Mengapa Trauma Masa Lalu Sulit Dihilangkan?

Selasa, 28 Mei 2019 – 23:27 WIB
Korban trauma. Foto Ilustrasi: pixabay

jpnn.com - Setiap orang pasti pernah merasakan pengalaman pahit dalam hidupnya. Ada yang sifatnya ringan, sedang, hingga berat yang bisa berdampak pada trauma psikis yang berkepanjangan (post-traumatic stress disorder atau PTSD). Bangkit dari trauma memang tak mudah dan butuh proses. Namun, jangan menyerah dengan keadaan dan cobalah untuk berusaha mengatasinya dengan berbagai cara.

Tak semua orang bisa pulih dari trauma dengan cepat. Ada yang bisa dengan mudah melupakannya, ada traumanya datang dan pergi, dan ada pula yang selalu dihantui trauma sepanjang hidupnya.

BACA JUGA: Jangan Terus Terpuruk, ini 5 Cara Berdamai dengan Masa Lalu

Mengapa trauma masa lalu sulit dihilangkan?

Kecepatan seseorang untuk melupakan masa lalunya yang kelam sangat bergantung pada seberapa dalam ia tersakiti. Jika pada saat itu orang tersebut benar-benar terpuruk atau dihadapkan dengan keadaan hidup dan mati, maka trauma bisa membekas seumur hidupnya (meski kadarnya bisa berkurang seiring berjalannya waktu).

BACA JUGA: Kenangan Masa Lalu Pengaruhi Kesehatan di Masa Tua

Namun, jika pengalaman pahit tersebut tak terlampau buruk hingga membuat hidup seseorang terpuruk, maka trauma yang seperti itu lebih mudah untuk dihilangkan.

Selain bergantung pada kedalaman luka psikis, sulitnya seseorang untuk melupakan masa lalunya yang gelap juga dipengaruhi oleh lingkungan dan orang-orang sekitar, apalagi yang tidak mendukung. Entah cuek atau bahkan menyalahkan (seperti yang banyak dialami korban pemerkosaan).

BACA JUGA: Upaya Filipina Menghapus Trauma Anak-Anak Marawi

Selain itu, penderita pun tidak diberikan atau tidak memiliki akses untuk mendapatkan terapi sesi konsultasi yang tepat. Sehingga, bukannya trauma memudar, justru penderita makin merasa bersalah dan membenci dirinya. Belum lagi penderita juga mungkin saja termakan stigma yang beredar di masyarakat.

Trauma kembali muncul, apa sebabnya?

Semua orang tak ingin jatuh ke lubang yang sama untuk yang kedua kalinya. Sayangnya, keinginan ini bisa berbeda dengan realita. Ada saja saat-saat Anda terjebak di dalam kondisi yang itu-itu lagi, sehingga mengingatkan Anda pada trauma. Ya, yang membuat trauma kembali muncul adalah kejadian yang mirip dengan situasi mencekam yang membuat seseorang mengalami trauma.

Sementara itu, respons seseorang terhadap sesuatu umumnya didasarkan pada apa yang pernah dilalui. Misalnya, seseorang mengalami kekerasan fisik dan psikis, yaitu dimaki dan dipukuli orang tuanya waktu kecil. Pada masa itu, respons korban hanya bisa diam, menangis, atau menyimpan rasa sakit seorang diri, yang pada akhirnya menyebabkan trauma di masa mendatang.

Ketika orang tersebut dihadapkan pada kondisi yang serupa, trauma pun kembali menghantui. Hanya saja, ada perbedaan respons. Karena tak mau direndahkan lagi, akhirnya timbul respons membela diri, bahkan mungkin respons dengan  kekerasan bisa terjadi.(klikdokter)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mensos Terjunkan Tim Psikososial untuk Dampingi Korban Bom


Redaktur & Reporter : Yessy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler