya.

Namun harapannya untuk bisa kembali pulang, bersama puluhan pekerja lainnya terpaksa dia urungkan. Pasalnya, kondisi Sodikul Anas, salah satu korban dengan luka tembak di bahu, merupakan tetangganya di Sayung  belum begitu pulih. ”Saya awalnya bekerja di Seumeulu, lalu ikut Anas bekerja disini,” sebutnya.

Walaupun kondisi Anas, sudah semakin membaik dan sudah bisa diajak berbicara, namun proyektil peluru yang bersarang di bagian bahu belum berhasil dikeluarkan. Tim dokter mengatakan, bahwa kondisi itu tidak akan membahayakan nyawa korban, karena tidak mengenai organ vital.

Lebih lanjut, secara terbata – bata Ahmad Jamroni mengisahkan, sebelum aksi penyerangan menimpa mereka. Pada  saat itu, suasana sedikit tenang dan kondisi cuaca tengah turun hujan. ”Saat kejadian kita sedang istirahat, setelah seharian bekerja” ujarnya.

Selepas bekerja, mereka langsung kembali ke bedeng (bilik) yang letaknya tidak begitu jauh dari tempat mereka bekerja membangun rumah toko (Ruko). Namun, sekira pukul 19.00 WIB setelah mereka selesai sholat dan hendak makan malam, tiba – tiba terdengar seperti suara ledakan dari luar.

Beberapa kawannya pun menduga ledakan itu adalah suara petasan, dan ketiga korban yang saat itu tengah ber istirahat ingin memastikan suara tersebut.
”Kawan – kawan mau lihat, lalu ada yang kena di kepala, perut dan bahu. Pelakunya kurang jelas mas,” katanya.

Beberapa saat setelah penembakan misterius tersebut, para pekerja selanjutnya diungsikan ke Polsek Suka Makmur yang hanya berjarak sekitar 300 meter dari lokasi kejadian.

Mengutip dari keterangan dari sejumlah rekannya, Ahmad Jamroni mengatakan, penembakan tersebut dilakukan dibelakang ruko dekat sebuah pohon, namun karena suasana jelas, para pekerja hanya melihat ada orang menggunakan jaket warna hitam dengan mengenakan helm di kepala” kawan bilang pelakunya dua orang mas” sebutnya.

Diapun berharap agar Polisi dapat segera menangkap para pelaku penembakan agar masyarakat dan para pekerja dari luar Aceh bisa kembali tenang, tidak dihantui oleh aksi penembakan lagi.

Sementara itu, Romy (24) penanggung jawab pekerja yang juga anak Toke Chek, saat ditemui di rumah sakit mengatakan bahwa selama ini para pekerja selalu berprilaku sopan. "Mereka ini orangnya sopan–sopan dan tidak pernah bersinggungan dengan warga sekitar,” ujarnya.

Atas insiden yang menimpa para pekerjanya, praktis pembangunan ruko sementara waktu dihentikan. Para pekerja tersebut rencananya akan mengerjakan pembangunan sebanyak 11 ruko, namun baru selesai enam buah. ” Di tempat kita ada 23 orang pekerja asal Jawa Tengah,” jelasnya.

Para pekerja yang ikut membantu mengerjakan pembangunan ruko, tidak mereka datangkan langsung dari Jawa. Tapi ada salah satu kenalan asal Jawa Tengah dan melalui dialah pihaknya meminta untuk dicarikan para pekerja untuk merampungkan pembangunan ruko.

Sementara ketiga pekerjanya yang mengalami luka tembak, termasuk baru bergabung ditempatnya. ”Mereka baru bekerja kurang lebih hampir empat bulan lamanya,” pungkasnya. (sul)



BACA ARTIKEL LAINNYA... Pengguna Jalan Keluhkan Proyek Saluran


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler