Jutaan warga Australia harus kembali menjalani pembatasan aktivitas, bahkan beberapa kota memberlakukan 'lockdown' akibat munculnya wabah baru penularan virus corona varian Delta.

Tak memandang apakah sudah divaksinasi atau belum, mereka tetap harus menggunakan masker, tidak boleh keluar rumah selain keperluan darurat, dan tidak boleh melakukan perjalanan ke negara bagian lain.

BACA JUGA: Polda Jatim Buka Gerai Vaksinasi Covid-19 di Polres dan Polsek Jajaran

Keadaan ini sangat berbeda dibandingkan di Eropa atau di bagian dunia lainnya, yang sudah mulai memperbolehkan perjalanan tanpa karantina bagi mereka yang sudah mendapatkan vaksin dua kali.

Jadi kapan kita bisa kembali bebas beraktivitas?

BACA JUGA: Ada Peran ISIS dalam Penusukan di Melbourne 2018

Anda bisa langsung meng-klik topik yang Anda ingin tahu soal perlindungan vaksin: Seberapa besar kita terlindung dari vaksin? Apakah saya bisa tetap menularkan virus setelah divaksin? Berapa banyak orang yang harus divaksin untuk mencapai 'herd immunity'? Kapan aturan dilonggarkan bagi mereka yang sudah divaksinasi? Berapa besar saya terlindung jika sudah divaksin penuh?

Menurut epidemiolog dari Australian National University, Meru Sheel, tidak ada vaksin yang efektif 100 persen.

BACA JUGA: Situasi Makin Gawat, Komite COVID-19 Australia Gelar Pertemuan Darurat

"Vaksin mengurangi kemungkinan kita terkena namun vaksin ini tidak pernah dibuat untuk bisa 100 persen mencegah infeksi," kata Dr Sheel.

Tingkat efektivitas vaksin tergantung dari berapa dosis yang sudah didapatkan oleh warga dan varian COVID-19 apa yang sedang menular.

Di Australia, rekomendasinya adalah warga mendapatkan dua kali vaksin Pfizer dengan selang waktu tiga minggu, atau dua dosis vaksin AstraZeneca dengan selang waktu 12 minggu untuk mendapatkan perlindungan maksimum.

Data menunjukkan kedua dosis vaksin, yakni AstraZeneca atau Pfizer, akan mengurangi risiko harus dirawat di rumah sakit atau kematian hingga 90 persen dari virus corona yang pertama. 

Namun Dr Sheel mengatakan kedua vaksin ini memiliki tingkat efektitvitas lebih rendah terhadap varian Delta yang sekarang ini menyebar dengan cepat.

Untuk satu dosis dari vaksin Pfizer atau AstraZeneca hanya memberikan perlindungan sebanyak 33 persen dari gejala yang disebabkan oleh Delta.

Sementara dua dosis akan memberikan perlindungan 88 persen, untuk vaksin Pfizer, dan 60 persen untuk vaksin AstraZeneca. Apakah saya masih bisa menyebarkan ke yang lain?

Meski efektivitas vaksin berkurang saat melawan Delta, kecil kemungkinannya orang yang sudah divaksinasi menularkan virus, bahkan terhadap varian Delta sekali pun.

"Kita mengetahui dari data di Inggris bahwa satu dosis vaksin AstraZeneca atau Pfizer akan memiliki kemungkinan 40-50 persen pengurangan seseorang menyebarkan virus ini ke anggota keluarganya lainnya," kata Dr Sheel.

Karenanya, menurut pakar epidemiologi di Australiam Hassan Vally, di negara yang mayoritas warganya belum mendapatkan vaksinasi, maka masih besar risiko penularan.

"Ada penurunan tajam dalam penularan virus di antara mereka yang sudah divaksinasi, namun risikonya bukan berarti nol," kata Dr Vally dari La Trobe University.

"Tidaklah bertanggung jawab jika dikatakan seseorang yang masih memiliki kemungkinan menularkan kurang dari 50 persen kemudian dianggap aman sepenuhnya untuk bergerak bebas di masyarakat." Berapa orang  perlu divaksin untuk mencapai kekebalan massal?

Dr Sheel mengatakan kemungkinan adanya pelonggaran aturan terkait COVID bisa saja terjadi setelah lebih banyak yang divaksinasi, tapi hingga saat ini belum jelas seberapa banyak orang yang harus divaksinasi untuk mencapai kekebalan massal atau 'herd immunity'.

"Kita tidak memiliki angka tertentu. Kekebalan massal adalah masalah yang sangat kompleks dan diperlukan waktu beberapa tahun," katanya.

"Kita akan memerlukan dosis penguat dan juga akan tergantung pada varian yang bermutasi, dan hal lain yang terjadi. Ada banyak elemen kompleks di dalamnya."

Yang jelas adalah semakin banyak orang divaksinasi, semakin sulit virus untuk menyebar, dan semakin kecil risikonya bagi mereka yang sudah divaksinasi untuk bergerak bebas meski masih ada virus beredar.

"Kita harus kembali ke pemikiran upaya melandaikan kurva. Vaksinasi adalah alat untuk melandaikan kurva, bukan untuk menghilangkan penyakit," kata Dr Sheel.

Dr Vally mengatakan bahkan bila sebuah negara, misalnya Australia, tidak mencapai tahap kekebalan massal, namun dengan banyaknya warga yang divaksinasi maka akan mengubah peta kemungkinan virus menyebar.

"Bila kita berbicara mengenai misalnya 50 persen warga sudah divaksinasi, maka kita berharap 100 persen dari mereka yang rentan akan sudah divaksinasi," katanya.

"Dan kalau kita bisa mencapai hal tersebut, maka ini akan mengubah drastis kemungkinan ancaman virus terhadap komunitas dan mengubah strategi kita mengendalikan penularan."

Dokter ahli penyakit menular di Australia, Paul Griffin setuju dengan pendapat ini.

"Tidaklah diperlukan tingkat vaksinasi yang sangat tinggi bila kita melakukan hal-hal lain, seperti meningkatkan jumlah pengetesan, karantina bagi kasus positif, menjaga jarak, dan melakukan pendaftaran bila mengunjungi sebuah tempat," kata Dr Griffin, associate professor di University of Queensland.

"Bila kita melakukan hal-hal dasar ini dengan benar, bahkan dengan pencapai target vaksinasi seadanya, kita mungkin tidak harus menggantungkan diri pada tindakan seperti penutupan perbatasan atau 'lockdown'. Jadi kapan mereka yang mendapat vaksin diberi kelonggaran? 

Menurut Dr Sheel, melakukan perjalanan tanpa harus menjalani karantina bagi mereka yang sudah dikarantina 'kemungkinan akan terjadi di masa depan".

"Saya kira dengan semakin banyak orang divaksinasi, maka pasti akan ada perubahan kebijakan berkenaan dengan mereka yang sudah mendapat vaksin tersebut."

Lalu ini konteksnya dengan pelonggaran aturan perjalanan di Australia.

"Tetapi sekarang dengan baru sekitar 1,5 juta yang sudah divaksinasi penuh, masih terlalu cepat untuk mendiskusikan hal tersebut."

Tetapi Dr Griffin mengatakan pihak berwenang di Australia sudah seharusnya memulai percakapan mengenai hal ini guna agar lebih banyak warganya yang mau divaksinasi.

"Saya kira harus ada janji untuk memberikan kebebasan dengan mereka yang sudah divaksinasi, sehingga kita bisa menunjukkan betapa kita percaya dengan vaksin yang ada," katanya.

Dr Vally setuju dan mengatakan harus ada insentif agar orang bersedia divaksin, karena saat ini masih banyak yang tidak ingin cepat-cepat mendapatkan vaksinasi.

Artikel ini diproduksi dan dirangkum oleh Sastra Wijaya dari laporannya dalam bahasa Inggris

BACA ARTIKEL LAINNYA... Apical Gelar Vaksinasi Gotong Royong Perdana di Dumai  

Berita Terkait